Keesokan harinya,sejak pagi,Sara kembali dikurung Robin didalam kamar sedangkan dirinya sibuk menghabiskan dengan para tamu yang menginap setelah after party pernikahan mereka.
Baru menjelang jam makan siang Robin kembali dan membukakan pintu kamar untuk Sara.Robin yang emosinya mudah berubah kali ini hadir dengan sikap yang lebih tenang dan santai.
"Ayo turun, ikut denganku untuk makan siang, "ajak Robin.
Sara pun menurut ia mengikuti Robin menuju ruang makan. Di ruang makan yang luas, masih ada beberapa teman teman Robin yang akan makan siang bersama.
Sara merasa sangat canggung,selama makan siang berlangsung ia hanya menundukan kepala dan sibuk dengan makanannya, sampai salah satu teman Robin yang bernama Steve bertanya pada dirinya.
"Sara, apakah kamu bekerja?,"tanya Steve tiba tiba.
"Sebelum menikah, saya bekerja disebuah perusahaan swasta,"jawab Sara gugup.
"Ohya? sebagai apa?"
"Oh, saya hanya staff marketing biasa..."
"Apa kamu tidak akan kembali bekerja?Sayang sekali melepaskan pekerjaan,sedangkan kamu masih sangat muda,"ucap Steve kembali bertanya pada Sara lalu melemparkan pandangannya pada Robin yang tampak tak peduli dan asik memotong motong daging didalam piringnya.
Sara hanya melirik ke arah Robin.Ia tak ingin berkomentar apapun, karena sebelum menikah,ia berjanji pada Robin untuk berhenti bekerja.
"Apa kamu melarangnya?,"tanya Steve pada Robin.
"Ya.”
"Egois sekali…,”ucap Steve sambil tertawa kecil kepada Robin.
"Kenapa Aku mampu membiayai semua kebutuhannya, buat apalagi ia bekerja.Tapi jika ia ingin kembali bekerja, ia hanya bisa bekerja di perusahaanku,"jawab Robin santai sambil menikmati makanannya.
"Posesif,"goda temannya yang lain dan akhirnya pria pria itu asyik berbincang dan berdebat tentang pasangan bekerja atau tidak.
Ada sedikit rasa senang di hati Sara mendengarkan ucapan Robin.
Jika benar ia tidak keberatan untuk kembali bekerja,walau pun hanya menjadi staff biasa dengan gaji kecil.
Sara hanya ingin sebisa mungkin tak berada dirumah dan menghadapi Robin yang tak stabil emosinya.
Setelah makan siang, para tamu pun pamit untuk kembali kerumah masing masing. Yang tersisa hanyalah Sara dan Robin juga asisten rumah tangga yang mengurus Villa.
Saat menjelang Sore Sara menghampiri Robin yang sedang asik menikmati sorenya dengan minum secangkir kopi dan membaca berita online.
"Mas..,"panggil Sara perlahan dan takut.
"Ya?,"jawab Robin tanpa mengalihkan perhatiannya dari ipad.
"Apa aku boleh kembali bekerja?,"tanya Sara perlahan.Ia takut Robin yang mudah marah itu kembali meledak.
Sara sadar, karena kebencian Robin pada sang ayah,ia menjadi pelampiasan.Apapun yang ia lakukan akan menjadi salah dimata Robin.
"Kamu bisa kembali bekerja,asal perusahaanku,"jawab Robin santai.
"Benarkah?Boleh aku bisa kembali bekerja secepatnya?"
"Kenapa?Kamu sudah tak tahan berada di sekitarku?Pernikahan kita belum genap satu minggu."
"Aku hanya ingin segera kembali bekerja,agar bisa mengumpulkan uang untuk mengembalikan hutang ayah,"ucap Sara mengutarakan niatnya.
Robin menatap Sara dari sudut matanya lalu ia meletakan ipadnya dimeja, melipat kaki dan melipat kedua tangannya.
"Kamu pikir dengan kamu bekerja bisa mengembalikan semua hutang ayahmu?Aku ada cara paling cepat untuk membayar hutang dengan cepat,"ucap Robin serius sambil menghentikan aktivitasnya membaca.
"Akan aku lakukan apapun agar bisa membayar semua hutang padamu,"ucap Sara antusias.
"Oke...ada 1 pekerjaan yang dibayar sangat mahal,mungkin bisa membayar hutang ayahmu selama 1 atau 2 tahun kedepan."
"Ohya?apa?,"tanya Sara semangat.
"Menjadi pelacurku…,"bisik Robin lalu terkekeh pelan sembari mendekatkan wajahnya ke arah wajah Sara.
Sara langsung memundurkan wajahnya.
