ROTI

1180 Words
Alangkah terkejutnya Sheila saat dia keluar dari tempat persembunyiannya, ada Adrian yang bersandar di tembok. Entah menunggu siapa. Sheila mendengus napas kasar sembari berlalu melewati Adrian. "Kamu beneran gak takut dengan ancamanku ya," ucap tajam Adrian. Sheila yang mendengarnya, menghentikan langkahnya. Siapa lagi orang yang Adrian temani berbicara, jika bukan dirinya. "Maksudnya?" tanya Sheila menaikkan satu alisnya. "Gimana syok-nya Mama jika tahu putrinya yang mengaku kerja KANTORAN, ternyata bekerja di klub malam dengan memakai pakaian super minim. Aku gak bisa bayangin," ucap Adrian tertawa mengejek. Sheila menahan geram. Ingin sekali dia membanting tubuh Adrian ke lantai untuk melampiaskan kekesalannya. Adrian dengan asumsi dan halusinasinya membuat cerita karangannya sendiri. Adrian bahkan tidak tahu bahwa Selma sudah mengetahui pekerjaaan sebenarnya adalah polisi dan memintanya merahasiakan dari orang sekeliling mereka. Yang Selma tidak tahu, bahwa dirinya datang ke Indonesia untuk mengejar gembong narkoba. "Sori aku gak ada waktu mendengar ocehanmu," ucap Sheila tidak peduli. Adrian lagi-lagi mendesah kesal karena Sheila selalu saja menghiraukannya. Dia sebenarnya hanya mengancam Sheila saja agar berhenti dari pekerjaannya. Dia tidak akan pernah memberitahukan Selma mengenai pekerjaan Sheila dan akan membuat Mamanya syok dan jatuh sakit. Adrian tidak segegabah itu. "Padahal kalau kamu mau, kamu bisa kerja di perusahaan aku," gumam Adrian melihat Sheila yang telah berjalan jauh. *** "Halo Adrian, Mama pengen nitip beliin roti dong. Itu tuh dekat kantor kamu? Boleh gak?" "Oh iya boleh kok Ma." Untung saja Adrian masih berada di kantor karena Gea memberikannya banyak laporan yang harus diceknya satu persatu. "Gea!" teriak Adrian memanggil sekretarisnya. "Iya pak. Ada apa?" "Nih udah. Kamu ambil lagi. Cek dulu. Siapa tahu ada yang terlewat," ingatkan Adrian dan menyodorkan tumpukan berkas. "Baik pak. Terima kasih." "Kalau gitu saya balik ya. Sampai ketemu Senin. Happy nice weekend." "Sama-sama pak," balas Gea tersenyum. Adrian berhenti di toko langganan roti Selma. Saat Papanya bekerja, dia lah yang sering membelikan Selma roti di toko kue itu dan pada akhirnya menjadi favorit Selma. Adrian masuk ke toko roti dan langsung menuju rak kaca tempat aneka jenis roti dan berbagai varian rasa. "Selamat dat-" Sheila yang menyambut pelanggan akhirnya tak bisa melanjutkan ucapannya karena tahu bahwa pelanggan itu adalah orang yang dikenalnya- Adrian. Adrian kali ini yang bersikap cuek dan tidak peduli. Dia hanya menutupi keterkejutannya akan kehadiran Sheila. "Ada yang bisa kami bantu pak?" Sheila tersenyum ramah. "Saya mau ini, ini dan ini, masing-masing 5 biji," tunjuk Adrian roti yang berada di dalam kaca. "Baik pak." Sheila segera mengambil pesanan Adrian dan memasukkannya dalam boks kue. "Apa ini saja pak?" tanya Sheila tersenyum ramah. "Iya sudah. Berapa semuanya?" tanya Adrian sembari menarik dompetnya dari saku celana belakangnya. "Semuanya 320.000 pak," jawab Sheila dan memberikan struk kepada Adrian Adrian mengeluarkan empat lembar uang berwarna merah, "Ambil saja sisanya," ucap Adrian. "Terima kasih pak." Adrian tidak bersikap sinis karena saat ini Sheila bekerja di tempat yang tergolong aman dan tidak macam-macam. Alangkah lebih baik lagi jika Sheila meninggalkan pekerjaannya di klub malam dan hanya bekerja di toko roti. Adrian duduk sejenak dan melihat gerak gerik Sheila di dalam toko dari kaca spion mobilnya. Mengapa kali ini dia selalu saja bertemu dengan wanita itu, seakan-akan ke manapun dia melangkah Sheila selalu saja membayanginya. *** Adrian akhirnya tiba di kediaman Tanuwijaya. Sebenarnya dia tidak berencana untuk mengunjungi orang tuanya hari ini. "Ma! Ma!" teriak Adrian mencari sosok Selma. "Eh kamu udah tiba." "Ini Ma roti kesukaan Mama," Adrian mengangkat boks roti yang sudah dibelinya. "Makasih ya. Maaf Mama ngerepotin kamu. Kamu nginep gak di sini? Kan besok weekend." "Gak deh Mama. Lain kali aja." "Oh gitu. Ya udah," ucap Selma dengan wajah kecewa. "Semoga