Istri Pengganti (Pernikahan Sementara)

Ringkasan Cerita : Apakah seorang mafia kejam sekelas Arden bisa bucin pada Intan yang selama ini sangat Arden benci, tapi ternyata Intan hanya korban fitnah keji dari Inara beserta keluarganya? Baca kisahnya dalam n****+ ini, kisah Arden si mafia kejam dengan Intan selaku dokter spesialis anak yang dipaksa menjadi istri pengganti untuknya. *** Intan seorang dokter spesialis anak, potret wanita teladan yang memiliki kehidupan lurus dan mengabdikan hidupnya untuk keluarga. Itu juga yang membuat Intan rela menikah dengan Arden, menggantikan Inara adiknya yang harus melanjutkan kuliah kedokteran di luar negeri, tepat 3 hari sebelum pernikahan digelar. Intan dipaksa oleh Inara dan orang tua mereka untuk menjadi istri pengganti, menjalani pernikahan sementara dengan Arden yang sebenarnya sudah sangat Intan cintai sebelum Inara dan Arden memiliki hubungan. Akan tetapi, apa jadinya jika hubungan Intan dan Arden membuat keduanya saling mencintai bahkan sampai menghadirkan calon anak, sedangkan kedatangan Inara memaksa keadaan untuk mengakhiri segalanya, termasuk mengakhiri hubungan Intan dan Arden? Apa yang harus Intan lakukan? Haruskah ia pergi, atau Intan harus bertahan demi pernikahan sekaligus anaknya dan Arden? *** (n****+ UTAMA DARI n****+ : TERPAKSA MENIKAH (Cinta Duda Dan Wanita Hamil Di Luar Nikah) *** Prolog : “Aku istrinya! Aku istri sah Arden, dan Arden suamiku!” Intan menatap Inara dengan mata yang sudah basah. Emosinya memuncak kendati rasa takut yang membuatnya gemetaran, jauh lebih mendominan. “Tapi aku wanita yang dicintai Arden, Mbak!” Inara tak mau kalah. Ia menatap sang kakak dengan amarah yang meledak-ledak. “Istri dan cinta masih kuatan mana? Di mata agama dan hukum, aku jauh lebih berhak memiliki Arden, Ra!” tepis Intan cepat di tengah air matanya yang kian mengalir deras tak ubahnya hujan yang tengah mengguyur di luar sana. “Tapi Arden akan langsung menceraikan Mbak, kapan pun aku minta, Mbak! Satu lagi, Mbak jangan lupa kalau pada kenyataannya, Mbak hanya istri pengganti. Arden menikahi Mbak karena aku yang memaksa! Karena aku harus fokus dengan pendidikan kedokteran aku, sedangkan saat itu seharusnya akulah yang menikah dengan Arden, bukan Mbak! Mbak hanya istri pengganti, pernikahan Arden dan Mbak hanya pernikahan sementara!” tegas Inara cepat. Suara Inara meledak-ledak tak ubahnya gemuruh yang tengah berlangsung. Terlepas dari itu, penegasan Inara barusan tak ubahnya mata tombak yang menghunjam daada Intan secara berulang. Intan terluka sekaligus sangat hancur karenanya. “Bahkan kamu tahu kalau aku sedang hamil, Ra. Kamu tega!” Intan mengelus sedih perutnya yang sudah besar. “Pernikahanku dan Arden membuat kami akan memiliki anak. Kami menghargai satu sama lain!" “Belum tentu juga itu anak Arden. Arden enggak mungkin sembarangan nyentuh wanita, Mbak! Aku tahu Arden lebih dari siapa pun!” Inara sengaja bersedekap sambil membuang wajah dari Intan yang sempat ia dapati langsung terbengong. Intan menatapnya tak percaya. Wajah Intan tampak menahan banyak luka. Intan sangat mencintai Arden suaminya, tetapi sebelum menikahi Intan, Arden merupakan calon suami Inara selaku adik kandung Intan. Hanya saja, lantaran Inara mendadak harus melanjutkan pendidikan kedokterannya ke Amerika tepat dua hari sebelum hari pernikahan berlangsung, Inara meminta Intan untuk menggantikannya. Hanya sebatas istri pengganti sekaligus menjalani pernikahan sementara. Akan tetapi, apa jadinya jika dalam hubungan Intan dan Arden, sampai menghadirkan seorang anak, sedangkan kedatangan Inara memaksa keadaan untuk mengakhiri segalanya, termasuk hubungan Intan dan Arden? Apa yang harus Intan lakukan? Haruskah ia pergi, atau Intan harus bertahan demi pernikahan sekaligus anaknya dan Arden? “Aku sarankan, lebih baik Mbak sadar diri dari sekarang, sebelum Mbak terluka lebih dalam. Karena sampai kapan pun, Mas Arden enggak akan bisa mencintai Mbak!” Inara masih menatap enggan Intan yang mulai mundur. “Kalaupun aku hanya istri pengganti, seenggaknya aku sudah berusaha menjadi istri yang baik. Seenggaknya aku sudah menikah dan memberikan yang terbaik pada laki-laki yang kucintai. Maaf, Ra. Aku harus jujur, bahwa aku sudah mencintai Arden sebelum kalian ada.” Intan tersenyum hangat. Sehangat perasaannya kepada Arden. Bahkan, hanya karena memikirkan rasa cintanya kepada sang suami, semua bebannya seolah pergi. Termasuk luka-luka di hatinya akibat keegoisan Inara. “Meski Arden memang enggak bisa mencintai atau sekadar menerimaku, seenggaknya aku enggak akan melakukan hal yang sama kepadanya. Aku tulus, aku sama sekali enggak menyesal meski pernikahan kami hanya pernikahan sementara. Dan kebahagiaan terindah yang pernah kurasakan adalah mengandung anak Arden. Kamu? Dunia ini juga tahu, Ra. Pacar, kekasih, bahkan cinta pertama sekalipun, belum tentu berakhir di pernikahan. Bisa aku pastikan, jika kamu tetap begini, sampai kapan pun kamu juga enggak bisa menjadi kebahagiaan Arden.” Mengatakan semua itu, Intan sungguh merasa jauh lebih tenang. Wanita itu memilih berdamai dengan hati berikut kenyataan. Intan memang terluka, sungguh Intan tidak bisa memungkirinya. Namun, seperti yang beberapa saat lalu Inara katakan, Intan memang harus sadar diri sebelum dirinya terluka lebih dalam. “Kita sama-sama lihat saja, siapa wanita yang benar-benar bisa membuat Arden bahagia? Namun seperti sebelumnya, ... karena jika kamu terus begini, bisa aku pastikan, Arden akan menemukan kebahagiaan bahkan cintanya dari wanita lain, bukan dari kamu!” Intan tidak bermaksud membangunkan harimau tidur. Toh sampai kapan pun, dirinya memang selalu kalah pamor dari Inara sang adik. Tak hanya mengenai fisik, melainkan kasih sayang yang mereka dapatkan dari orang tua mereka. Intan tahu itu dan Intan juga ikhlas menerima sekaligus menjalaninya. Dan jika kehamilan Intan membuatnya harus angkat kaki dari rumah orang tuanya sendiri hanya karena Inara sudah kembali, Intan juga siap. Intan sungguh ingin menjadi wanita tegar. Setegar karang yang tetap berdiri kokoh meski terjangan ombak perlahan-lahan mengikisnya. Intan sungguh ingin bahagia bersama anugerah yang Tuhan berikan kepadanya dan kini masih bersarang di dalam rahimnya. Tak peduli, meski orang-orang terdekatnya selalu menganggapnya salah. Tak peduli, meski mereka juga lah, para orang terdekat yang justru selalu menjadi sumber setiap luka-luka Intan. ***