"Aku serius...,"ucap Sara berharap Robin bisa memberikannya kesempatan.
"Aku juga serius,"jawab Robin sambil kembali membaca di ipadnya. Sara mendengus kesal.
"Jangan lupa nanti malam kita kembali kerumah…,"ucap Robin saat melihat Sara yang tampak kesal dan berjalan meninggalkan dirinya.
***
Sara dan Robin meninggalkan Vila cukup malam.Sejak percakapan terakhir mereka tampaknya Sara masih kesal pada Robin sehingga ia wajahnya terlihat muram dan tak berkata sepatah kata apapun selama perjalanan. Robin menyadari keadaan itu dan ia pun tak berusaha untuk mencairkan suasana.
"Besok pagi bersiaplah,karena kita akan mengunjungi kediaman keluargaku." Robin berkata sembari mengecek pekerjaannya lewat handphone.
Sara hanya diam dan didalam hatinya ia mengutuk Robin dan keluarganya.Sesampainya dirumah Sara langsung membersihkan dirinya dan bersiap untuk tidur.
"Kamu marah rupanya?,"tegur Robin saat melihat Sara benar benar diam tak berkata apa apa.
"Aku tak akan bicara apapun lagi,karena apapun yang aku lakukan akan salah untukmu."
"Tentu," jawab Robin asal.
Ia senang mengganggu Sara.Sara semakin cemberut dan segera masuk kedalam selimut.
Robin mengikuti Sara masuk kedalam selimut lalu mendekatkan tubuhnya pada Sara.
"Layani aku malam ini,besok aku akan cek kira kira pekerjaan apa yang cocok untuk mu dikantor,"bisik Robin membujuk Sara.
"Kamu bohong..."
"Terserah. Yang ingin bekerja itu kamu bukan?Buatku pekerjaan yang paling cocok buatmu adalah dirumah dan menunggu untuk pulang lalu melayaniku dengan baik."
"Mas, aku tahu, menurutmu aku bukan orang yang layak kamu tolong.Tapi aku benar benar ingin bekerja untuk menebus semuanya,mungkin buat kamu tak masuk akal tapi aku hanya ingin berusaha."
"Buatku tak masalah,asalkan kamu mau melayaniku malam ini, besok aku akan cek semuanya,"ucap Robin begitu meyakinkan.
Sara terdiam sesaat dan perlahan ia mulai membuka piyamanya.Robin segera menciumi leher dan bibir Sara perlahan.
Melihat Sara membuka piyamanya demi lowongan pekerjaan,ada rasa marah di hati Robin.Ia merasa Sara begitu berani bahkan mengorbankan dan melakukan apapun untuk menyelesaikan masalah hidupnya.
Robin geram,ia tak ingin Sara menjadi tangguh.Tiba tiba Robin berbisik pada Sara yang telah membuka semua kain penutup tubuhnya.
"Kamu memang berbakat jadi p*****r, sangat menggairahkan,"bisik Robin seolah sengaja membuat Sara marah.
Dugaannya tepat,Sara menjadi marah dan hendak menampar Robin tapi tangan Robin bergerak lebih cepat mencegah tamparan tersebut.Sara pun berusaha melepaskan tangannya tapi cengkraman Robin terlalu kuat.
Entah mengapa melihat Sara melawan dan berontak membuat hasrat s****l Robin meningkat. Ia segera menarik Sara dan menduduki tubuh perempuan itu. Sara berusaha melepaskan diri tapi Robin segera mengunci lengan Sara dengan kedua tangannya. Sara benar benar tak bisa melawan.
Ketika Robin hendak menciumnya,Sara segera menendang perut Robin dengan lutut dengan tenaga yang ia punya. Robin mengerang kesakitan dan pegangan tangan Sara pun terlepas. Sara segera bangkit dan mencoba menyambar pakaiannya.
"Kali ini,jika kamu tertangkap, kamu harus melayaniku dengan baik!,"ucap Robin penuh gairah saat melihat Sara berusaha berpakaian dan menjauhi dirinya.
Dengan cepat Robin menyambar tubuh Sara yang kurus dan menghempaskannya di ranjang. Sara masih berusaha untuk berontak tapi ciuman Robin yang lembut tiba tiba menenangkan hatinya. Perlahan Robin mencumbu Sara sehingga Sara merasa sang tubuh mengkhianati dirinya kembali karena merasakan gairah dari sentuhan Robin.
"Hanya kali ini saja.. satu kali ini saja,"gumam Sara pada dirinya karena tak mampu menahan gairah yang diberikan Robin padanya.
Ia merasa bersalah pada dirinya sendiri karena tak mampu menahan gairahnya.