Episode 5

1074 Words
Calon imamku episode 5 Teng … Bel tanda berakhirnya sebuah pelajaran, para mahasiswa dan mahasiswi keluar meninggalkan kelas kecuali Faeyza, Tanvir, Nita dan Rico mereka berempat masih sibuk membereskan perlengkapan sekolah. "Za, hari ini kamu jadi tidak menemaniku mencari pekerjaan?" tanya Nita. "Nit, memang ada ya pekerjaan paruh waktu? Kamu kan masih kuliah," balas Fayza sambil memasukkan buku belajaraannya ke dalam kelas. "Ada," sahut Tanvir, ia bangkit dari tempat duduknya lalu berdiri di samping Fayza. "Manjadi pelayanku, aku akan mengganji dengan tinggi," lanjutnya. Plak… Fayza menggeplak lengan pria safir tersebut dengan buku miliknya."jangan sembarangan, lebih baik kamu cari saja pelayan sesama jenis. Kalau sampai kamu ada apa-apa dengan Nita, siapa yang akan menanggung dosanya? Nita akan menjadi malu karena pria seprti mu," sewotnya. Tanvir mendelik galak pada gadis itu,"Memangnya apa yang mau ku lakukan sampai dia harus merasa malu? Aku tinggal di rumah nenekku, aku hanya kasihan padanya karena kalau harus sibuk membuatkan makanan untukku. Jadi aku meminta Nita membuatkan masakan untukku dan nenek, apakah itu sangat memalukan? Atau jangan-jangan kamu sudah merasa cemburu ya? Karena aku lebih memilih Nita dari pada kamu." Pria itu mengedipkan matanya genit. Faeyza memalingkan wajah karena ternyata dirinya sudah salah paham, tapi bukan berarti dirinya cemburu. Ia kembali memandang pria rupawan di depannya tersebut."Siapa yang akan cemburu pada orang sepertimu?! sudalah yang jelas aku tidak setuju kalau Nita bekerja sebagai pelayan mu." "Sudalah, Za. Lagi pula aku menggajinya cukup mahal, sebulan 5 juta bagaimana?" Tanvir mendongakkan kepalanya menatap Nita. "Benarkah?" Nita sangat senang, bahkan hampir tidak percaya dengan apa yang didengar. Ia berjalan menghampiri pria tersebut, menatapnya penuh harap dan semangat. "Hanya memasak?" tanyanya memastikan. "Iya, apakah kamu ingin pekerjaan yang lain? Misalnya …" Tanvir menghentikan ucapannya. "Membersihkan closet," sahut Rico tersenyum tipis. "Boleh juga jika mau," balas Tanvir. "Tidak perlu, aku setuju saja memasak buat kamu dan nenekmu. Kalau begitu, bagaimana kalau mulai sekarang saja, aku akan membuatkanmu masakan yang sangat enak," jawab Nita penuh antusias. "Tidak, hari ini kamu harus mengantarkan ku membeli baju buat hadiah ulang tahun ayah dan ibuku," tolak Faeyza tidak terima kalau sahabatnya justru ingin pergi bersama dengan orang lain. Tanvir, Nita dan Rico mengalihkan perhatiannya pada gadis tersebut. Mereka menatapnya aneh."Kenapa kamu yang menolak? aku yang ditanya kamu yang menolak," kata Tanvir heran. "Bukan begitu, hari ini aku dan Nita ada janji. Jadi dia tidak bisa membatalkan begitu saja," elak Faeyza, ia mengalihkan perhatiannya pada sahabatnya, memberikan tatapan menuntut. Mau tidak mau, Nita mengangguk karena tidak mungkin kalau harus mengecawakan sang sahabat. "Tanvir, maaf ya? Tapi memang benar, aku memang harus menemani Faeyza dulu. Bagaimana kalau aku akan ke rumah kamu setelah menemani Faezya?" "Tidak masalah, kalau begitu aku pulang dulu. Aku harus pulang tepat waktu, karena nenek itu orang yang suka khawatiran," balas Tanvir, setelah itu ia berpamitan lalu pergi meninggalkan ruang kelas tersebut. "Nit, kamu serius ingin bekerja dengannya?" tanya Faeyza sangsi, dia sangat tahu kalau sahabatnya itu hanya bisa membuat masakan kampung, sedang Syehan Tanvir Mizan itu adalah putra dari Ivan Maulana Rizky, tentu saja mereka pasti akan sangat suka makanan yang berkelas. "Memangnya kenapa?" tanya Nita tidak mengerti. "Iya, Za. Kenapa kamu begitu ngotot tidak ingin Nita bekerja pada Tanvir? Nita itu kan pandai memasak," timpal Rico juga heran. "Tanvir itu anak dari Paman Ivan Maulana Rikzy, mereka itu seorang mliader. Jadi tidak mungkin kalau makannya itu hanya sayur kangkung, memangnya Nita bisa membuat masala ala luar negri begitu?" jelas Faeyza sekaligus bertanya. "Masakan luar negeri itu seperti apa? Apakah sejenis tongseng sayur? Atau udang merah?" tanya Nita juga bingung, jangankan masak alan luar negeri jenis makananannya saja dia bahkan tidak tahu. "Maksudmu oseng sayur?" balas Rico jengah. "Kalau begitu, apa itu tonseng? Aku tahunya tong sampah." Nita semakin tidak mengerti ucapan kedua temannya tersebut. "Heh, sudalah. Lupakan saja tong sampah dan semua itu, yang terpenting kamu tidak perlu lagi bekerja dengan Tanvir. Aku akan membantumu mencari kerja." Faeyza merangkul bahu sahabatnya tersebut. Nita mulai meikirkan ucapan sahabat terbaiknya tersebut, mungkin ada benarnya."Baiklah, tapi kalau nanti masih tidak ketemu, terpaksa aku akan menerima tawaran Tanvir." Faeyza dan Rico tersenyum, gadis itu akan berusaha gara sahabatnya tidak sampai bekerja dengan teman kelas barunya tersebut. ## Seorang pria bermata safir dengan baju taqwa melangkahkan kaki memasuki sebuh toko baju, ia sengaja datang untuk mengunjungi anak dari bibinya yang kebetulan bekerja di tempat tersebut, itu juga karena permintaan sang nenek. "Kak Zein." Seorang gadis bersurai pirang menyapa dengan ramah, Zein memperhatikan penampilan gadis itu. Rok pendek di atas lutut dan baju lengan pendek, ia menghela napas melihat penampilan melunturkan iman tersebut. "Kakak, kenapa kak Zein diam saja? Kakak juga kenapa tidak mau melihat ku?" tanya gadis pirang tersebut. "Bukan, hanya saja … kamu seorang muslimah. Tapi kenapa kamu menggunakan baju seperti itu? Jelas-jelas itu sangat dilarang oleh agama," jelas Zein malu sendiri. Gadis pirang tersebut terkikik geli, kedua anak dari pamannya tersebut memiliki wajah yang sama hanya saja karakteristik mereka sangat berbeda. Sama -sama alaihim tapi yang ini jauh lebih menjaga diri. "Kakak Zein, kakak jangan selalu bicara seperti itu. Banyak kok di luar sana orang berbusana rapi dan menutup seluruh tubuhm tapi kelakuannya tetap saja b***t. Lebih baik orang seperti ku, sekalipun aku terlihat seperti orang mursal, tapi aku ini muslimah kok," kilahnya. QS Al Ahzab ayat 59, يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ۚ ذَٰلِكَ أَدْنَىٰ أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا Artinya: "Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, "Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. Itu adalah ayat yang menerangkan perintah menutup aurat bagi kaum muslimin, kalau kamu mempermasalahkan tentang perbedaan prilaku orang yang menutup aurat dan tidak, itu tergantung dari niat dan hati mereka masing-masing. Seperti halnya ketika seseorang memutuskan untuk mengenakan jilbab, tapi yang ditutup hanya kepalanya, hatinya tidak. Maka bukan tidak mungkin kalakuannya juga akan terbuka atau melakukan perbuatan yang melanggar norma, baik norma agama atau norma hukum. Karena itu … kamu harus ingat, jangan selalu mengatakan kalau orang yang suka membuka aurat lebih baik dari yang menutup aurat hanya karena kamu pernah melihat orang dengan pakaian tertutup melakukan kejahatan," jelas Zein lembut tanpa ada sedikit pun kemarahan. "Ehehehe …" Gadis pirang tersebut terekekeh, dia malu sendiri. Rasanya selalu apes kalau berdebat dengan pria satu ini, sangat mirip dengan pamannya yaitu Ivan Maulana Rizky, kalau Tanvir lebih mirip dengan Fira.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD