"Pa!" Adrian segera menghampiri Abimanyu begitu tiba di rumah sakit.
"Adrian," ucap Abimanyu tersenyum lemah.
"Apa kata dokter Ma?" tanya Adrian ke Selma.
"Papa kena serangan jantung karena kelelahan. Sebaiknya mengurangi aktivitas fisik," jawab Selma.
"Sheila," ucap Abimanyu melihat ke arah Sheila.
"Iya Om." Sheila mendekat.
"Apakah benar kamu dan Adrian saling menyukai?" tanya Abimanyu.
Sheila menunduk, "I-iya om," bisik Sheila.
"Ehm begitu ya. Papa merestui kalian. Selagi kalian bahagia, kami orang tua pasti akan mendukung hal itu."
"Makasih Om," ucap Sheila meremas tangan Abimanyu.
"Oh iya apakah boleh Papa dan Adrian berbicara berdua?" ucap Abimanyu.
"Boleh Mas. Ayo kita duduk di luar saja," ajak Selma ke Sheila.
"Jadi apakah kamu hanya ingin berpacaran dulu atau langsung menikah?" tanya Abimanyu setelah hanya dia dan Adrian di kamar.
"Adrian ingin menikah secepatnya Pa."
"Bagus. Papa suka saat kamu bisa bertanggung jawab seperti ini."
"Iya Pa. Makanya Papa harus segera sembuh agar bisa mendampingi Adrian saat menikah nanti."
"Iya nak."
Sementara itu di tempat lain.
"Ma, maafin Sheila ya," ucap Sheila.
"Kenapa? Kamu salah apa nak?" tanya Selma heran.
"Soal hubungan Sheila dan Adrian. Mama pasti kecewa karena Sheila tidak bisa menahan perasaan kami," jawab Sheila.
"Hei. Rasa suka dan cinta itu alamiah sayang. Sekeras apapun kita menolaknya pasti gak akan bisa kalau kita sudah jatuh cinta. Kamu gak salah di sini."
"Iya Ma."
"Lagipula sosok Adrian memang akan sulit kamu hiraukan. Mama masih ingat saat pertama kali Mas Abimanyu pertemukan Mama dengan Adrian, Adrian anak yang sangat manis. Mama juga langsung akrab dengan dia. Jadi memang sangat menyenangkan berada di samping Adrian," jelaskan Selma tersenyum mengingat masa lalunya.
"Iya Ma. Dia lucu dan menyenangkan."
"Iya nak. Kami sekarang sudah tua, saatnya kalian mencari kebahagiaan kalian. Mama merestui kalian."
"Makasih Ma," keduanya berpelukan dengan mata berkaca-kaca.
"Kok ada acara tangis-tangisan," Adrian baru saja keluar dari kamar perawatan.
"Gak kok," keduanya buru-buru menyeka air matanya.
"Ma, Papa nyariin Mama."
"Oh iya, kalau gitu Mama ke dalam dulu ya. Sheila sebaiknya kamu menemui Abangmu, dia juga perlu tahu soal ini," saran Selma.
"Iya Ma."
"Apa kata Mama?" tanya Adrian yang kini duduk di samping Sheila.
"Sama dengan ucapan Om Abimanyu, Mama merestui kita."
"Jadi, apalagi yang kamu khawatirkan? Bagaimana jika kita menikah secepatnya?" tawarkan Adrian.
"Emang harus?"
"Iya, ngapain pacaran lama-lama, buang-buang waktu. Aku sudah yakin 100 persen bahwa rumah tangga kita kelak akan bahagia dengan anak-anak yang lucu dan menggemaskan."
"Terdengar menyenangkan," Sheila menjatuhkan kepalanya di bahu Adrian.
"Pasti."
"Tapi Adrian aku masih harus menjalankan misi menangkap seseorang di sini. Apakah tidak masalah?"
"Tentu saja sayang. Aku harus menjadi suami yang pengertian dengan pekerjaan berbahaya istriku."
"Makasih."
"Sama-sama," kini Adrian menggenggam tangan Sheila.
***
Sheila menghubungi Matthew-Abangnya bahwa dia akan datang bertamu sekaligus memberitahukan hubungannya dengan Adrian.
Malam harinya Sheila dan Adrian tiba di kediaman Matthew.
"Hai dek apa kabar? Kamu sama siapa datengnya?" Matthew segera menyambut Sheila.
"Nanti Abang tahu sendiri," jawab Sheila.
Adrian yang menyetir, turun belakangan karena sedang berbicara dengan temannya di telepon.
"Hai Sheila apa kabar?" sambut Angel dan mencium pipi kiri dan kanan Sheila.
"Baik Mba. Tambah cantik aja," puji Sheila melihat badan Angel masih sama dengan saat dia belum mempunyai anak. Pantas saja Matthew tergila-gila dengan istrinya itu.
"Mommy, Mommy, tante ini siapa?" tanya seorang anak kecil menarik-narik baju Angel.
"Hei, Starlet udah gede ya," Sheila berjongkok agar sejajar dengan bocah menggemaskan putri dari Matthew.
