BAB 2. PERTAMA KALI BERTEMU RINDANG

1441 Words
. . Diana hari ini banyak sekali orderan yang masuk ke aplikasi orange miliknya. Sedari pagi dia berkutat dengan produk yang harus dia kemas. Produk kecantikan yang memang tengah viral itulah yang kini tengah dia kemas. Sudah enam bulan ini dia menjadi distributor resmi wilayah Jogja. Diana banyak mempromokan di media sosial miliknya. Selain di IG dan sss dia juga mencoba mempromokan di Ti* T*k dan baru beberapa minggu saja dia kebanjiran pesanan. Apalagi hari ini, sejak suaminya berangkat dia terus mengerjakan pesanan satu persatu. Total ada lima puluh pesanan yang masuk. Semoga saja stoknya masih ada. Barang yang dia pesan kemungkinan nanti sore baru sampai, jadi kalau sampai ada yang kehabisan stok terpaksa harus menunggu sore nanti untuk dia proses kembali. “Alhamdulillah,” ucapnya penuh syukur setelah hampir setengah harian dia berkutat dengan banyaknya pesanan. Kini tinggal dua pesanan saja yang tersisa. Dia tidak bisa memproses karena produknya ternyata Cuma tersedia beberapa. Terpaksa menungu barang datang. Usai menunggu kurir mengambil beberapa paket. Ada beberapa paket yang harus dia antar sendiri ke ekspedisi karena tidak adanya kurir untuk beberapa ekspedisi tersebut. Agak ribet memang, karena jarak dari rumahnya lumayan jauh. Tapi mau bagaimana lagi, resiko daerahnya yang agak jauh dari jalan raya. Untung saja hanya tersisa 5 paket kecil saja. Jadi tidak terlalu merepotkan untuknya. “Bismillah,” ucapnya begitu sepeda motor maticnya mulai membelah jalan. Sebelum pergi tadi dia sudah meminta ijin pada suaminya. ** Usai mengantar paket, Diana tak langsung pulang ke kontrakannya. Karena sepagian berkutat dengan mengemas pesanan Diana jadi tidak sempat belanja. Makanya dia tidak bisa memasak untuk makan malam nanti. Biasanya dia akan menyempatkan ke pasar dekat kontrakannya minimal empat kali dalam seminggu. Dan tadi pagi banyak bahan makanan sudah habis. Daripada bingung mau masak apa dengan sisa bahan yang tersisa, dia memutuskan untuk membeli makanan jadi saja. Tentu tidak sulit, karena di Jogja sendiri bertebaran warung makan yang menjajakan beranekan macam makanan. Dari yang khas Jogja seperti gudeg, aneka sayur dan ada juga beberapa makanan kekiniam lainnya. Mungkin itu dikarenakan di Jogja sendiri banyak mahasiswa yang tinggal. Memang Jogja kebanyakan di huni oleh mahasiswa rantau. Soal harga tentu juga bervariasi, tinggal kita saja yang memilih. Mau yang ramah di kantong atau yang demi gengsi memilih di rumah makan yang lumayan mahal. Yang pasti tanyakan dulu harga makanan sebelum kalian memesan. Karena ada juga pedagang yang nakal, sering menipu para pelancong dengan harga yang tidak normal. Diana memilih singgah di warung Gudeg Bu Tejo yang memang terkenal dengan rasanya yang maknyus. Lezzzat. Begitu sampai di warung Bu Tejo, Diana memarkir di depan warung yang mulai ramai di sore ini. Kebanyakan para mahasiswa yang memang dekat dengan warung Bu Tejo. Ada juga yang sengaja singgah di warung Bu Tejo karena penasaran dengan rasanya yang melegenda. Tak lama usai dengan urusannya memesan makanan Diana langsung gegas mengendarai motornya karena cuaca yang mendung. Sepertinya akan segera turun hujan. Di tengah jalan dia melihat seorang gadis yang berada di tepi jembatan. Entah apa yang menarik di bawah sana hingga gadis itu berdiri di tepian jembatan begitu. Diana memicing sejenak begitu melihat kaki gadis itu memanjat ke pagar besi pembatas jembatan yang menghalangi pengendara terjatuh ke dasar danau di bawah sana. Kebetulan arusnya lumayan deras karena angin ysng lumayan kencang sore ini. Diana jadi curiga dengan tingkah gadis itu. Wanita cantik itu memelankan laju motornya. Begitu melihat gadis itu tak hanya satu kakinya yang naik ke pagar besi itu gegas Diana menepikan motornya di tepi jalan dekat tempat gadis itu berada. “Hai, apa yang kamu lakukan!” teriak Diana memperingatkan. Gadis itu tak menghirukan teriakannya. Bahkan gadis itu berusaha naik ke atas pagar besi dengan berpegangan di pilar. “Hai … dek! Jangan bodoh kamu!” teriak Diana lagi. Dia mencoba mempengaruhi gadis yang dia yakini ingin melakukan perbuatan yang dibenci oleh Allah. Yakni bunuh diri. Sebenarnya apa yang terjadi hingga gadis itu begitu nekad ingin mengakhiri hidupnya. “Dek, jangan melakukan hal yang dibenci oleh Allah! Ingat, kedua orang tua kamu pasti sedih melihat anaknya mengakhiri hidup seperti ini,” bujuk Diana lagi. Diana menoleh ke kanan dan kiri. Jalanan terlihat lengang. Padahal biasanya di jam begini lalu lintas pasti padat. Sekarang entah kenapa tak ada satupun orang yang bisa dia mintai bantuan untuk ikut membujuk gadis yang sudah gelap mata itu. Hanya beberapa kendaraan yang melaju dengan kecepatan yang tinggi. Mungkin karena langit yang sudang menggelap. Hingga pengendara memacu kendaraan mereka dengan kencang. Tak ada yang peduli dengan keberadaannya dan juga gadis itu. Diana berdecak kesal. “Ya sudah, terserah kamu saja. Mau terjun ya terjun saja. Mau mati aja kok ribet. Kamu pikir kalau sudah mati hidupmu beneran akan damai? Tenang? Yang ada nanti kamu ditolak dilangit dan juga dibumi. Mau kamu gentanyangan nggak tentu arah?” cerocos Diana kesal. “Ya bagus kalau saya mati gentayangan. Saya akan membalas dendam pada mereka semua,” bantah gadis itu dengan suara datar. “Kalau begitu, terjun saja. Mending kalau langsung mati. Kalau ternyata Allah belum berkehendak kamu mati saat itu juga, yang ada nanti kamu jadi cacat. Siapa nanti yang repot? Keluargamu juga. Hidup kamu juga lebih susah,” sahut Diana malas. Menghadapi gadis keras kepala tidak perlu menggunakan urat. Cukup berpura-pura acuh dan membenarkan tindakannya. Karena biasanya gadis seusia itu memang keras kepala dan merasa paling pintar sendiri. Telinganya tidak akan mau menerima nasihat sebijak apapun nasehat itu. Semakin dilarang maka semakin penasaraan mereka. Semakin ditentang semakin berontak mereka. Yang paling benar adalah mengikuti keinginan mereka jika itu baik dan tidak membahayakan. Jika salah atau berbahaya kita tinggal memberi pengertian yang sederhana. Sesuatu yang mudah dia cerna. Dengan contoh yang konkret sertalogis. “Mau kamu kayak gitu? Gegar otak, lumpuh atau kaki kamu jadi cacat. Mau?!” *** “Sebenarnya kamu ada masalah apa sih?” tanya Diana begitu gadis itu menurut padanya untuk turun dari pagar besi pembatas jembatan. “Kakak yakin, seberat apapun masalah yang kamu tanggung pasti ada solusinya,” ucap Diana lagi karena gadis itu malah menangis begitu kakinya kembali menapak di atas trotoar jembatan. Entah untung atau malah sial karena jalanan sepi hingga kejadian tadi tidak akan jadi viral. Coba kalau ramai, pasti dari sekian banyak orang pasti ada satu atau dua yang akan mengupload ke media sosial dan menjadi viral. “Hei kenapa malah menangis? Kalau kamu tidak mau cerita, ayo kakak antar kamu pulang. Keluarga kamu pasti khawatir,” ucap Diana kembali mencoba membujuk gadis muda itu untukpulang. Karena Diana juga ingin secepatnya sampai di rumah dan bersiap menyambut suami tercinta. Perasaan Diana sudah gusar karena niatnya menolong orang malah menyusahkan dirinya sendiri. Akan tetapi, dia juga tidak bisa menutup mata atas apa yang tadi dilakukan gadis ini. Bagaimana kalau gadis itu benar-benar nekad untuk bunuh diri. Tentu Diana akan merasa berdosa sekali, karena membiarkan hal itu terjadi. “Aku nggak mau pulang kak … aku nggak mau orang tuaku malu,” ucap gadis itu lemah. Matanya menatap Diana dengan takut-takut. Badannya masih bergetar karena apa yang baru saja byaris dia lakukan. “Coba ceritakan sama kakak, barangkali kakak bisa membantu kamu,” ucap Diana bersikap tenang. Meski dia juga gelisah karena takut kalau suaminya sudah sampai lebih dahulu dibanding dirinya. Apalagi ponselnya malah ketinggalan di rumah. Jadi dia juga tidak bisa mengabari sang suami saat ini. “Aku-aku ini kotor kak hu … hu … aku diperkosa oleh pacar dan teman-temannya,” ungkap gadis muda itu di sela isak tangisnya. d**a Diana bergetar mendengarnya. “A-apalagi sekarang aku sedang hamil kak hu … hu … aku harus bagaimana?” gerung gadis itu berurai air mata. Diana tersentak mendengarnya. Bagaimana mungkin hal yang begitu dia dambakan dan suami selama bertahun-tahun kini malah terjadi pada gadis muda yang bahkan tidak menginginkan kehamilannya. Takdir yang bagaimana yang sebenarnya kau gariskan Tuhan? Diana menatap gadis di depannya dengan pandangan menyelidik. Gadis yang dia taksir masih berusia belasan tahun ini, bagaimana mungkin sedang hamil? Apalagi akibat dari pemerkosaan. Diana menghela napas panjang tak tahu harus berargumen bagaimana. “Nama kamu siapa?” tanya Diana menatap wajah pucat di depannya dengan rasa iba yang memenuhi dadanya. Bagaimana gadis ini akan meneruskan hidupnya? Kenapa ada manusia busuk yang tega berbuat keji kepada gadis semanis ini? Apalagi kata gadis itu bahkan salah satu pelakunya adalah pacarnya sendiri. “Rindang kak,” sahut Gadis itu berusaha tersenyum akan tetapi gagal hingga hanya senyuman masam yang tertangkap netra Diana. “Kenalkan aku Diana, aku antar pulang ya. Kita bisa bicarakan hal ini dengan keluarga kamu,” ucap Diana menuntun Rindang menuju motornya. Meski tidak mengangguk setidaknya Rindang tidak menolak diantar oleh Diana. Rindang menyebutkan alamat rumahnya. Dengan perlahan Diana memacu kendaraannya menuju alamat yang disebutkan oleh Rindang. >>BERSAMBUNG>>
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD