BAB 1. SUAMI IDAMAN

1235 Words
. . Diana menatap lekat sang suami yang kini tengah asik menyantap hidangan yang dia sajikan. Dia selalu menikmati momen di mana suaminya begitu menikmati olahan makanan yang dibuatnya. Melihatnya begitu lahap dengan semua sajian yang dia masak tentu suatu kebanggaan baginya. Itu artinya suaminya sangat menghargai jerih payahnya. "Enak, mas?" Tanyanya lembut. Bayu menjawab dengan mengacungkan dua jempolnya. Wajah Diana kian berseri mendapati pujian dari suaminya itu. begitnilah kegiatannya sehari-hari. Menjadi ibu tumah tangga. Melayani semua kebutuhan suami, melihat sang suami begitu menghargai segala jerih payahnya membuatnya tak henti-hentinya bersyukur sudah bersuamikan Bayu Anggara. Hidup rumah tangganya terbilang adem ayem saja meski hingga pernikahannya yang ke-7 tahun belum juga dikaruniai buah cinta mereka berdua. Suaminya tak pernah mempermasalahkan hal itu. Meski Diana yakin tanpa berkata suaminya juga mengidamkan adanya buah hati di dalam kehidupan mereka berdua. Yang selama ini sibuk meneror-nya justru ibu mertua dan keluarga besar sang suami. Apalagi Bayu merupakan satu-satunya pewaris dari keluarga Anggara. Jadi tentu semua berharap adanya pewaris darinya. Apalagi ibu mertua Diana, dia yang selalu getol meneror Diana dan juga Bayu perihal keturunan. Begitulah memang hidup. Apalagi jika sudah berumah tangga, ada saja cobaan dan rintangan yang menerpa. Ada yang dicoba dengan pasangan yang tidak setia, ipar yang julid hingga mertua yang selalu ikut campur dalam rumah tangga anaknya. Dan masih banyak lagi cara Tuhan menguji umat Nya. Tinggal bagaimana kita menyikapi dan menyelesaikan segala rintangan dan cobaan yang ada. Kalau kalian berada di kondisi yang sama dengan Diana, apa yang akan kalian lakukan? “Dek, gaji bulan ini Mas kasihkan ibu setengah ya,” ucap Bayu di sela kunyahannya. Diana mematung mendengar ucapan suaminya. “Setengah, mas?” tanya balik Diana merasa salah dengar. “Iya, setengah. Ibu bilang mau benerin langit-langit dapur yang kata ibu bocor kalau hujan,” sahut Bayu tanpa rasa bersalah. Bukan Diana mempermasalahkan keinginan suaminya untuk berbakti kepada ibunya. Tapi bulan ini banyak pengeluaran yang menunggu untuk dibayar. “Kontrakan kita juga harus dibayar bulan ini, mas. Kamu tau sendiri kan?” sahut Diana dengan nada yang lembut supaya suaminya tidak salah paham. “Ya ampun, mas sampai lupa dek. Ya sudah nanti mas bilang ibu supaya bulan depan saja kalau mau benerin dapur,” sahut Bayu mengerti. Dia memang lupa kalau kontrakan mereka sudah habis sewanya bulan ini dan harus membayar kalau tidak mau diusir dari rumah kontrakan ini. “Mas kok bisa lupa ya,” gumam Bayu lirih tapi masih bisa didengar oleh Diana. Wanita itu terkekeh dengan gumaman sang suami. Terdengar lucu memang. “Namanya juga manusia mas. Tempatnya salah dan lupa,” ucap Diana dengan senyuman masih menghisi wajahnya yang rupawan. “Kalau mas ada salah apa kamu mau memaafkan mas?” tanya Bayu tiba-tiba berubah serius. Diana menatap suaminya dengan pandangan yang entah. “Maksud mas, salah apa? Mas buat salah sama aku?” tanya Diana dengan tatapan menyelidik. Dia tidak mau kecolongan. Sekarang ini banyak suami yang pura-pura baik saat di depan istri tapi berselingkuh di belakang. Sikap baiknya hanya supaya pengkhianatannya tidak diketahui sang istri. Dia tidak mau mengalami nasib seperti para istri tersebut. “KA-LAU, sayang,” sahut Bayu dengan merangkum wajah cantik istrinya dengan gemas. Dikecupnya lembut bibir sang istri yang selalu menjadi candu baginya. “Ih, aku nggak mau ya berandai-andai begitu,” sahut Diana dengan wajah masam. Dia tidak suka saja membayangkan jika suaminya punya wanita lain di luar sana. Apalagi rumah tangganya yang sunyi sari tangisan bayi. Dia merasa belum sempurna menjadi seorang istri bagi suaminya itu. Belum lagi mertuanya yang selalu menanyakan soal kehamilan yang tak kunjung datang. Mau bagaimana lagi, selama ini dia dan suami sudah cukup berikhtiar. Tapi Tuhan belum memberi mereka kepercaan untuk menjadi orang tua. Bisa apa mereka? Bayu kembali mengecup bibir sang istri berulang kali hingga kedua larut dalam gelora yang membara. “Dek, mas pingin,” bisik suaminya seraya menjilat telinga sang istri membuat bulu roma sang istri berdiri. “Mas kan harus kerja,” gumam Diana serak. Sesungguhnya dia sudah mula larut dalam gairah yang dikobarkan suaminya. “Bentaran aja dek. Dari pada mas nanti nggak fokus kerjanya,” sahut Bayu terus mengecupi leher jenjang istrinya membuat sang istri melayang. Keduanya larut dalam gelora panas, Menuntaskan dahaga yang menggulung keduanya. ** “Dek, mas sudah sampai kantor. Tapi kok mas jadi kangen sama kamu ya,” ucap Bayu saat sambungan telpon diangkat oleh Diana. “Ih, mas bisa banget bikin aku baper,” ucap Diana tersipu malu. Begitulah dirinya, sudah menikah selama tujuh tahun tak membuatnya biasa saja dengan rayuan dan gombalan sang suami. Diana masih saja salah tingkah dan juga tersipu malu, seakan gadis remaja yang baru kenal cinta. “Itu kenyataannya, dek. Gimana dong?”sahut Bayu dengan suara sendunya. “Iya-iya, aku percaya. Semoga hanya aku ya mas yang kamu gombali kayak gini,” ucap Diana entah selalu ada perasaan tidak tenang. “Tentu saja, sayang. Istri mas kan Cuma kamu seorang,” sahut Bayu yang menyadari kalau istrinya sedang dalam kondisi yang sensitif. Istrinya itu akan seperti itu jika habis bertemu ibu kandung Bayu. Mungkin ada ucapan ibunya yang membuat istrinya itu jadi merasa insecure. “Dek,” panggil Bayu ragu. “Iya, mas?” sahut Diana lembut. “Kamu jangan terlalu kepikiran dengan apa yang ibu aku bilang ya,” ucap Bayu akhirnya. Dia tidak mau istrinya kepikiran dengan apapun yang ibunya katakan atau lakukan. “Iya, mas. Aku nggak papa kok,” ucap Diana terharu dengan perhatian dan kepekaan sang suami. Ternyata tanpa dirinya cerita, suaminya peka kalau dirinya tidak baik-baik saja setelah bertemu dengan ibu mertua. “Jangan bilang nggak papa kalau memang kamu sedih atau kecewa. Nanti setelah mas pulang kamu bisa cerita apapun yang ibu aku katakan,” ucap Bayu dengan mantap. “Aku Cuma nggak mau kamu berantem sama ibu mertua, mas,” sahut Diana lembut. Meski dia terkadang jengkel dengan sikap ibu mertuanya tidak serta merta membuat Diana membenci sosok sang ibu mertua. Kalau boleh jujur dia juga menyayangi ibu mertuanya itu. Baginya ibu mertua tak beda dengan ibu kandungnya sendiri. “Kamu memang istri idaman banget deh, dek,” ucap Bayu dengan kekehan di akhir kalimatnya. “Kamu juga suami idaman, mas,” puji Diana terus terang. Dia mengatakan apa yang dia rasakan kini. Suaminya memang suami idaman baginya. Selalu saja bisa membuat moodnya kembali baik. Lelaki yang menemaninya selama tujuh tahun itu tak pernah mengeraskan suara apalagi melakukan kekerasan kepadanya. Meski tak ada manusia yang sempurna, Bayu memang lelaki baik tapi selama ini Bayu nelum bisa membahagiakan istrinya dengan kemewahan. Ya, sebagai karyawan biasa di perusahaan swasta gajinya memang sudah UMR. Tapi di kota kecil seperti Jogja, gajinya tidak sebesar kota besar lainnya. Bisa dibilang gaji suaminya yang tidak bisa mencukupi kebutuhan mereka berdua, apalagi ibu mertua yang selalu minta jatah dari suaminya itu. Tentu saja dengan dalih membalas budi baik orang tua. Apalagi mereka yang masih belum memiliki rumah sendiri menambah pengeluaran yang harus dia keluarkan. Untung saja, Diana bukan istri yang boros. Wanita itu pandai memutar uang pemberian suaminya dengan baik. Apalagi, dia tidak berpangku tangan begitu saja. Dia punya penghasilan dari berjualan online dan juga menulis di beberapa platform berbayar. Saat ini penghasilannya mampu menutupi biaya yang mereka keluarkan tiap bulannya. Diana tidak masalah dengan kondisi perekonomian mereka. Asal, suaminya tetap setia pada janji suci pernikahan yang terikrar saat menikahi Diana. Selama suaminya setia, maka Diana akan tetap berjuang demi keutuhan rumah tangga mereka. >> BERSAMBUNG>>
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD