BAB 14: JIKA MORIN LAGI KUMAT 1

1773 Words
Sekarang mereka sudah berada di Harrods, salah satu mall elite yang sudah melegenda di London. Morin menautkan jemarinya dengan jemari Darius yang membuat pria itu berhenti berjalan dan mengernyit tidak suka melihat jemari mereka yang bertautan. Namun suara Morin terlebih dahulu menghentikan segala protes yang akan keluar dari bibir pria itu. “Om sudah janji kemarin, jadi tidak boleh komplain” kata Morin. “Janji apa?” kerutan di kening pria itu semakin dalam. “Om akan jadi sugar daddyku selama kita disini” jawab Morin dengan senyum liciknya. Morin tidak pernah menyembunyikan sifat aslinya dari keluarganya. Seperti sekarang, dia tahu kalau omnya pasti sudah menyadari kalau dirinya sudah diperdaya. Jadi untuk apa dia berpura pura lagi? toh omnya sudah menyetujui permintaannya. “Kau sudah merencanakan ini ya?” kata Darius. Sekarang matanya menatap Morin curiga. Ini adalah perkataan semua orang yang telah dimanipulasi Morin. “Om sudah bilang setuju, jadi tidak bisa ditarik lagi” Senyum Morin berubah menjadi tawa kemenangan. “Ayo sugar daddy, sekarang waktunya sugar baby diajak belanja” kata Morin lagi dengan nada dibuat buat sambil menarik tangan Darius dan matanya mengerjap genit pada pria itu. “Iyaw.. menjijikkan sekali kalau harus bicara seperti itu” ucap Morin lagi sambil tertawa geli mendengar nada suara manja nan genit yang tadi dia buat sendiri. Darius hanya menggelengkan kepala dan tertawa melihat kelakuan keponakan absurdnya ini. Bagaimana dia bisa marah dengan gadis nakal ini? Akhirnya dia membiarkan dirinya digandeng oleh keponakannya ini. Mereka berjalan bergandengan tangan tanpa memperdulikan tatapan orang lain yang penasaran karena Darius Hartadi adalah pengusaha yang terkenal tidak pernah dekat dengan wanita. Mereka masuk ke toko dan membeli apa yang Morin mau, yang tentu saja sekarang sugar daddy mode on. Sesekali dengan iseng Morin akan memeluk lengan omnya dan menunjukkan puppy eyesnya, lalu berkata dengan manja. ”Om, aku mau tas yang itu” katanya sambil menunjuk suatu barang, lalu mengerjapkan matanya beberapa kali. Darius hanya diam melihatnya dan menggelengkan kepala lagi melihat kekonyolan Morin, namun dia merasa terhibur dengan hal itu. Dia merasa wajah gadis itu sangat menggemaskan saat menunjukkan puppy eyesnya. Padahal gadis itu hanya perlu bawa barang yang diinginkannya ke kasir dan dia pasti akan membayar belanjaannya, tapi entah kenapa gadis itu suka membuat pramuniaga toko terkejut. Seperti sekarang. Setelah tas itu dibayar dan Morin menginstruksikan untuk mengirim barang itu ke apartemen. Lalu mereka keluar dari butik tas itu. Setelah agak jauh dari toko tadi, Morin tertawa terbahak. “Om lihat. Wajah pramuniaga itu lucu sekali. Wajahnya antara mau mencemooh dan jijik, tapi dia harus tersenyum. Akhirnya wajahnya seperti orang sembelit” kata Morin yang belum berhenti tertawa. Darius pun tersenyum teringat wajah pramuniaga yang awalnya melotot kaget lalu menggigit bibirnya sendiri agar tidak mencibir saat Morin tiba tiba bergelayut di tangannya dan merengek manja. Ada ada saja kelakuan gadis itu. Setelahnya Morin masuk ke butik yang menjual pakaian. Dia tersenyum culas yang tentu saja tidak terlihat oleh si om. Dia lalu memilih beberapa pakaian dari tablet yang tersedia disana dan minta pramuniaga mengantarkannya ke kamar ganti. Tidak lama kemudian, pramuniaga sudah membawa baju yang dipilihnya ke ruang ganti. Morin berhasil memaksa Darius untuk menemaninya ke ruang ganti. Butik itu memiliki ruang ganti eksklusif, jadi Darius bisa menunggu di sofa yang berada tepat di depan ruang ganti. Sreek Tirai ruang ganti dibuka Morin yang sudah menggati pakaiannya.. “Om” panggil Morin. Darius yang sedang melihat ponselnya menoleh saat dipanggil. Matanya langsung melotot. Morin menggunakan dress ketat mini berwarna merah yang memeluk tubuhnya seperti kulit kedua. “Tidak boleh” seru Darius. “Kenapa om? warna ini bagus di kulitku” kata Morin polos. “Kamu seperti lemper. Ganti baju yang lain!” kata Darius. Lalu dia kembali menatap ponselnya. “Koq lemper? Iihhh.. Om mah” lalu Morin berbalik dan masuk lagi ke ruang ganti. Tanpa sadar sejak tadi Darius menahan napas saat melihat Morin keluar dengan pakaian yang sangat ketat itu, sekarang dia baru bisa bernafas dengan normal lagi. Setelah menenangkan dirinya, dia mulai melihat ponselnya lagi untuk memeriksa pekerjaannya lagi. Sreek Darius langsung menoleh mendengar suara tirai ditarik. Kali ini dia menganga. Morin menggunakan tank top crop longgar berwarna putih yang panjangnya pas di bawah d**a dan celana pendek hipster berwarna hitam, dia memegang jaket berwarna senada dengan celana itu. Morin sudah pasti sengaja tidak memakai jaketnya. Pakaian itu memperlihatkan pinggang dan perut mulus Morin, ditambah dengan potongan celana yang jatuhnya di pinggul, benar benar menampakkan lekukan pinggang indah Morin. “Itu baju tidak layak pakai! Ganti bajunya!” seru Darius kesal. “Om, ini kan baju jaman now! Ini tuh new edition, limited edition. Buatan Designer ternama. Hanya dibuat lima set saja.” bantah Morin. “Tidak bisa! Perutmu kemana mana itu. Nanti masuk angin!” omel Darius, emosinya mulai naik. “Ih, Morin itu gak gampang masuk angin koq. Baju Morin di rumah banyak yang modelnya seperti ini!” jawab Morin masih ngotot. Padahal mah dirumah bajunya normal normal aja. “Pokoknya tidak boleh!” suara Darius semakin tinggi mendengar Morin berkata bajunya di rumah banyak yang seperti itu. Dia benar benar harus bicara dengan Donny! Sebenarnya bagaimana cara adiknya itu membesarkan anak? Kenapa membiarkan Morin menggunakan pakaian kurang bahan semacam ini! “Aahhh.. Om kuper!!” oceh Morin kesal, lalu dia kembali masuk lagi ke ruang ganti. Dia tersenyum licik saat melihat baju terakhir yang sekarang digantung di depannya. Mari kita coba baju ketiga, masih bisakah omnya memperlakukannya seperti anak kecil setelah melihatnya menggunakan baju ini? Sreek Ponsel itu terlepas dari tangan Darius. Sesaat otaknya kosong, dia bahkan tidak bisa bicara saat melihat tubuh Morin. Tubuhnya bereaksi tanpa bisa dia cegah, sekarang celananya menjadi sempit. “Morrinnnn” Darius mengeram, wajahnya memerah tanda emosinya sudah sampai batasnya. Morin yang menyadari omnya sebentar lagi akan mengamuk langsung lari masuk ke dalam ruang ganti lagi. Lalu dia terkikik sendiri. Dia berjongkok, sebelah tangannya memegangi perutnya dan sebelah lagi menutup mulutnya agar suara tawa bahagianya tidak keluar. Setidaknya sekarang dia yakin kalau omnya masih normal! Dia bisa melihat dari cara omnya melihat tubuhnya tadi. karena omnya tidak memprediksikan hal ini, jadi omnya tidak bisa memakai topeng datarnya itu. Baju macam apa yang dipakai Morin? Dia mengenakan gaun malam panjang berwarna hijau gelap, hanya saja belahan dadanya sampai ke perut. Modelnya itu mirip baju yang dipakai pacar spiderman saat premiere spiderman terbaru. Jangan lupakan aset Morin yang berukuran 34C dalam balutan gaun semacam itu. Sreek Darius sudah mempersiapkan mentalnya untuk melihat Morin yang mungkin akan memakai baju transparan, namun ternyata gadis itu sudah menggunakan pakaian asalnya. Mata mereka bertatapan, dan dia mengangkat sebelah alisnya bertanya. “Tidak seru mencoba pakaian dengan om. Nanti aku beli online saja” sahut Morin cemberut dan berlalu meninggalkan Darius yang memucat mendengar perkataan Morin. “Tunggu Morin!” Darius langsung mengejar Morin. Dia khawatir gadis nakal itu beneran membeli pakaian pakaian kurang bahan itu secara online setelah sampai Jakarta. Darius berhasil menemukan Morin yang sudah berada di kasir dan sedang membayar belanjaannya. “Kamu tidak boleh membeli pakaian pakaian itu” kata Darius. Wajahnya tampak mengerikan sekarang. Kasir butik tersebut langsung berhenti memproses transaksi Morin saat melihat wajah Marah Darius. “Miss..” panggil kasir itu ragu ke arah Morin. “Proses saja. Lalu kirim ke alamat ini” sahut Morin cuek. Dia menuliskan alamat apartemen omnya. “Jangan proses atau akan kubuat butik ini tutup” ancam Darius yang membuat si kasir menjadi pucat. “Om, aku tidak bodoh. Kalau aku mau membeli pakaian tadi, aku akan membelinya setelah aku di Jakarta. Aku tidak akan mengambil resiko om membuang pakaian itu setelah dikirim ke apartemen. Yang aku bayar itu pakaian biasa” kata Morin mengompori yang tentu saja membuat wajah Darius terlihat semakin mengerikan. “Tunjukkan padanya pakaian yang saya beli” kata Morin pada kasir yang sudah pucat pasi itu. Lalu si kasir dan beberapa pramuniaga butik mengeluarkan pakaian yang dibeli Morin dan menunjukkannya pada Darius. Memang itu adalah pakaian yang cukup bahan, Morin sudah mencoba pakaian itu di dalam ruang ganti namun tidak menunjukkannya pada Darius. Darius menoleh pada Morin setelah melihat pakaian pakaian itu, alisnya berkerut. Dan Morin hanya mengendikan bahu lalu menyuruh si kasir memproses pembayarannya. Saat mereka keluar dari butik, Darius langsung memegang tangannya dan menariknya agar berhenti berjalan. “Kamu tidak boleh membeli pakaian tadi!” kata Darius dengan tatapan penuh intimidasi yang membuat nyali Morin sedikit menciut. “Iya” jawabnya. “Apa?” Darius kembali mengerutkan keningnya. Gadis nakal ini setuju tanpa berdebat? ini lebih mencurigakan! “Aku tidak beli pakaian tadi, tapi..” jawab Morin lagi. Memang dari semula dia tidak mau beli baju kurang bahan itu koq, bisa dibantai dia sama mama! “Tapi apa?” Darius menyipitkan matanya. Ini baru Morin yang dia kenal, gadis itu tidak akan menurut jika tidak ada benefit baginya. “Aku ingin cincin di hari ulang tahunku nanti” jawab Morin. Dia melipat kedua tangannya di bawah d**a dan menaikkan sebelah alisnya menantang. “Cincin?” ulang Darius. “Iya. Cincin sebagai hadiah ulang tahunku dari om, yang harus om pilih sendiri” jawab Morin, dia tersenyum miring dan matanya masih menyorotkan tantangan. Jika omnya tidak bisa dengan sukarela memberikannya cincin, maka akan dia buat itu terjadi walau dengan paksaan. Yang penting dapat, hehe.. Nunggu omnya berinisiatif mah bisa bisa keburu dunia kiamat dulu dan rugilah dia tetap tidak dapat! Mereka saling menatap tajam beberapa saat, tidak ada yang berkedip. Mental Morin itu sudah sangat luar biasa, jadi jangan harap tatapan Darius yang semengerikan apapun bisa membuatnya takut dalam jangka waktu lama. Satu hal yang dia yakini, omnya tidak akan tega menyakitinya. Akhirnya Darius yang mulai bersuara. “Jika om belikan cincin di hari ulang tahunmu, kamu..” “Harus om yang pilih sendiri cincinnya” Morin memotong perkataan Darius. Oh, jangan harap Morin mengerti sopan santun saat ingin mencapai tujuannya. Darius melotot dan menggeram, rasanya dia ingin mencekik keponakannya ini sekarang juga. “Jika om belikan cincin yang om pilih sendiri sebagai hadiah ulang tahunmu nanti, kamu tidak akan membeli pakaian semacam itu lagi seumur hidup” kata Darius dan Morin tersenyum penuh kemenangan. “Deal! Aku mau cincin berlian solitaire yah” jawab Morin senang. “Janji kau tidak akan membeli pakaian semacam itu seumur hidup, sampai kamu mati?” tanya Darius lagi memastikan dan Morin mengangguk dengan semangat. “Baiklah, aku setuju” jawab Darius. Entah kenapa dia selalu kalah dari gadis nakal ini. Morin bersorak dalam hati mendengar persetujuan om tercintanya. “Tidak membeli bukan berarti tidak menggunakan loh om” kata Morin lagi setelahnya, dia menaik turunkan alisnya meledek si om. “Kamu!!” Darius terperangah. Dia masuk jebakan gadis nakal itu lagi! ****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD