bc

LIONHEART

book_age16+
2.0K
FOLLOW
27.8K
READ
love-triangle
badboy
band
drama
sweet
bxg
childhood crush
like
intro-logo
Blurb

LIONHEART - Manis asam Mika remaja mendapat pengalaman cinta pertama.

ICHYL (I Can’t Hear You Love) - Akhir dari 10 tahun penantian Mika.

My Crazy Wife - Mika tetaplah Mika, berapapun usianya. Apapun statusnya. Dia masih gila dan Marco tetap mencintainya.

chap-preview
Free preview
PROLOG
"Ke-ti-ka singa meng-au mengaung, su-aranya kencang se-ka-li. Ru-pa-nya ya-ng sa-ngar de-ngan ta-ring dan ku-ku ta jam, itu lah meng-apa Si-nga di-juluki ra-ja hu-tan." Mikayla Dinta butuh waktu dua kali lebih lama untuk membaca satu paragraf dibandingkan dengan teman-temannya. Tapi itu dinilai lebih baik, daripada kemampuan membaca Mika beberapa bulan sebelumnya. Terlihat dari tepuk tangan Bu guru sepaket dengan pujian pintar dan belaian di puncak kepala. Mika kembali ke bangku duduknya dengan hati bahagia, ternyata tidak sia-sia rasa capek dan bosan untuk belajar membaca sebelum tidur di rumah. Banyak teman yang ikut bertepuk tangan, tapi ada juga mendengus tak suka. Siapa lagi kalau bukan Icha. Mika menarik sebelah sudut bibirnya ke atas, senyumnya seolah mewakili kata hatinya yang ingin berkata, lihat, aku sudah bisa membaca. Seperti pesan ayahnya, jangan biarkan satu pembenci menumbangkan semangat kita. Kalau mereka sudah baik, berarti kita harus jauh lebih baik. Icha melengos, Mika berjalan lebih cepat ke bangkunya yang berada paling belakang. "Bu guru bilang kamu pintar, Mika." Rissa, teman sebangku Mika berbisik. Mika menunduk, jadi malu karena banyak menerima pujian. Namun, seperti kata Ayahnya juga, jangan sampai satu pujian membuat kita terbang hingga lupa daratan. Mika kemudian melirik ke bangku sampingnya, ketika merasa sang pemilik melihat ke arahnya. Mika menoleh, dan seketika itu juga Leo memalingkan muka ke depan kelas. Mika mendesah lemah, kenapa ia ingin Leo memujinya juga? Bel istirahat berbunyi, semua murid berhamburan keluar kelas. Mika melihat Leo mengambil buku gambar dan sebuah pensil serta penghapus, lalu berjalan keluar. Mika mengambil kotak bekal yang dibawanya dari rumah, lalu menyusulnya diam-diam. Tampak Leo duduk sendirian di taman, selalu asyik menggambar daripada bermain dengan teman-teman. Mika masih memperhatikannya dari kejauhan, tak berani mendekat, takut Leo marah karena Leo tidak suka mika jadi temannya. Sejenak Leo memandangi gambarnya, lalu tangannya bergerak menghapus. Sikunya maju mundur dengan kuat menghapus bagian yang mungkin tak sesuai, tanpa sengaja menyenggol s**u kotak miliknya hingga terjatuh ke tanah berumput. Leo memungutnya, lalu membuangnya ke sampah karena ujung sedotannya sudah kotor. Leo pasti haus. Mika berbalik cepat, berlari kecil ke kantin untuk membeli s**u yang sama. Mika sudah mendapatkan s**u yang dicarinya, Mika tak perlu khawatir karena uang sakunya sekarang banyak. Punya Ayah ternyata sangat menyenangkan. Maklum, sebelum bundanya menikah, Mika tidak punya ayah. Saat akan kembali ke tempat Leo berada, Mika berpapasan dengan Icha. Mika melihatnya, tapi Icha justru membuang muka. Ayah Bunda, Icha yang sombong duluan. Tidak apa-apa kan kalau Mika balas sombong? Mika membatin, sebenarnya tak ingin ikutan jahat. Tapi apa daya, Icha yang memulainya. "Mika sama Icha sepatunya kembar," teriak salah satu anak menunjuk sepatu Mika dan Icha yang kebetulan kedua bocah itu masih berdekatan. Mika menunduk melihat sepatunya sendiri, lalu membandingkannya dengan sepatu yang dipakai Icha. Benar, sama persis. Ukurannya juga sepertinya sama. Pandangan Mika kemudian naik pada wajah Icha yang memberengut, kentara sekali tak suka. "Kamu kenapa nyama-nyamain sepatu aku?" Mika mengerutkan kening. "Aku nggak tahu kamu punya sepatu ini juga." Mika hanya sekedar memakainya saja ketika Sadin mengeluarkannya dari kardus pembungkus. Katanya sepatu ini dibelikan oleh Eyangnya beberapa hari lalu. "Sekarang lepas kalau begitu." "Terus aku mau pakai sepatu apa?" "Terserah. Aku nggak suka ada yang meniru barang - barangku." "Kenapa tidak kamu saja yang lepas sepatu kamu?" Enak saja menyuruh-nyuruh Mika lepas sepatu. Icha memang sangat pintar, tapi Mika juga tidak bodoh. Tiba-tiba saja Icha berjalan mendekati Mika, tanpa sempat Mika berpikir apa yang Icha lakukan, Icha menginjak sepatu Mika. Tidak benar+benar menginjak, Icha hanya berniat mengotori sepatu baru Mika dengan kotoran di alas sepatunya seolah sepatu Mika adalah keset welcome. Mika membulatkan mata. Sepatunya kotor. Bunda bisa memarahinya nanti. Lupakan dulu soal kemarahan Bundanya. Icha menyeringai puas melihat hasil perbuatannya. "Nah, sekarang sepatu kita sudah tidak sama lagi. Punyaku bersih, punya kamu kotor." "Aku aduin Bu Guru kamu." Mika ingat kata Ayahnya, lagi, kalau Icha menganggunya, jangan dilawan, langsung laporkan ke guru saja. "Aduin saja sana. Dasar tukang ngadu huuu ...," ejek Icha. Sambil memeluk kotak bekal dan kotak susunya, Mika berlari ke pergi. Tapi baru beberapa langkah berlari, Mika seperti tersandung padahal lantai yang dilewatinya tidak ada batu. Mika jatuh tersungkur, kedua lutut dan telapak tangannya membentur lantai sementara isi kotak bekalnya tumpah ke... sepatu Icha. "Ahhh... sepatu baru aku..." Icha menjerit, sepatu barunya terkena tumpahan omlet dan sosis Mika, ada bercak saus tomat juga disana. Mika melongo, sementara teman-teman yang melihat tertawa. Menertawakan kebodohan Mika sampai bisa jatuh dijegal kaki Icha, dan kemalangan Icha yang kerkena boomerang yang dilemparnya sendiri. "Ada apa?" Leo tiba -tiba muncul, dibelakangnya ada Bu guru yang juga bertanya apa yang terjadi. Bu guru membantu Mika berdiri, memeriksa apakah Mika mengalami luka. Mika yang jatuh, tapi Icha yang menangis keras. "Tidak apa-apa, sepatunya bisa dibersihkan. Ayo Ibu bantu." Icha masih sesenggukan. "Mika, benar kamu tidak ada yang sakit?" tanya Bu guru memastikan sekali lagi. Mika mengangguk, dan Bu guru pun menuntun Icha ke kamar mandi untuk membersihkan sepatunya. Mika sedikit terpincang ketika berjalan mengambil kotak susunya yang terpental, Mika baru akan menunduk, ketika sebuah tangan mungil lebih dulu mengambilnya. Mika menatap sang pemilik tangan, Leo. "Ini, s**u kamu." "Terima kasih," jawab Mika tapi tak kunjung menerimanya. Mika bersikap aneh, Leo mengerutkan kening. "Ehmm... sebenarnya itu buat kamu," sambung Mika kemudian. "Buat aku?" "Tadi aku lihat s**u kamu jatuh." "Aku sudah beli sendiri, ini." Leo menunjukkan s**u merek sama yang baru saja dibelinya. Mika mendesah kecewa. Jika saja tadi ia tak membelikan Leo s**u, pasti ia tak akan berpapasan dengan Icha lalu keributan ini terjadi. "Ya sudah, itu buat kamu saja. Aku nggak suka s**u vanilla." "Tapi aku nggak habis minum dua-duanya." "Tapi aku beli buat kamu." "Ya sudah kamu minum s**u yang aku beli saja." Leo berganti mengulurkan tangan kirinya. "Aku minum s**u yang kamu beli, kamu minum