Sore itu akhirnya kami habiskan dengan wisata kuliner yang menyenangkan. Dengan riang Sita mencoba berbagai makanan kaki lima yang dijajakan di sana. Aku juga ikut senang melihatnya selalu tersenyum dan tertawa. Obrolan kami juga sangat lancar dan menyenangkan. “Dante, sekalipun kadang kamu menyebalkan tapi kamu mewujudkan sebagian besar dari mimpi-mimpiku selama ini,” ucap Sita dengan satu suapan besar martabak di dalam mulutnya. Aku terkekeh geli melihatnya mengunyah cepat-cepat dan pipinya menggembung. “Telan dulu, Sita!” kekehku. Dia tersenyum. “Sudah aku telan, martabak ini enak sekali.” Matanya berbinar sambil mengatakan itu. Itu indah sekali. “Memangnya apa saja mimpimu?” tanyaku sambil menatapnya penuh cinta. Entah kenapa memang setiap hari Sita bertambah cantik saja. Mungkin