Setelah mandi dan ganti baju, Ajeng merapikan kamarnya sebentar, lalu ke luar kamar dan menemui ibunya yang sedang menghitung uang hasil dagangan hari ini. Senyum Ajeng merekah melihat banyaknya uang yang dihitung ibunya, sampai ibunya tidak menyadari dia sudah berdiri belakang sambil memegang amplop. "Eh, Ajeng." Arni sedikit terkesiap karena Ajeng menepuk lembut pundaknya. "Waaaah. Laris manis?" Mata Arni tertuju ke amplop yang dipegang Ajeng, lebih tebal dari sebelumnya. "Iya, Bu. Besok yang punya warung minta banyakan lemper. Suka kehabisan katanya." Ajeng tidak duduk seperti biasa, masih berdiri, membuat Arni heran melihatnya. "Mau ke rumah Gita?" tebaknya. "Ya iyalah. Mau ke mana lagi?" Arni menggeleng tersenyum, dia senang karena beberapa hari ini Ajeng terlihat semangat menja