s**u yang aku beli." *** Kedua bocah itu duduk di atas jungkat-jungkit sambil menyedot sedikit demi sedikit s**u masing-masing. Berat badan mereka hampir sama, kalaupun beda sedikit, Mika lah yang lebih gempal. Sehingga jungkat jungkit itu bisa naik turun teratur. Leo meminum susunya dengan tenang, sementara Mika terkadang teriak saat jungkat - jungkit membuatnya meluncur ke bawah, lalu tertawa-tertawa sendiri saat perlahan-lahan naik. "Kaki kamu udah nggak sakit lagi?" Tanya Leo. "Enggak, aku kan kuat." "Tapi kamu bodoh." Mika mengerucutkan bibir. "Aku tahu, semua orang juga bilang begitu. Tapi apa kamu juga perlu ikutan ngejek aku?" Leo tak menanggapinya. Mika kesal, tapi marah pun percuma karena Leo juga akan tetap tidak mengabaikannya. "Leo, kamu besok mau sekolah di SD mana?" "Aku sekolah di Surabaya, aku akan tinggal sama papa aku disana." "Surabaya itu dimana?" "Masih di Indonesia, kok." "Jauh ya?" "Kalau naik kereta api bisa seharian." "Wahh.. lama banget. Kalau naik pesawat tidak bisa ya? Nanti kita nggak ketemu lagi dong." "Aku memang tidak mau ketemu kamu lagi." "Kok gitu?" Leo turun hati-hati dari jungkat-jungkit, lalu memeganginya agar Mika tak anjlok. Saat Mika sudah turun, Leo mengambil buku gambar yang digeletakkan begitu saja. Leo membuka satu halaman kosong, lalu menyurukkannya pada Mika. "Kamu mau gambar disini?" "Mau, tapi gambaran aku jelek banget." "Enggak apa-apa, gambar saja." Mika berpikir keras, banyak yang dipertimbangkan 'otak bodohnya'. "Tapi jangan ejek ya. Jangan marah juga." Leo mengangguk. "Iya." "Janji?" "Iya." Mika mengangguk, mengambil buku gambar dan pensil Leo. "Aku harus gambar apa dong?" "Apa saja." "Pemandaangan aja ya?" "Terserah." "Tapi - " "Kamu semakin bodoh kalau banyak bicara." Potong Leo sedikit berteriak marah, habis sudah kesabarannyan. Hanya tiga detik Mika merinding, setelahnya malah tertawa. Melihat itu, Leo yakin bodohnya Mika makin parah. Bermenit-menit kemudian, Mika menutupi gambarnya, melarang Leo melihatnya sebelum jadi. Leo pura-pura tak peduli, sibuk dengan rubik 3x3 miliknya, padahal sesekali melirik Mika. Mika selalu saja menggerutu pada dirinya sendiri. Gerakan tangannya heboh bukan untuk menggoreskan pensil di atas kertas membentuk gambar, tapi heboh menggapai-gapai penghapus. Leo mendesah, kalau seperti ini terus, kapan selesainya? Akhirnya Leo bertindak dengan menyembunyikan penghapus, saat Mika akan mengamlbinya. "Leo, kemarikan penghapusnya." "Sudah jangan gambar lagi, kamu lama." "Tuh, kan kamu marah." "Habisnya kamu lama. Sini, buku gambarku." Leo menarik buku gambarnya, tanpa sempat Mika mencegah. Mika cemas menunggu tanggapan Leo. Tapi diluar dugaan, Leo hanya melihatnya sekilas lalu menutupnya. Bertepatan dengan itu, bel masuk berbunyi. "Waktunya masuk," ujarnya melangkah pergi. Mika tak tahu harus bagaimana jika gambarnya tak dinilai? Mika hanya bisa mengigit ujung pensil yang baru diingatnya itu pensil milik Leo. Ah, Leo mungkin lupa. Mika tersenyum, berencana menyimpannya sebagai kenang-kenangan. Setelah lulus TK, Mereka kan tidak akan bertemu lagi. Hmm... Mika jadi sedih.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Byantara-Aysha Kalau Cinta Bilang Saja!

read
287.0K
bc

Tentang Cinta Kita

read
202.8K
bc

(Bukan) Pemeran Utama

read
19.8K
bc

Head Over Heels

read
16.6K
bc

DENTA

read
18.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
219.3K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook