Mika tidak fokus, ia sungguh malu dengan kelakuan kedua orang tuanya di depan Marco. Asyik bercanda sendiri dan tidak menunjukkan wibawa sebagai orang tua. Mika menahan bibir untuk tidak membalikkan omongan, jika selain kecelakaan itu mereka mereka masih punya pengalaman indah untuk dikenang, lalu mengapa mereka melarang Mika pacaran saat SMA? Marco pun mungkin jengah sendiri melihatnya, dia pamit usai menghabiskan klapertarnya dalam tiga kali siap besar, dia bahkan tidak sempat untuk sekadar minum air putih seolah-olah sedang berusaha kabur dari sesuatu. “Tunggu sebentar, Co.” Mika berlari mengejar Marco yang baru saja keluar dari celah pagar rumah. Mika menutup pagar dan mendekati Marco yang menunggunya. ”Matiin dulu motornya, mau ngomong sebentar,” ujar Mika lantaran suara knalpot Ma