Sheila pernah bertemu dengan Starlet saat bocah itu masih bayi. Jadi wajar jika bocah itu tidak mengenalinya. Starlet yang beranjak besar, Sheila makin jarang menemuinya, hanya mengirimkan mainan yang dibelinya di Inggris.
"Starlet, ini aunti Sheila, adik Daddy," perkenalkan Angel.
"Ini karena kamu jarang ke sini. Sampai keponakan sendiri gak ngenalin kamu," sindir Matthew dan menggendong Starlet.
"Maaf."
"Apalagi kata Mama kamu sempat lama di Indonesia dan akhirnya kembali ke Inggris."
"Biasalah, masalah pekerjaan."
"Ya udah. Kalau gitu kita meja makan aja yuk. Kita bisa berbincang lagi di sana," saran Angel sedangkan Sheila menoleh ke arah pintu.
"Kamu dateng ke sini bersama seseorang?" tebak Angel.
"Iya Mba. Gak tahu kenapa dia belum masuk."
"Ya udah nanti kita tunggu aja dia di meja makan." Sheila mengangguk.
"Ayok dimakan," ucap Angel saat mereka sudah duduk di meja makan.
"Makasih Mba."
"Hai semua!" suara seseorang mengalihkan orang-orang di meja makan mencarinya siapa pemilik suara itu.
"Adrian?" ucap Angel terkejut sedangkan Matthew menatap tak suka. Tumben sekali Adrian bertamu di rumah mereka.
"Mba tahu Adrian?" tanya Sheila heran.
Sheila memang tidak tahu hubungan Adrian, Angel dan Matthew di masa lalu.
"I-iya, dia temen aku," jawab Angel sedikit berbohong.
"Kamu duduk yuk," ajak Sheila dan memberikan tempat duduk untuk Adrian di sampingnya. Angel dan Matthew saling melemparkan pandangan, bertanya-tanya apa hubungan antara Sheila dengan Adrian.
"Jadi ada hubungan apa kalian?" tanya Angel penasaran.
"Kami adalah sepasang kekasih dan sebentar lagi akan menikah," jawab Adrian blak-blakan.
"Uhuk!" Matthew sontak tersedak mendengarnya.
"Honey, are you okay?" tanya Angel mengelus-elus bahu Matthew.
"Iya," Matthew segera menyeka bibirnya dengan tisu.
Terus terang kehadiran Adrian telah membuat selera makan Matthew menghilang. Apakah dia melewatkan sesuatu di sini. Begitu banyak pria di dunia ini tetapi mengapa adiknya malah memilih Adrian.
Saat makan malam berlangsung, Adrian dan Sheila menunjukkan sikap romantis. Mereka bahkan saling suap-suapan di depan Angel dan Matthew, membuat Matthew merasa jengah.
"Sheila kamu nginap di sini ya. Abang mempunyai banyak pertanyaan untuk kamu," pinta Matthew setelah selesai makan malam.
"Ya udah gak masalah. Aku balik sekarang ya," pamit Adrian dan tidak lupa mencium kening Sheila.
"Bang, aku anterin Adrian ke depan ya," ijin Sheila.
"Iya."
"Honey kamu jangan terlalu keras dengan Sheila ya. Aku tahu kamu gak menyukai Adrian tetapi kamu jangan merusak kebahagiaan adikmu," saran Angel setelah kepergian Sheila.
"Gak tahu. Aku juga bingung harus bersikap apa," ucap Matthew.
"Aku tinggal ya hon. Aku temenin Starlet tidur. Kalian ngomong aja berdua," pamit Angel setelah Sheila kembali.
"Iya."
"Jadi apa yang aku lewatkan?" tanya Matthew.
Sheila kemudian duduk, "Seperti yang Adrian tadi katakan. Kami menjalin hubungan dan akan segera menikah."
"Banyak pria di luar sana kenapa harus memilih Adrian. Abang tidak setuju."
"Alasannya? Hanya karena dia playboy? Itu kan masa lalu Adrian. Sekarang dia udah berubah."
"Tapi ini gak bener. Mama menikah dengan Papa Adrian. Bagaimana mungkin kamu dan Adrian juga menikah."
"Mama dan Om Abimanyu sudah merestui kami."
"Benarkah?" tanya Matthew terkejut.
"Iya."
"Pokoknya Abang tidak setuju."
"Aku akan mundur jika Abang mempunyai alasan yang jelas. Aku balik ke kamar sekarang, aku lelah."
Matthew menghela napas panjang. Bagaimana mungkin dia berterus terang apa yang terjadi antara dirinya, Angel dan Adrian dahulu. Dia juga takut Adrian mendekati Sheila hanya untuk balas dendam kepada dia karena telah merebut Angel dari sisinya.
Matthew yakin Adrian pasti mempunyai niat buruk dan Matthew harus mencegahnya. Apalagi Adrian ingin menikahi Sheila secepatnya, semakin membuat Matthew curiga.
Sepertinya Matthew harus berbicara berdua dengan Adrian untuk mencari tahu alasan dia sebenarnya.