BAB 9

2645 Words
LOVE NYA JANGAN LUPA YA *** Sebelah tangan kanannya kerap kali mengusap perutnya yang masih rata, senyum itu terus menghiasi wajahnya. Penantiannya akhirnya terkabul, akhirnya rahim itu terisi buah cintanya dengan Yoogi. Hyumi masih merasa semua ini adalah mimpi, mimpi yang selama ini di impikannya. Jongguk yang berada di sebelahnya di bagian kemudi kerap kali mencuri pandang ke arahnya. "Kau tampak bahagia?" "Tentu saja aku bahagia, ini yang aku inginkan selama ini! Aku masih tidak percaya semua ini menjadi kenyataan. " "Aku tidak sabar mengatakannya pada Yoogi oppa" "Yoogi oppa aku hamil, huaaaaaa~ bagaimana ekspresinya nanti dia pasti sangat bahagia" Jongguk tersenyum melihat bagaimana ekpresi Hyumi yang terlihat begitu bahagia. Senyum itu membuat hatinya cukup terluka namun, menurutnya kebahagiaan wanita itu lebih penting di bandingkan tangisan yang selalu di tunjukannya. "Aku senang kalau kau senang" "Gomawo Jongguk-ah"Hyumi menoleh pada Jongguk dengan senyum yang terus ditunjukkannya. Hyumi benar-benar tidak sabar memberikan kabar ini pada Yoogi. *** Yoogi mendudukan dirinya di sofa kecil di ruang tamu, masih berbalut kemeja kerjanya. Ini jam 11 siang tapi dia sudah berada di Rumah, berbagai hal baru saja terjadi dengan begitu cepat. Beberapa kali kedua telapak tangannya mengusap wajahnya, telihat begitu tak b*******h dan frustasi. Semua perihal rumit ini menuju ke satu objek, Park Hyun Mi. Istri pertamanya yang dia cintai, namun dirinya mulai meragukan hal itu. Yoogi selalu berpikir dengan logis dalam setiap bisnis, perkerjaan yang dia lakukan. Mempunyai prinsip yang tegas pada setiap hal yang tidak menguntungkan akan dia singkirkan, dan kini dia berperang pada prinsipnya sendiri. Semua pegawai Kantor berbisik di belakangnya dan mulai meragukan cara kepemimpinannya. Semua yang berusaha menyingkirkan posisinya mulai berulah dengan menargetkan kepemilikan 2 istri Yoogi sebagai bahan untuk menyingkirkan pria itu. Sang eomma tidak mau melepaskan Yoora dengan alasan cucu yang dikandung sang wanita. Keluarga Yoora menarik sang Putri, melakukan ancaman untuk melepaskan istri pertamanya agar Yoora bisa kembali. Yoogi mulai merasa bingung, satu sisi dia tidak mau melepas Hyumi, tapi dia tidak mungkin dan sangat tidak mungkin melepas Perusahaannya begitu saja. Yoogi memijit pelipisnya yang terasa pening, semua pemikiran ini membuat emosinya tersulut, dia tidak tahan dengan semua ini, dia benci pilihan rumit yang membuat hal lain yang disukainya harus di lepaskannya. Berbagai hal mengenai Hyumi juga mulai membuatnya gerah, entah perselingkuhan atau apapun yang wanita itu lakukan pada Jongguk, itu sukses membuatnya begitu frusasi. Suara password pintu terbuka, Yoogi menoleh mendapati Hyumi yang baru saja datang. "Oppa kau di sini? Tumben kau tidak berkeja? Ini sudah siang kau tidak pergi? Tapi biarlah, ada sesuatu yang ingin ku beritahukan padamu"ucap Hyumi menggebu-gebu. Senyum wanita itu tak pernah lepas dari wajahnya, dia benar-benar kelihatan bahagia! Berbeda dengan Yoogi yang terlihat begitu kacau. Yoogi bangkit berdiri, wajah sendunya memandang Hyumi yang berdiri di hadapannya. "Oppa