Episode 16 : Elevator Itu...

1706 Words
Dua sejoli yang mengenakan nomor 20 saling melirik sambil tetap menunduk, mendengar Pota mengatakan jika Juan dan Eva telah lolos dari permainan di dalam elevator. Ada perasaan senang dan takut berkecamuk di dalam diri mereka. Dua sejoli itu terlihat sedikit lebih lega, karena sepasang kekasih di depan mereka berhasil lolos dari permainan kecil ini meski berakhir dengan tidak saling sapa. Namun mereka juga takut dengan pertanyaan yang akan diajukan oleh Pota. "Baiklah, untuk peserta pria nomor 20, apa yang kau lakukan pada malam hari sebelum masuk ke dalam permainan ini, hmm?" tanya Pota dari balik pengeras suara. Nada bicara Pota mengisyaratkan seakan badut kentang itu mengetahui banyak hal tentang para peserta. Pria nomor 20 membuka mata lebar-lebar sambil tetap menunduk. Ia terkejut Pota menanyakan hal yang tidak seharusnya diketahui oleh orang lain, karena kejadian itu hanya disaksikan oleh dirinya dan… Kejadian bermula ketika pada malam itu, pria nomor 20 yang saat itu jelas belum masuk ke dalam Couple Games, sedang berpesta dengan gadis-gadis di klub malam bawah tanah Kota Industri. Pria nomor 20 sebenarnya memiliki kekasih yang saat itu sedang ada di tempat lain, namun ia memilih untuk bersenang-senang dengan wanita lain daripada menunggu kekasihnya di rumah. Malam itu, pria nomor 20 benar-benar dibuat mabuk oleh keadaan. Bahkan ada satu orang wanita yang akhirnya “dibungkus” ke sebuah motel yang tidak jauh dari klub malam tersebut. Sayangnya, saat itu nasibnya sedang tidak baik. Baru saja ia memulai permainan, kamar motel yang ia gunakan digedor oleh seseorang. Ketika dibuka, rupanya ada beberapa orang berpakaian preman yang memaksa masuk ke dalam kamar. Pria nomor 20 yang tidak tahu apapun merasa bingung, karena apa yang ia lakukan tidak masuk ke dalam tindakan kriminal. Pria-pria berpakaian preman yang ternyata polisi itu, menggeledah seluruh isi kamar, hingga akhirnya mereka menemukan beberapa bungkusan kecil berisi serbuk putih di kantong celana pria tersebut. Merasa bingung karena tidak merasa memiliki benda tersebut, pria nomor 20 memberontak kepada petugas kepolisian sekuat tenaga. Sayangnya, bukti kuat membuat pria itu tidak berdaya melawan polisi yang membawa senjata api. Saat itulah tim pemburu dari Couple Games yang sudah mengintai peserta nomor 20, datang menyelamatkannya. Hingga akhirnya ia bangun di dalam kubus putih dan bertemu dengan kekasihnya. Miris memang, di manapun kita berada, praktek seperti ini kerap terjadi. Sebuah praktek tindak kolusi dengan mengorbankan kepala orang lain, sehingga target operasi yang sebenarnya bisa lolos dari jeratan hukum, bukan hal baru lagi di masyarakat. Masyarakat sering dibuat bingung dengan pemberitaan masif tentang seseorang yang ditangkap sebagai kartel narkoba, atau mafia proyek, padahal tersangka yang sebenarnya masih bersembunyi di balik bayangan dengan aman. Biasanya, orang-orang yang menjadi korban tukar kepala, diberikan imbalan yang setimpal. Namun dengan syarat, korban tukar kepala adalah orang yang dipercaya dan dikenal oleh target operasi yang sesungguhnya. Namun kejadian yang menimpa pria nomor 20 juga tidak jarang terjadi, di mana tersangka tukar kepala menunjuk orang asing yang tidak dikenal sama sekali untuk menjadi korban tukar kepala, demi menghilangkan jejak dari dirinya. Jadi, apakah para penonton masih menganggap penyelenggara Couple Games adalah orang-orang jahat? Sayangnya, kisah kelam itu tidak diketahui oleh peserta wanita nomor 20, karena saat itu ia sedang berada di tempat lain. Saat sadar berada di tempat asing dan berhasil menemui kekasihnya, pria nomor 20 menjadi ragu, apakah ia harus menceritakan hal ini kepada kekasihnya atau tidak, karena apa yang ia perbuat sebelumnya adalah bentuk pengkhianatan cinta. "Untuk peserta wanita nomor 20, mungkin aku akan mengajukan pertanyaan yang sama. Apa yang kau lakukan di malam hari sebelum masuk ke dalam Couple Games?" Saat peserta pria nomor 20 sedang termenung, Pota kembali melanjutkan pertanyaan untuk kekasih pria tersebut. Pertanyaan yang dilontarkan, sedikit berbeda dengan pasangan nomor 22, yaitu Juan dan Eva. Saat Juan dan Eva diberikan dua pertanyaan berbeda, pasangan nomor 20 justru diberi pertanyaan yang sama persis. Hal itu karena memang ada hal penting yang melatarbelakangi penjemputan mereka ke dalam Couple Games. Pasangan nomor 20, adalah salah satu pasangan yang baru diawasi akhir-akhir ini oleh penyelenggara, karena satu di antara mereka berdua sedang menjadi target operasi tukar kepala oleh oknum petugas kepolisian dan kartel narkoba kelas internasional. Tim penyelenggara Couple Games yang melihat potensi mereka di masa depan setelah pengintaian, memilih menyelamatkan keduanya meski seharusnya hanya satu di antara mereka yang diselamatkan. Namun saat pria nomor 20 dibawa oleh tim pemburu Couple Games, sesuatu juga terjadi kepada si wanita nomor 20. Rupanya, wanita nomor 20 ini bekerja sama dengan kartel narkoba untuk menukar kepala kekasihnya untuk diserahkan kepada kepolisian dengan uang senilai jutaan dolar. Wanita ini juga yang memberikan informasi kepada oknum kepolisian tentang lokasi kekasihnya berada yang berujung dibuntutinya pria nomor 20 ke motel tempat ia disergap. Lalu, kenapa pihak Couple Games juga memasukkan wanita yang jelas-jelas berniat mencelakakan pria nomor 20 ke dalam permainan? Inilah seni yang ada di dalam Couple Games, para penonton yang budiman! Couple Games adalah permainan cinta untuk membuktikan kesungguhan dan kesetiaan pasangan. Dengan adanya cerita dan kejujuran yang diungkap, kita semakin tahu tentang apa yang disembunyikan oleh pasangan dan bisa mengambil sikap atas hal itu. "Pasangan nomor 20, jujur atau tantangan?" Pota berteriak kencang sekali di depan mikrofon. Ia tampak lebih antusias lagi dibanding ketika memberikan pertanyaan kepada Juan dan Eva, karena Pota tahu bahwa pasangan nomor 20 memiliki cerita yang lebih menegangkan untuk diungkap. Setelah merenung beberapa saat dan menarik nafas panjang, pria nomor 20 memutuskan untuk menjawab jujur atas pertanyaan yang diajukan oleh Pota. Ia tahu, perbuatan selingkuh sebenarnya adalah sebuah kesalahan yang disengaja. Dengan ia jujur kepada kekasihnya, pria nomor 20 berharap ada pintu maaf dari sang kekasih dan mereka bisa memulai kehidupan baru yang lebih baik dari sebelumnya. "Tantangan, aku memilih tantangan!" jawab wanita nomor 20 tanpa ragu. "Buahahaha!" Pota tertawa terbahak-bahak mendengar jawaban tersebut. Beruntung, mikrofon dalam keadaan mati sehingga tawa liarnya tidak terdengar hingga di telinga peserta. Ia tidak menyangka ada peserta yang mau mengambil tantangan, padahal mereka sedang memegang pisau yang sangat berbahaya apabila digunakan untuk berbuat salah. Pota bahkan merasakan ada sesuatu yang basah di dalam celana, karena tidak kuat menahan rasa geli di dalam perut akibat tingkah dari wanita nomor 20. “Tantangan? Apakah kau yakin memilih tantangan? Saat ini kau memegang pisau di tanganmu. Aku yakin kau sudah tahu tantangan apa yang harus dilakukan!” seru Pota sambil menekan tombol mikrofon agar bisa didengar oleh para peserta. Wanita nomor 20 hanya menatap pengeras suara dengan mata dingin, seakan ia sudah siap untuk membunuh. Pota semakin senang dengan apa yang terjadi di dalam elevator, ia masih tetap terlalu antusias melihat kenekatan dari wanita nomor 20, agar informasi yang ia miliki tidak bocor hingga ke telinga kekasihnya, karena wanita itu sudah menikmati uang hasil misi tukar kepala yang ia lakukan. Mungkin, wanita itu berpikir bahwa pisau yang ia pegang akan digunakan untuk menyerang peserta lain di dalam elevator, namun sayangnya rencana Pota tidak sesederhana itu. “Tantangannya adalah, BUNUH KEKASIHMU SENDIRI! Hahaha!” Badan wanita nomor 20 bergetar hebat ketika mengetahui jika orang yang harus ia bunuh adalah kekasihnya sendiri. Padahal, jauh di dalam pikirannya, wanita itu tidak pernah berpikir untuk menumbalkan orang yang sebenarnya sangat ia sayangi itu. Saat menerima tugas untuk menukar kepala kekasihnya, wanita itu berpikir jika suatu saat kekasihnya akan bebas dari penjara dan mereka bisa bertemu lagi di luar penjara, melanjutkan kehidupan mereka dengan uang yang berhasil didapatkan, kemudian hidup bahagia dalam pernikahan. Sayang, impian hanya tinggal impian. Orang yang harus ia habisi rupanya adalah kekasihnya sendiri. Wanita nomor 20 mundur perlahan, ia menjatuhkan pisau dari tangannya. Pria nomor 20 tidak kalah terkejut, ia memohon kepada kekasihnya agar tidak menuruti permintaan dari Pota, karena ia merasa permintaan itu sangat konyol dan tidak manusiawi. Pria itu bahkan bersujud di hadapan kaki kekasihnya, sementara wanita nomor 20 masih tetap tidak bergerak karena tidak mampu memenuhi permintaan dari Pota. Tiba-tiba, suara gemuruh terdengar dari bagian atas elevator bersamaan dengan guncangan yang terasa hebat. Juan dan Eva merasa panik, mereka saling berpegangan satu sama lain. Namun hal serupa tidak terjadi pada pasangan nomor 20, di mana mereka masih sibuk terpaku dengan tantangan yang diberikan oleh Pota. “Jika kau tidak menuruti tantanganku, maka kalian berempat akan mati! Bagaimana? Ehe!” ucap Pota dengan nada sok imut dari balik pengeras suara. Pota benar-benar sangat menikmati siksaan yang diterima oleh peserta di dalam elevator ini. “Hei! Cepat lakukan sesuatu!” Juan berteriak, hingga membuat wanita nomor 20 tersadar dari lamunannya. Ia tampak bingung, tidak tahu apa yang harus dilakukan. “Waktu terus berjalan, Sayang! Kita tidak tahu, berapa lama elevator ini bisa bertahan sebelum kalian keluar! Ingatlah, pintu tidak akan terbuka jika kalian tidak menyelesaikan permainan di tempat ini, ehe!” “Tapi kami sudah menyelesaikan permainan ini! Kenapa kami ikut terjebak?” seru Eva. “Hmm… kenapa, ya? Mungkin… karena… kalian…” Pota sengaja mengulur waktu untuk membuat peserta semakin panik. “Hei, cepatlah! Lakukan sesuatu!” Juan kembali berteriak, membuat wanita nomor 20 yang sedang linglung, seketika mengambil pisau yang masih ada di genggaman pria yang sedang bersujud di depannya, lalu menghunuskannya tepat di perut sebelah kiri. Wanita itu melakukan hal tersebut tanpa sadar, tatapan matanya kosong, ia tidak tahu apa yang baru saja ia lakukan. Di dalam ruang CCTV, Pota tertawa semakin keras. Apa yang ia lihat di dalam elevator seakan menjadi angin segar setelah beberapa peserta membuatnya jengkel di permainan pertama. Tidak lama kemudian, tiba-tiba pintu elevator terbuka. Juan segera menarik Eva keluar dari elevator, sesaat sebelum elevator mendadak terjatuh. Beruntung, dua sejoli itu berhasil keluar dengan selamat, meski mereka baru saja menyaksikan sesuatu yang tidak pernah mereka liat sebelumnya. Keluar dari elevator, lagi-lagi mereka disambut oleh lorong kosong dengan pencahayaan yang minim. Mereka harus kembali menyusuri lorong tersebut, tanpa tahu apa yang menghadang mereka. Kejadian yang baru saja terjadi berhasil membuat mereka sedikit lupa dengan konflik yang terjadi di antara keduanya beberapa saat lalu. Sejenak, mereka saling bantu satu sama lain. Di tengah lorong, tiba-tiba Eva bersimpuh sambil menangis. Ia tidak pernah menyangka akan memasuki permainan mengerikan seperti ini di dalam hidupnya. Kakinya lemas, tidak sanggup melangkah lagi. Juan pun ikut bersimpuh di depan Eva, lalu memeluk wanita yang tengah dihinggapi rasa trauma itu dengan erat. “Tidak apa-apa, Sayang. Kita akan keluar dari tempat ini dengan selamat!” ucap Juan dengan tegas, sebelum akhirnya pelukannya dibalas oleh Eva dengan dekapan yang tidak kalah erat.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD