When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
"Sini, sini, duduk." Iya, itu Asya. Dia beri senyum terbaik kepada suami yang baru saja selesai makan malam. Guntur pun duduk di sebelah gerangan. "Rencana nginap di rumah mama, kapan? Lusa kita udah mulai pindahan, kan, Mas?" "Iya. Tadinya mau minggu-minggu ini, tapi kayaknya diundur. Mas udah bilang ke mama." Asya mengangguk-angguk. "Kenapa?" Mereka duduk di sofa dalam kamar Asya. Duduknya agak menyerong. Bahkan detik berikutnya Asya duduk sila menghadap penuh ke Guntur. Yang mana Asya di ujung kanan, Guntur kiri. Saat itu Guntur menghela napas pelan. Well, ini masih topik pembukaan, ya. Basa-basi saja. Tujuan Asya meminta masnya duduk di sini bukanlah karena acara nginap di kediaman mama. "Sya." Pertanyaan Asya belum dijawab, lho! "Iya, gimana?" Guntur menoleh, tepat jatuh di