aja Sheila jadi nginep malam ini," gumam Selma yang masih bisa didengar oleh Adrian. "Sheila akan nginap di sini?" tanya Adrian. "Iya dia ngomongnya begitu sih. Semoga aja jadi. Soalnya dia sibuk banget," jawab Selma. "Oh iya Ma. Mama tahu pekerjaan Sheila?" Selma mengerutkan keningnya. "Maksudnya Mama pernah gak ke tempat kerjanya?" Adrian memperbaiki pertanyaannya. "Gak. Kenapa emangnya nak?" tanya balik Selma. Dia yang tahu bahwa Sheila bekerja di kepolisian Inggris dan diminta untuk merahasiakan pekerjaannya, merasa bersalah kepada Abimanyu dan Adrian karena harus membohongi mereka. Tetapi Selma yakin suatu saat nanti mereka akan tahu kebenarannya. "Oh gak kok Ma," Adrian sudah tidak ingin membahasnya lagi. Dia takut semakin dia mencari tahu, Selma akan semakin curiga. "Tapi Mama boleh kok tawarin dia bekerja di perusahaan Adrian. Siapa tahu dia minat." "Oh gitu. Iya nanti Mama kasih tahu dia." Sebuah ide tercetus di kepala Adrian, dia sedikit merenggangkan otot-ototnya yang terasa kaku, "Ma, sepertinya Adrian nginap juga ah. Badan Adrian sepertinya letih." "Iya nak. Gitu dong. Biar rumah ini rame." Selma mengelus-elus sayang punggung Adrian. "Ya udah, Adrian ke kamar dulu ya. Panggil aja Adrian saat makan malam," pesan Adrian. "Iya sayang." Saat makan malam, keluarga Tanuwijaya hanya bertiga saja di meja makan tanpa kehadiran Sheilla. Adrian sedikit kecewa karena dia sudah berharap bertemu dengan Sheila tetapi nyatanya wanita itu belum terlihat batang hidungnya hingga makan malam usai. Mungkin saja banyak pelanggan di toko roti sehingga Sheila sibuk melayani mereka dan pulang terlambat, pikir Adrian. Setelah makan malam dan berbincang di ruang tengah, Sheila tak kunjung datang. Tetapi Selma tetap yakin bahwa putrinya akan nginap malam ini. Mata Adrian tak bisa tertutup padahal jam menunjukkan pukul dua belas malam. Berkali-kali memperbaiki posisi tidurnya tetapi matanya seolah tidak bisa diajak bekerja sama. Dia kemudian bangkit dan berniat ke dapur untuk mencari minuman agar membuat matanya terpejam. Dia tidak akan mabuk malam ini. Adrian menangkap sosok bayangan seorang wanita yang sibuk berkutat di dapur. "Sheila?" tegur Adrian. "Hai. Aku berisik ya? Maaf bangunin kamu," Sheila berbalik sekilas sembari tersenyum ramah. "Kamu ngapain?" "Masak mie instan," jawab Sheila yang mengamati panci berisi air, menunggunya mendidih. "Kenapa gak nyuruh Bibi?" "Gak usah. Masak ginian gampang kok. Kamu mau?" tawarkan Sheila. "Boleh." Sheila mengangguk kemudian mengambil satu bungkus mie instan dari dalam lemari. Setelah dua papan mie turun di panci. Sheila dengan cekatan membuat topping mie-nya. Memotong sosis dan membuat telur ceplok. Adrian hanya mengamatinya sambil mengulum senyum. "Cabenya banyak gak?" tanya Sheila membuat Adrian sedikit terkejut karena melamun. "Gak usah banyak-banyak. Dua biji aja." "Oh oke." Adrian mulai membayangkan jika mereka menikah, Sheila akan memasak dan Adrian akan menunggu hingga masakannya selesai. "Ini buat kamu," Sheila memberikan semangkuk mie instan dengan asap yang terlihat mengepul. "Makasih." Malam ini, keduanya dalam suasana bersahabat dan hangat. Biasanya saat bertemu mereka akan saling menyindir dan berbicara tajam. Entah mengapa Adrian merasa mie instan buatan Sheila sangat nikmat di lidahnya. Terus terang makan malam tadi Adrian tidak makan terlalu banyak karena kurang berselera. "Aku ngomong sama Mama tadi, kalau kamu butuh pekerjaan, kamu bisa kerja di perusahaanku," ucap Adrian sembari mengunyah mie instannya. Sheila menoleh kemudian tersenyum, "Oh iya makasih tawarannya. Nanti aku pertimbangkan," ucap Sheila. Adrian menganggukkan kepalanya berkali-kali dengan wajah sumringah. Sheila yang kali ini bersikap ramah dan tidak menjaga jarak membuatnya bahagia. Ternyata Sheila tidak seangkuh dugaannya. Dia masih bisa diajak bicara dan Adrian merasakan kenyamanan di dekat wanita itu. Sayangnya hubungan mereka tidak akan bisa melangkah jauh. Adrian hanya akan mendekati Sheila dan menganggapnya sebagai adik.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD