Prolog
Sarang laba-laba, teras penuh daun-daun kering, dinding dengan kayu lapuk, serta atap dari daun rumbiya kering. Mistis, satu-satunya kata untuk mendeskripsikan rumah itu. Rumah yang kini berada di depan mata Bintang. Yang menjadi tujuan utamanya, menemui sang dukun yang menurut banyak orang tak pernah gagal di setiap mantra yang keluar dari mulutnya.
Sebagai imbalan untuk sang dukun, Bintang menepuk tas yang ia bawa. Memastikan keberadaan uang senilai 10 juta di dalamnya. Berdasarkan info yang ia dengar, sang dukun memasang tarif tinggi sesuai tingkat kesulitan pekerjaannya.
Tak masalah, uang bisa diganti. Toh, jika berhasil mendapatkan Dennis, uang bukan lagi jadi masalah bagi Bintang. Ia bisa menjadi Nyonya Besar dengan segala fasilitas yang ia terima dari sang suami.
Oke, ia menarik napas panjang. Perlahan kakinya melangkah, memasuki pekarangan rumah reot itu.
GRUKK …
Bintang kaget setengah mati, baru sekitar 4 langkah memasuki pekarangan. Bunyi pagar bambu yang jatuh di belakangnya membuat ia segera menoleh. Bohong jika ia tak takut, bahkan ia kepikiran untuk melarikan diri sekarang. Ia menggosok lengannya yang merinding. Hawa mistis itu makin menyelimutinya. Ingin pergi, tapi enggan juga. Ingin masuk, tapi takut. Maka wanita itu bertanya-tanya dalam hati.
Masuk, gak?
Masuk, gak?
Masuk dong, masa gak.
Sudah telanjur begini, masa gak masuk.