Ruang di ujung lantai dua itupun tampak trenyuh oleh suara tangis orang-orang di dalamnya begitu melihat Key histeris mengutuk tangannya yang tremor tidak berguna. Hancur hati Via melihat anaknya sesakit itu, sedang Bian terguncang hebat dalam tangisnya dengan tangan terkepal gemetar. “Sialan!” teriak Bian tiba-tiba menghantamkan tinjunya ke tembok sampingnya. “Apa-apaan kamu, Yan!” Ibra buru-buru menghentikan kelakuan Bian yang lepas kendali. “Biarkan saja! Biar tangannya remuk juga tidak akan sebanding dengan luka yang diberikan ke Keyra. Papa sialan, kamu! Bilang ke Key bukan dia ataupun tangannya yang tidak berguna, tapi kamu sebagai papanya yang tidak berguna!” seru Via dengan derai tangis dan nafas terengah menatap suaminya penuh emosi. Herman Wijaya saja sejak tadi juga berlina
Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books