Episode 15 : Eva dan Direktur Tekstil

1339 Words
Kisah masa lalu yang diceritakan oleh Juan, mampu menusuk Eva tepat di lubuk hati terdalam. Eva yang sangat percaya kepada Juan, harus mendapatkan kenyataan jika kekasihnya menerima tawaran pekerjaan dari orang yang paling ia benci, yaitu teman masa awal remaja yang manipulatif dan ingin memiliki Juan untuk dirinya sendiri. Sebenarnya kecemburuan Eva bukan tanpa alasan. Jika memang pertemanan mereka berlangsung baik-baik saja, Eva tidak akan keberatan dengan kedekatan mereka berdua. Namun saat Eva mengetahui jika ada niat buruk dari orang tersebut kepada kekasihnya, saat itulah Eva sudah tidak memiliki toleransi lagi. Sayang, emosi Eva tidak bisa diselesaikan karena Pota segera menghentikan pertikaian yang sedang terjadi dan mengalihkan pembicaraan menuju Eva. Pertanyaan dari Pota tentang seorang direktur perusahaan tekstil itu, merupakan salah satu aib terbesar yang berusaha ia sembunyikan dari kekasihnya. Kejadian yang berpuncak pada dua bulan lalu itu, berawal ketika Eva tanpa sengaja bertemu dengan seseorang di jalan. Eva yang saat itu belum mengenal direktur tersebut karena si direktur baru pindah ke Kota Industri, menganggap lelaki paruh baya itu sebagai pendatang baru yang sedang meniti karir di kota yang terkenal dengan perputaran uang yang cepat itu. Belum lagi pakaian si direktur yang hanya menggunakan setelan hitam putih, membuat Eva semakin yakin jika orang yang berjalan kaki di trotoar itu hanyalah orang biasa yang tidak memiliki pengaruh apa-apa dan bisa diperdaya. Seperti biasa, pelan-pelan Eva mendekati orang tersebut dan memberikan sugesti, menawarkan jasa konsultasi karir sambil tersenyum nakal agar calon korbannya semakin terpedaya. Segala tipu daya dan janji manis Eva berikan, namun sayang calon korbannya tidak bergeming. Akhirnya, Eva mencatut nama-nama dari para petinggi perusahaan yang bekerja di perusahaan yang tidak jauh dari tempat mereka berada. Merasa ada nama yang tidak asing tercatut, si calon korban yang merupakan direktur baru di perusahaan tekstil, langsung menyebutkan jika nama yang disebut oleh Eva adalah rekan kerjanya. Sontak Eva terkejut dan mundur teratur, ia tidak menyangka jika dirinya salah sasaran hari itu. Eva yang kala itu berdiri di samping si calon korban, tiba-tiba dihadang oleh dua orang pria ketika ia berbalik dan hendak berlari ke belakang. Eva mundur perlahan, menyadari jika saat itu ia sedang tidak baik-baik saja. Dengan langkah gemetar, Eva berusaha menjauh dari dua orang yang membayang-bayanginya. Sayangnya, ketika Eva kembali berbalik, ada satu orang pria lagi yang menghadang dari balik punggungnya. Pria itu mendekap bahu Eva dengan erat, membuat gadis yang berbadan kecil itu tidak sanggup melawan. Ya, Eva bukan seorang perempuan yang pandai membela diri, ia hanya perempuan biasa yang pandai menjual omongan. Meski harus diakui kemampuan berbicaranya membuat Eva selama ini hampir selalu lolos dari bahaya, namun sayangnya hal itu tidak berlaku untuk hari ini. Eva sebenarnya sempat berontak ketika dipegang oleh satu laki-laki, namun karena kalah tenaga, akhirnya Eva hanya bisa mematung pasrah. Si calon korban yang kini balik mengintimidasi, ia mendekatkan wajahnya kepada Eva seraya berkata, "aku sudah mendengar rumor tentangmu, Nona. Rumor tentang wanita cantik yang memperdaya para pekerja baru, rupanya benar adanya. Pantas saja akhir-akhir ini terjadi penurunan angka warga rantau di sekitar sini, rupanya kau biang keroknya!" Ucapan si direktur membuat kaki Eva semakin kaku, tidak bisa digerakkan. Baru kali ini Eva merasakan takut ketika bertemu calon korban, karena memang ia salah menargetkan orang yang membuatnya tidak bisa berkelit. "Aku tidak akan melaporkanmu ke polisi, karena aku tidak akan mendapatkan apa-apa dari mereka. Lebih baik jika…" Bola mata Eva bergetar dan berkaca-kaca saat mendengar apa yang dikatakan oleh si direktur. Ia tahu bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi. Dua orang yang semula hanya diam, kini masing-masing memegang tangan Eva dan menyeretnya. Eva berusaha berontak dengan meminta tolong, namun sayang, empati warga Kota Industri yang minim membuat mereka semua hanya menonton kemudian berlalu, karena tidak ingin terlibat lebih jauh dengan masalah yang ada di depan mereka. Juan yang sedang berada di luar jangkauan Eva, membuat kekasih dari gadis itu tidak mengetahui apa yang sedang menimpanya. Eva diseret masuk ke dalam mobil dan dibawa ke sebuah tempat yang asing dan gelap. Di tempat itu, mereka "memakai" dan melecehkan Eva sesuka hati, hingga gadis itu lemas tak berdaya. Apa yang bisa Eva lakukan hanya menangis sambil menahan perih di area pribadinya ketika si direktur dan tiga orang lain secara bergantian melakukan hal tidak senonoh padanya. Meski hidup di jalanan dan memiliki seorang kekasih cantik yang memiliki tubuh sangat menggoda, Juan tidak pernah melakukan sesuatu yang di luar batas kepada kekasihnya, membuat pengalaman pertamanya ini begitu sangat menyiksa. Namun Eva merasa sedikit beruntung, karena si direktur dan tiga orang lainnya tidak menyekapnya untuk waktu yang lama. Setelah hari mulai gelap, mereka mengembalikan Eva ke tempat di mana mereka menculiknya dalam keadaan utuh, tanpa ada pakaian yang terkoyak. Lagi, keegoisan warga Kota Industri membuat mereka hanya berlalu ketika melihat seorang gadis yang dilempar dari dalam mobil dengan kasar. Gadis yang merasakan sakit dan pegal di sekitar tubuhnya itu hanya bisa diam di pinggir jalan, ia merasa tidak berdaya dan tidak berharga. Eva merasa habis, harga dirinya sudah tidak ada lagi. Satu-satunya hadiah yang ia siapkan untuk Juan saat hari pernikahan mereka, dirusak oleh orang lain yang tidak bertanggung jawab. Sekarang, Eva tidak memiliki hal lain yang bisa ia berikan untuk hadiah pernikahan mereka suatu hari nanti. Cukup lama Eva termenung di pinggir jalan, mulai dari trotoar masih ramai orang berlalu lalang, hingga hanya tersisa mobil-mobil yang melintas dengan kencang di jalanan Kota Industri yang mulai sepi. Sudut tempat Eva termenung saat itu memang bukan kawasan di mana hiburan malam hidup, sehingga kehidupan di malam hari memang terasa sunyi. Hingga suatu ketika, Eva melihat dua sejoli yang sedang mabuk sambil saling tertawa seakan tidak memiliki beban hidup. Saat itulah ia kembali mengingat Juan. Ia tahu, saat ini dirinya memang sudah kehilangan kado pernikahan terindah yang ingin ia berikan kepada sang kekasih. Namun melihat bagaimana dua orang yang baru saja melintas menikmati hidup, membuat Eva sadar jika bukan hanya selaput tipis di bagian pribadinya yang membuat dirinya berharga. Sebagai perempuan, ada banyak hal yang membuat ia memiliki nilai di mata kekasihnya, hal itu akhirnya membuat Eva sementara bungkam kepada Juan. "Tunggu dulu, apa maksud cerita itu? Maksudmu kau sudah… kenapa tidak menceritakan langsung kepadaku, Eva?" protes Juan setelah Eva selesai menceritakan kisah tentang direktur perusahaan tekstil yang melecehkannya. "Aku takut, Juan. Banyak hal yang aku takutkan!" Eva meninggikan suaranya. "Hei, cukup, cukup! Aku tidak mengizinkan adanya pertengkaran di sini! Ini adalah Couple Games, permainan cinta paling syahdu, bukan ajang perkelahian! Jika kalian ingin berkelahi, maka kalian akan aku nyatakan tidak lolos, ehe!" Perkataan Pota dari balik pengeras suara membuat Juan dan Eva terdiam. Mereka tidak ingin memperkeruh suasana dan membuat posisi mereka menjadi kurang diuntungkan. Sambil terdiam, mereka saling menatap satu sama lain. Tatapan dari Juan dan Eva mengandung arti yang dalam, bahwa dua sejoli ini harus mengobrol jika menemukan waktu dan tempat yang tepat. Setelah saling tatap penuh arti, Juan mengalihkan pandangannya dari kekasih yang berdiri tepat di hadapannya. Begitu juga dengan Eva yang memilih membalikkan badan, tidak ingin melihat Juan untuk sementara waktu. Di sini, setelah semua kisah yang disembunyikan itu terkuak, masing-masing dari Eva dan Juan merasa terkhianati. Meskipun memang Juan menemui teman masa kecilnya karena sebuah pekerjaan saat mereka membutuhkan uang, meski Eva mengalami pelecehan karena terdesak, tetapi hati mereka tidak bisa dibohongi. Rasa sakit yang timbul setelah mendengar cerita tersembunyi itu benar-benar menusuk hingga ke hati terdalam. Namun jauh di ujung sana, di dalam ruang CCTV Pota justru tertawa terbahak-bahak melihat bagaimana Juan dan Eva saling kalut dalam pikiran mereka masing-masing. Inilah yang diinginkan oleh Pota, hiburan inilah yang ia cari. Melihat bagaimana para peserta saling bertengkar dan menderita, apalagi jika penderitaan itu dibawa hingga ke luar dari arena permainan, menyajikan kepuasan tersendiri bagi badut kentang tersebut. Sayangnya lagi-lagi, Pota harus menyembunyikan emosinya dari para peserta, membuatnya harus tetap mematikan mikrofon saat tertawa ataupun marah. Pertanyaan untuk Juan dan Eva sudah dijawab dan dengan baik, mereka berdua dipastikan bisa lolos ke babak selanjutnya. Sayangnya, Juan dan Eva harus tetap menjadi saksi bagi dua peserta lain yang ada di dalam elevator, tentang pilihan yang mereka buat ketika diberikan pertanyaan yang merupakan aib mereka sendiri.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD