Bab 5

1143 Words
Tujuh bulan yang lalu sebelum Tante Sonya bertemu Gerald. Siang ini Tante Sonya sedang kedatangan tamu penting di ruangan kantornya. Dia bahkan harus berpesan pada sekretarisnya agar tidak mengganggunya, dan melarang siapapun masuk ke ruangannya. Tamu penting yang dihadapi Tante Sonya adalah dua orang pejabat dari dinas departemen perikanan dan kelautan setempat. Pak Handoyo dan Pak Guntoro, merupakan orang penting dan memiliki kewenangan penuh dalam memuluskan kerjasama proyek ekspor benih lobster ke beberapa negara termuka di kawasan Asia dan Amerika, terutama negara Jepang yang benar-benar diincar oleh perusahaan tempat Tante Sonya mengabdi. Tante Sonya memiliki tugas dan tanggung jawab penuh agar proyek tersebut sukses dan berkelanjutan. Bonus besar dan kesempatan tinggal di Jepang selama tiga bulan sudah menanti Tante Sonya, jika tender proyek itu benar-benar dimenangkan oleh perusahaannya. Guna kepentingan hal tersebut di atas, Tante Sonya berusaha bersikap manis kepada dua tamu pentingnya itu. Walau perut buncit, kepala botak, wajah tua dan sikap m***m mereka benar-benar telah membuat Tante Sonya jengah dan muak. Dia memang sitri yang kurang mendapat kepuasan batin dari suaminya, namun bukan yang seperti itu juga seleranya. Tatapan mata Pak Handoyo dan Pak Guntoro selalu jelalatan saat melihat tubuh Tante Sonya yang seksi dan aduhai. Tante Sonya merasa pandangan kedua bandot tamunya lama-lama seperti menelanjangi dirinya. Senyum mereka pun lama-lama sangat menjijikkan. Dan Tante Sonya hanya membalasnya dengan senyum manis. “Jadi bagaimana Bapak-bapak. Seberapa besar peluangnya perusahaan kami memenangkan tender ekspor yang ke Jepang itu?” tanya Tante Sonya sambil tetap berusaha menyenangkan kedua tamunya walau hatinya sangat mangkel. Mendengar pertanyaan Tante Sonya, Pak Handoyo dan Pak Guntoro sontak saling bertatapan. Lalu keduanya tersenyum. Wajah m***m mereka yang biasa berhadapan dengan Pak Himawan sebelum digantikan Tante Sonya, seketika berubah semringah. Karena pertanyaan itu yang sejak tadi mereka tunggu-tunggu. Pada tender-tender sebelumnya Pak Handoyo dan Pak Guntoro tidak perlu lagi membahas komisi karena Pak Himawan sudah memahaminya. Bukan hanya komisi persentase yang sangat menggiurkan, namun dua orang wanita panggilan kelas tinggi pun sudah disiapkan. Dari mulai selegram sampai artis sinetron yang sedang naik tahta. Namun kali ini dua bandot tua itu mempunyai maksud lain setelah melihat sosok Tante Sonya yang sangat menggiurkannya. Mereka tidak menyangka akan berhadapan dengan wanita yang sangat cantik dan seksi seperti Tante Sonya. Sejak pertama bertemu, keduanya sudah terkesima dan saling mengirim kode rahasia untuk bisa menggarap istri salah seorang dosen kampus ternama itu secara bersama-sama. “Begini, Bu. Biasanyakan kami berurusan dengan Pak Himawan. Kalau beliau sudah tahu berapa komisi yang harus kami terima dari perusahaan ini, dan ada bonus tambahan yang biasanya selalu dia persiapkan sebelumnya,” jawab Pak Handoyo sambil kembali tersenyum m***m nan licik. Hati Tante Sonya ingin muntah. Sebenarnya dia pun sudah mendapat penjelasan singkat dari Pak Himawan tentang trik menaklukan para mafia dan cecunguk seperti dua bandot yang kini sedang berada di ruangannya. “Pak Han, kami sangat mengerti dan akan memenuhi persyaratan itu seperti yang biasa Pak Himawan lakukan selama ini. Percayalah, struktrural kami memang berubah namun kebijakan tetap seperti biasa, sesuai yang telah digaSonyan selama ini,” ucap Tante Sonya dengan tenang dan berwibawa. “Oh bagus. Kamu sangat bersyukur kalau Ibu sudah mengerti dan tahu tentang itu, bagus, sangat bagus.” “Ya terima kasih, Pak. Lantas apa yang harus kami lakukan sekarang?” “Hmmm, begini Bu. Kali ini sepertinya kita akan menemukan sedikit masalah, karena adanya kekurangan-kekurangan yang perlu segera ibu ketahui sekaligus dilengkapi dan dipenuhi. Agar tidak menimbulkan permasalahan yang cukup pelik dalam proses selanjutnya,” timpal Pak Handoyo. “Kekurangan dan masalah apa, kalau boleh saya tahu, Pak? Mungkin saya bisa membantu memperbaiki atau melengkapinya sekarang juga.” Tante Sonya menjawab tegas dan masih dengan senyum manisnya, walau dadanya mulai sedikit bergemuruh karena muak yang ditahan. “Gak banyak sih Bu, kekurangannya hanya satu, dan kebetulan kekuarangan itu ada dalam diri ibu. Namun kabar baiknya, Ibu pasti bisa membantu kami untuk mengusahakannya,” balas Pak Handoyo santun. Mata kedua bandot itu tampak berbinar-binar. Secercah harapan yang telah mereka pantaunya sejak tadi, tampaknya tak lama lagi akan segera digenggamnya dengan mudah. “Wah kebetulan dong kalau begitu, Pak!” seru Tante Sonya excited. “Saya akan segera melengkapai dan memenuhinya. Yang penting tender itu benar-benar jatuh ke perusahaan kami.” Tante Sonya agak sedikit antusias. Dia berharap segalanya segera tuntas dan kedua bandot itu segera beranjak dan enyah dari hadapannya, dan duduk manis di rumahnya menunggu transferan dari atasannya. “Kalau masalah keberhasian tender jatuhnya kemana, itu sudah menjadi jaminan kami. Perushaan ini tentu saja yang menjadi prioritas kami. Tapi dengan syarat kekurangan yang satu itu sudah terpenuhi.” “Ya kamu pesti memebuhinya dengan segera Pak!” “Kami jamin proyek itu akan jatuh keperusahaan ini. Sebannya kami sudah membawa dokumennya tinggal kami tanda tangani saja. Bagaimana Bu, sanggup untuk memenuhi kekurangan yang satu itu?” tanya Pak Handoyo dengan seringai mesumnya. Walau kalimat yang disampaikan dua bandot ini sejak tadi terkesan berbelit-belit dan sedikit ambigu. Namun Tante Sonya yang terbiasa dengan metode kerja praktis, terpaksa harus besabar dan mengalah. “Baiklah, kalau begitu, sekarang sebutkan kekurangannya apa, biar secepatnya saya usahakan. Dan yang terpenting dokumen ini bisa segera Bapak-bapak tanda tangani,” kata Tante Sonya dengan sangat gembira setelah melihat dan menerima dokumen yang disodorkan Pak Handoyo. Tante Sonya mengkaji dan membaca beberapa point penting dalam dokumen tersebut. Semuanya asli. Kontrak proyek yang dimaksud pun sudah mencantumkan nama perusahaannya. Bahkan cap dan meterai pun sudah dipersiapkan hanya tanda tangan basah dari kedua orang di depannya saja yang belum ada. “Oke Bapak-bapak, sebutkan saja, apakah saya harus menyiapkan bonus tambahan menginap di hotel bersama artis t****k atau selegram yang sedang naik dahan, ranting dan daun?” ucap Tante Sonya sedikit bercanda untuk mencairkan suasana. Tentu saja semua dia ucapkan setelah mendapat pesan singkat dari Merry, sekeretarisnya. Merry bahkan menyarankan atasannya itu bersikap to the point dengan menyodorkan beberapa artis t****k yang sudah Merry call untuk dipersembahakn pada dua bandot m***m itu. “Terim kasih kalau Bu Sonya sudah memahaminya. Namun kali ini kami berubah pikiran. Dan kami yakin Bu Sonya akan sangat bisa mengusahakan kekurangan tersebut dengan secepatnya. Kami hanya tinggal membubuhkan tanda tangan di dokumen sangat simpleitu,” lanjut Handoyo. “Baik kalau begitu silakan Bapak-bapak tanda tangani, saya akan langsung menyuruh sekretaris saya untuk mempersiapkan kekurangan yang Bapak-bapak maksud itu. kebetulan beberapa artis t****k terbaru memang sudah mulai kami kabari,” lanjut Tante Sonya percaya diri. “Hehehe, tidak usah meminta bantuan sekretaris Ibu, karena kekurangan itu bisa Ibu penuhi sendiri sekarang juga,” kata Pak Handoyo dengan seringai yang terlihat semakin m***m dan licik. “Maksud Bapak?” Tante Sonya belum paham. Kedua matanya sedikit menyipit memandangi wajah-wajah memuakkan di depan matanya. Untuk yang kesekian kalinya, Tante Sonya terpaksa menarik napas panjang untuk mendinginkan hatinya yang sudah mulai terpancing amarah akibat kesal dengan berbelit belitnya Handoyo dan Guntoro. ‘Sungguh birokasi yang sangat bobrok!’ maki Tante Sonya dalam hati.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD