When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Catat, ya, Sayang. Asya itu mau ikut ke Paris, bukan ke kamar mandi! Ish, dasar suami. Asya mendumal sejak tadi. Dan kini tak terasa waktu sudah berlalu secepat air menetesi bumi. Asya siap pergi bersama Guntur yang baru saja beres mengaji, hendak otewe ke kediaman Semesta. Rumahnya mertua Asya. "Mas, nginap sehari aja, ya? Lusa aku udah mulai kerja." "Iya." Asya sedang merapikan pakaian Guntur termasuk celana dalamnya. Ehm! Monmaap, rasanya Asya pengin pamer kalau dia juga punya yang kayak gini di dalam lemarinya. Kalian yang jomlo pasti iri! Oh, atau dengki? "Sya, jangan lupa bawa mukena. Ambil aja satu buat simpan di sana biar tiap nginap nggak usah dibawa ke sini lagi." "Iya. Ini aku bawa." Guntur sedang mengecek ponsel, ada pesan datang dari ponakan. Topan. [Om, kta pp bli s kr