gwenchana?" "Hyumi.. " "Humm,, wae?" "Ayo kita bercerai" JEDERRR/// Senyum wanita itu mendadak lenyap, bagaikan di sentuh alat pengejut jantung. Hyumi benar-benar terkejut bukan main, jantungnya memompa dengan cepat, begitu berdebar hingga rasanya jantung itu ingin melompat keluar dari sana. Hyumi menatap Yoogi nanar, rasanya - rasanya bagai sebuah lelucon. Semua ini terdengar begitu aneh, aneh dan aneh... Hyumi tidak bisa mempercayai kata itu meluncur dari bibir Yoogi. Hyumi ingin mengatakan sesuatu tapi rasanya kerongkongannya tercekat. Bagaikan tersekap di dalam sebuah peti yang baru saja tertutup dengan dobrakan kencang yang membuatnya sesak nafas. Hyumi lupa bagaimana caranya bernafas, ia lupa kalau pasokan oksigen yang berada di sekelilingnya begitu melimpah. Ucapan kata laknat itu, mengubah semuanya. "M...mwo?! Oppa apa yang..? Kau...? Kenapa...?" Yoogi berjalan mendekati Hyumi, berdiri cukup dekat dengan wanita itu. "Banyak hal yang membuatku harus melakukan hal ini, mianhae" "Aku.. " Hyumi membuang pandangannya dari Yoogi, kristal bening itu meluncur dari sudut matanya. "Hiks... Wae? Hiks.. Naega wae?" "Mianhae"tangan Yoogi terulur untuk menyeka air mata Hyumi namun wanita itu langsung menepisnya kasar. "Jangan sentuh aku hiks... Hiks.. " "Jadi.... Kau sudah menyerah, kau menyerah dan berniat mengusirku keluar" "Kau tahu kalau aku mencintaimu.. aku rasa ini lebih baik untuk kita" "Begitu ya"lirih Hyumi. "Bagitu baik untukmu, selama ini memang hanya untukmu" "Aku sadar betapa pengecutnya kau saat ini, hiks... Kau... Kau.. Hiks"Hyumi memukul d**a Yoogi berkali-kali, kesal marah begitu menguasai hatinya. Yoogi memeluk Hyumi erat membuat tangis wanita itu mengeras, dengan sekali hentakan Hyumi mendorong d**a Yoogi hingga melepaskan pelukannya. "JANGAN MENYENTUH.... HIKS... jangan menyentuhku... Hiks... Hiks... "Suara kencang itu melemah, rasa pusing di kepalanya menguat. Hyumi menghela nafasnya lelah, berusaha tenang dengan posisi kejiwaannya yang memburuk. Hyumi menarik nafasnya dalam, berusaha menenangkan hatinya dan pikirannya. Ia berusaha kuat, dia harus terlihat kuat saat ini. "Arraseo.. Kau menginginkan ini, kau melepaskanku dan aku akan menerimanya" "Ayo kita berpisah, hal ini pasti akan membuat hidupmu bahagia" Hyumi membalikan tubuhnya kasar, langkah kakinya yang lemah berusaha melangkah walau dengan sedikit menyeret kakinya. Dia harus pergi dari sana, Yoogi sudah menyerah, dan melepaskan nya begitu saja. Hyumi mulai berlari ke lantai atas menuju kamarnya. Sebuah dobrakan kencang yang dia lakukan pada pintu kamarnya. Hyumi bergegas mengambil koper memasukan asal bajunya, garis bawahi bajunya... Baju miliknya yang dia beli dengan uangnya, uang hasil kerjanya. Berbagai barang yang memang hanya miliknya. "Hiks.... Hiks... Hiks.... " Hyumi menutup resleting koper miliknya hingga matanya melirik cincin yang berada di jari manisnya. Sebuah cincin pernikahan nya dengan Yoogi. Hyumi menariknya, melepaskannya paksa dan melempar asal cincin itu entah kemana. Hatinya sakit, terluka dengan begitu dalam. Beberapa kali tangannya tergerak seakan ingin memukul sesuatu. "Aku harus kuat, eomma harus kuat benar kan? Hiks... Hiks... Eomma harus kuat"gumam Hyumi. Tangannya menyeka kasar air mata yang berada di wajahnya. Hyumi bangkit berdiri, menarik kopernya dan keluar dari sana. Langkah nya terhenti saat Yoogi berdiri di hadapannya. "Mianhae"gumam pria itu yang membuat Hyumi mendecih. Hyumi menyeka air mata yang terus meluncur di pipinya, matanya beralih menatap Yoogi nanar. "Untuk apa?!! Untuk apa meminta maaf kalau pada akhirnya kau akan tetap menyakitiku!!" "Mengurangi rasa bersalahmu dengan kata maaf yang kau lontarkan padaku! Aku... Aku membencimu Yoogi" "Kali ini kau sukses membuatku terluka, kali ini kau sukses membuatku begitu membencimu" "Seharusnya dari awal kita tidak pernah bertemu"lirih Hyumi. Hyumi kembali menarik kopernya, berjalan pergi meninggalkan Yoogi yang berdiri mematung di tempatnya. Hyumi terus menyeret kopernya pergi hingga akhirnya kini dia keluar dari sana. Dari Rumah yang meninggalkan begitu banyak kenangan selama 7 tahun ini. Hyumi menghentikan langkahnya, hanya beberapa detik hingga kaki itu kembali melangkah pergi. "Jangan pernah menoleh ke belakang walaupun kau begitu menginginkannya, mengingat dan mengenang apa yang menjadi kesedihanmu hanya lah membuat luka dan dendam terpendam yang membuat hidupmu menjadi kacau" "Kau bisa membuat pelajaran dari hal itu, tapi jangan coba untuk mengenang kalau pada akhirnya hal itu hanya membuatmu terluka" "Kau harus ingat itu,.. Park Hyun Mi" *** Hyumi berjalan di pinggir trotoar seraya menarik kopernya dengan tangis yang masih membasahi pipinya. Walau tangan itu kerap kali menyeka dan menyingkirkannya, tapi rasa sakit di hatinya selalu membuat air mata itu meluncur keluar. Jongguk tak sengaja lewat dan menemukan sosok wanita itu. CEKITTT/// Jongguk menghentikan laju mobilnya cepat, keluar mobil dengan tergesa-gesa. "HYUMIIII"teriaknya kencang. Di antara banyaknya krumunan orang yang berlalu, Jongguk berteriak memanggil nama wanita itu dan berusaha meraih pergelangan tangannya. Sampai. Tangan itu berhasil meraih pergelangan tangan wanita itu dan menyentaknya hingga kini berbalik ke arahnya. "Hyumi"gumam Jongguk saat mendapati betapa menyedihkannya wanita itu yang kini menangis dengan sesegukan. "Hiks... Jongguk-ah, hiks... Yoogi dan aku akan bercerai, hiks.... Kami akan bercerai... Hiks... Dia.... Dia ingin menceraikanku hiks... " "Jongguk-ah... Eottokhae? hiks... Eottokhae... ?" Jongguk menarik tubuh wanita itu, mendekapnya dengan erat. Dia ingat bagaimana wajah Hyumi yang begitu bahagia dengan mengatakan akan berbicara pada Yoogi tentang kehamilan nya yang cukup membuatnya terluka. Tapi melihat wanita itu menangis seperti ini membuat hatinya lebih terluka. Dan Jongguk sadar, kesakitannya adalah melihat wanita yang dicintainya ini di sakiti oleh orang lain, melihat bagaimana air mata itu membasahi wajahnya membuat hatinya teriris dan tercabik-cabik. Jongguk membawa Hyumi ke Apartemennya. Hyumi mendudukan dirinya di atas kasur di dalam kamar Jongguk. "Aku belum membersihkan kamar sebelah, besok aku akan membersihkannya agar kau bisa menempatinya ,,kau tinggal saja di sini" "Kau bisa mengatakan padaku tentang apapun yang kau butuhkan" "Jangan segan untuk mengatakannya padaku arraseo" Hyumi menganggukkan kepalanya. Jongguk tersenyum dan mengacak rambut wanita itu gemas. "Aku ada urusan sebentar, kau tidak apakan ditinggal sendirian?" Hyumi mengangguk dengan senyum tipis yang ditunjukkannya. "Kalau begitu aku pergi dulu" Suara pintu yang tertutup meninggalkan Hyumi sendirian di dalam kamar tersebut. Ceklek// Hyumi kembali menoleh dan mendapati kepala Jongguk yang menyembul ke dalam. "Kau... Tidak akan berbuat yang aneh-aneh kan? Menyakiti bahkan melukai dirimu sendiri?" Hyumi menggelengkan kepalanya seraya tersenyum sendu ke arah Jongguk. "Tidak lagi, tidak akan pernah. Melukai diriku untuk pria seperti Yoogi, aku rasa itu tidak akan pernah terjadi lagi" "Baiklah.. Aku percaya padamu kau harus berjanji kalau kau benar-benar tidak akan melakuan hal bodoh semacam itu" "Aku berjanji Jongguk-ah" *** "Kau benar-benar akan bertemu dengannya lagi?"pertanyaan JiYeon membuat Hyumi membalikan tubuhnya ke arah Jiyeon. Hyumi membenarkan blazer yang di pakainya, sudah satu minggu dia tingal bersama Jongguk dan satu minggu itu juga Hyumi tidak bertemu dengan Yoogi. "Ne sekalian mengantar uang yang dia transfer ke rekeningku, uang yang di berikannya akan aku kembalikan lagi, aku tidak butuh uang itu" "Ya.. Kembalikan saja, jangan bawa sesuatu yang dia berikan, itu terdengar seakan kau begitu rendah bila membawa apa yang dia berikan saat kalian berpisah" "Eumm... Aku pergi dulu annyeong" Hyumi melangkah pergi ke tempat pertemuannya dengan Yoogi. Semuanya harus selesai dengan cepat. Butuh waktu 15 menit bagi Hyumi untuk sampai di sana menggunakan bus. Hyumi masuk ke dalam Cafe, menemukan sosok pria itu yang kini duduk di sudut Cafe. Hyumi menghela nafasnya, dia harus kuat dan mencoba untuk melakukan hal ini dengan cepat tanpa air mata yang akan menetes membasahi wajahnya, yang akan terlihat seperti wanita yang memilukan di tinggal sang suami seperti seorang Min Yoogi. Suara kursi tergeser, Yoogi yang sedang melihat ke arah luar memalingkan wajahnya mendapati Hyumi yang kini duduk di hadapannya. Kedua itu menatap sang wanita dengan pandangan sendu, sudah lama rasanya dia tidak melihat dari jarak dekat wajah wanita itu. Ya... Yoogi masih suka melihat wanita itu dalam diam, memperhatikan segala aktifitasnya seperti seorang sesaeng pada sang idola. Yoogi mengangkat sebelah tangan kananya pada seorang pelayan wanita. "Ada yang bisa saya bantu tuan, anda mau pesan apa?" "Kau mau minum apa?"Yoogi menoleh pada Hyumi. "Macchiato" "Macchiato 2" Pelayan itu pergi meninggalkan Yoogi dan Hyumi yang terlihat canggung. Kini memang sudah ada pembatas diantara mereka, pembatas yang begitu tebal, sebuah tembok penghalang. Hyumi menaruh amplop coklat yang berisi Surat Perceraian yang sudah di tanda tanganinya. "Ini suratnya dan ini uang yang kau transfer ke rekeningku, aku kembalikan dengan jumah uang yang sama tanpa kurang 1 won pun di dalamnya" Yoogi melirik ke atas meja, amplop itu di gesernya mendekat ke arahnya sementara amplop coklat berisi uang itu di geser ke arah Hyumi. "Terimalah ini dan jangan di tolak, belilah Rumah dan baju yang bagus untukmu, lalu sisanya bisa kau pakai untuk manjalani hidupmu, aku akan mengirimnya lagi setiap bulan ke rekening itu, pakailah sebaik mungkin" Hyumi berdecak, bibirnya tersenyum remeh ke arah Yoogi dan melempar tatapan tajam ke arah pria itu. "Kau terdengar begitu merendahkanku, hanya karena aku sebatang kara di dunia ini bukan berarti aku akan mati hanya karena berpisah darimu" "Maaf kalau perkataanku menyinggungmu, aku tidak bermaksud begitu, hanya saja aku mohon... Tolong terima ini" "Tolong jangan memaksaku dan membuatku semakin membencimu" Tak lama seorang pelayan datang dengan coffee yang di pesannya. Menghentikan sejenak percakapan tegang tersebut. "Bagaimana kabar Yoora?"Hyumi membuka percakapan setelah pelayan pergi. "Kau hanya bertanya kabar Yoora, bagaimana dengan ku?!!" "Dia baik , aku buruk kalau kau mau tahu" "Aku lihat kau baik-baik saja, jangan sakiti Yoora seperti kau menyakitiku" "Kau pasti sangat membenciku" "Tentu saja aku membencimu, selama ini aku mencoba bertahan di sisimu tapi pada akhirnya kau tetap mendorongku dari hatimu" "Ne... Tidak akan ada lagi air mata mulai dari sekarang, aku akan akan hidup dengan baik dan melupakanmu" Yoogi terhenyak mendengarnya, hatinya mencelos dan terasa perih di dalam sana. "Kita akhiri di sini, aku harap tidak akan pernah bertemu denganmu lagi selamanya" "Kalau pun nanti kita tidak sengaja bertemu, bersikaplah seperti kita tidak saling mengenal" "Aku pergi" "Sampai bertemu di Pengadilan" Hembusan angin terasa menerpanya, wanita yang di cintainya pergi ..menyisakan sebuah rasa sakit yang membuat perih dihatinya. Rasa dingin itu terasa, semuanya sudah berakhir. Pernikahan 7 tahun itu kini telah kandas. Pernikahan yang bermula dari sebuah senyuman dan kebahagiaan kini hancur menyisakan rasa sakit dan rasa terluka yang mendalam. *** Yoogi duduk dengan perasaan gelisah, 3 menit lagi acara persidangan akan dimulai. Degupan jantungnya terasa menggila, matanya melirik ke arah kursi di sebelahnya. Kosong. Wanita itu kerap kali melewati persidangan. Yoogi merasakan seseorang duduk di sebelahnya, wajahnya menoleh cepat dan mendapati Hyumi di sana. Persidangan di mulai, Yoogi kerap kali mencuri pandang ke arah Hyumi, sementara wanita itu terus fokus menatap lurus. Hingga akhirnya ketukan Palu 2 kali mengakhiri acara ini,. Hyumi dan Yoogi sah bercerai. Yoogi menoleh pada Hyumi, dengan cepat wanita itu bangkit dan pergi meninggalkannya begitu saja. Yoogi berdiri di luar menunggu seseorang, hingga akhirnya Hyumi keluar dari Gedung Pengadilan. Ternyata wanita itu masih di sana, tapi entah dia kemana tadi. Yoogi berdiri menghadap Hyumi yang berjalan turun ke arahnya. Wanita itu terus bergerak hingga akhirnya.... Lagi-lagi terasa hampa. Hyumi terus berjalan tanpa menghiraukannya lagi. Yoogi menoleh ke belakang, terlihat Hyumi menghampiri JiYeon yang kini membukakan pintu mobil untuknya. "Ayo masuk, hari baru di mulai"gumam JiYeon pada Hyumi yang dibalas anggukan kepala dari wanita itu yang bergerak masuk ke dalam mobil. JiYeon beralih menatap Yoogi tajam, sorot matanya seakan penuh dengan kebencian, siapa yang tidak akan marah saat teman yang dianggap seperti adik sendiri di sakiti oleh orang lain. JiYeon ikut masuk ke dalam mobil hingga akhirnya mobil itu melaju pergi. *** Yoogi melajukan mobilnya menuju Rumahnya, sesosok pria yang berdiri di depan gerbangnya membuatnya menyerngit bingung. Mobilnya terhenti, ia keluar dari dalam mobil dan menghampiri pria itu. "Siapa kau? Mau apa kau kemari?" Pria itu menoleh ke arah Yoogi, sudut bibirnya terangkat dengan melemparkan senyuman remeh ke arahnya. "Apa kau Min Yoogi? Bisa kau seret Yoora ke hadapanku" "Ada perlu apa kau kemari? Kenapa kau mencari Yoora" "Aku hanya ingin meminta jatahku, setelah apa yang aku lakukan untuknya." "Apa maksudmu?" "Kau... Bisa kau berikan uang kepadaku sekarang juga, kau suaminya kan" Yoogi berdecak hingga akhirnya kedua tangannya meraih kerah pria itu dan mencengkramnya kuat. "Katakan dengan jelas, apa yang kau lakukan untuk Yoora?!! Dan siapa kau sebenarnya?" "Aku appa dari anak yang di kandung Yoora, dan aku kemari untuk mengambil uangku yang wanita itu janjikan per blnnya, ini sudah lewat dari tanggal yang seharusnya dan aku menginginkannya sekarang juga" DEGG!! "A.... Apa!!" *** Jongguk tersenyum, mengingat beberapa minggu ini wanita itu berada di dalam Rumahnya, menyambut kepulangannya. Seperti sudah membangun Keluarga kecilnya, ia menekan beberapa digit password hingga suara ceklek menandakan pintu itu telah terbuka. "Aku pulang"ucapnya dengan wajah sumringah. Jongguk masuk ke dalam, tapi kesunyian menyelimuti Rumahnya. "Hyumi"panggilnya saat tidak menemukan sosok wanita itu di Ruang tamu. "Hyumi eodiyeyo?"Jongguk mencari Hyumi di dalam kamar wanita itu, di dapur bahkan di kamarnya tapi dia tidak ada. Ia eraih ponselnya, mencoba menghubungi wanita itu. "Nomor yang anda tuju tidak dapat di hubungi, anda akan terhubung dengan kotak suara silah... " PIP. Lagi-lagi di cobanya, mengirim pesan bahkan menelpon tapi tak kunjung mendapatkan respon darinya. "Hyumi tolong angkat teleponku, dimana kau?"ucapnya pada kotak suara. Jongguk mondar-mandir tidak jelas, rasa frustasi mulai menyelimutinya, rasa takut jika wanita itu akan bertindak hal bodoh mulai terpikirkannya. Jongguk mengambil minum, mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri hingga sebuah kertas yang menempel di depan pintu kulkas menahan pergerakannya. Annyeong Jongguk ini Hyumi. Terima Kasih... Terima Kasih atas bantuanmu selama ini, aku benar-benar berterima Kasih padamu. Entah bagaimana caranya agar aku membalas setiap kebaikanmu padaku. Ini sudah terlalu banyak kau memberikan bantuan padaku, dan sudah terlalu banyak aku merepotkanmu. Aku rasa sudah cukup sampai di sini, aku tidak mau merepotkan mu lagi. Maafkan aku, sebagai wanita beranak satu aku tidak bisa menerimamu. Aku bukan wanita yang pantas untuk menerima pria baik sepertimu. Aku yakin kau pasti mendapatkan wanita yang lebih baik dariku. Aku berjanji tidak akan melakukan hal bodoh yang membahayakan hidupku. Terima Kasih Jongguk... Aku pamit... Semoga kau hidup bahagia. "Sial"decaknya. Jongguk berlari keluar Apartemennya, wajahnya kelihatan panik dan ketakutan. "HYUMIII!" Teriaknya panik, Jongguk menyusuri jalan nan matanya mengedar ke segala arah. "HYUMIIIIIII"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD