2

1418 Words
Sejak tadi Aksa menuruti semua kemauan Fey yang ingin malam mingguan dengannya keliling Jogja. Setelah pergi ke Alun Alun,kemudian dilanjutkan jalan jalan di Malioboro.Akhirnya Aksa memutuskan untuk makan malam,mengingat Fey yang sejak pagi belum makan nasi,jadilah disini mereka menyusuri  Malioboro dengan berjalan kaki karena mobilnya yang tidak boleh parkir disembarang tempat.Fey sendiri tidak banyak protes karena berjalan kaki,ia justru senang bisa menikmati waktunya berdua dengan Aksa. Malioboro ini memang sudah terkenal dengan barang barang yang dijajakannya,selain murah juga banyak varian yang ditawarkan selain batik juga ada banyak pernak pernik yang dijual.Bedanya Malioboro sekarang ini sudah dimodifikasi menjadi lebih Modern,banyak bangunan baru yang sengaja dibuat tapi tidak meninggalkan unsur khas dari Jogja itu sendiri. "Sayang,kamu mau cari apa sih,makan dulu ya dari pagi kamu nggak makan nasi loh" kata Aksa untuk kesekian kalinya yang tidak dihiraukan oleh Fey. "Aku masih mau liat itu" kata Fey tanpa mengalihkan pandangannya ke segerombolan pengamen yang sedang perform itu.walaupun dengan peralatan seadanya tapi suara yang dihasilkan cukup menarik minat pendengarnya. Lilakno aku ikhlasno aku, yen pancen iki wes ora perlu, menjadikanku orang kedua, Hatiku sungguh tak rela, Atiku wes nelangsa sliramu karo wong lio, Tak pendem tak tutupi larane ati iki, Tak tunggu tak eneteni sliramu tanpo ngerti seng tak rasakke kangene ati jebule mung janji janji...(Ndx Aka_Lilakno aku) Fey terus saja menatap segerombolan orang yang tampak asik dengan menikmati musik,tanpa menghiraukan Aksa yang sudah cemberut disampingnya.walaupun ia tidak paham dengan arti dan liriknya tapi ia menikmati alunan lagu itu. Dengan kekesalan yang memuncak karena Fey cuek padanya,Aksa menarik tangan itu menuju salah satu kedai yang cukup ramai di Malioboro.setelah duduk Fey tampak melihat sekelilingnya,dahi nya berkerut menatap Aksa yang tampak santai juga memesan makanan. "Tumben mau makan di tempat kayak gini,biasanya juga ini lah itulah ribet" ucap Fey polos membuat Aksa yang sudah selesai memesan menoleh ke arahnya. "Biar kamu mau makan sayang,aku udah paham sama kamu,makanya aku sengaja ajakin makan disini,lain kali aku nggak bakal bawa kamu makan ke tempat yang lebih bersih" Fey memutar bola matanya malas "ini itu bersih Bapak Aksara Nugraha,plis deh kamu boleh jaga kebersihan tapi jangan gitu juga dong" Aksa hanya diam mendengarkan setiap ucapan Fey yang hampir dari tadi hanya mengeluarkan gerutuan tentangnya,sedangkan Fey masih tampak antusias menatap pengamen itu. "Nggak ada yang lebih menarik ketimbang pacar sendiri didepan kamu?" "Aku kagum sama mereka,mereka itu kreatif banget tau nggak,walaupun aku nggak paham apa yang mereka nyanyiin tapi bagus menurut aku" kata Fey membuat Aksa semakin kesal karena memuji pria lain.apalagi sepanjang menunggu menu makanan pun Fey sama sekali tidak mengalihkan pandangannya. "Makan dulu,nanti liat lagi" kata Aksa setelah makanan mereka sampai di meja mereka.Pecel Lele dan Gudeg yang menjadi menu malam ini pun tampaknya tidak membuat Fey berpaling. "Feydeira Rose Sadega" dengan malas Fey menoleh pada Aksa yang tampak sudah siap menyuap makanan ke mulutnya.memang jika Aksa sudah memanggil gadis itu dengan nama lengkap pasti sudah membuat Fey bergidik ngeri. "Aku udah kenyang sayang" ucap Fey tampak ogah ogahan menatap nasi didepannya,sedangkan Aksa jangan ditanya pria itu tampak kelaparan karena sedari dikantor memang belum sempat makan. "Mau disuapin?" Fey menggeleng. Aksa menghentikan makannya,ia menghela nafas pelan,ia bangun dan duduk disamping Fey,ia genggam tangan mungil itu. "Makan ya,dari pagi kamu belum kemasukan nasi,nanti kamu lemes" "Aku udah kenyang,nggak nafsu" rengek Fey. "Tapi kamu makan Mie bukan nasi,please,kamu masih mau jalan kan harus makan dulu" kata Aksa membuat Fey mau tak mau akhirnya makan. Aksa sudah selesai setelah beberapa menit fokus pada makanannya,ia menatap Fey yang tampak ogah ogahan menyantap makanan itu,sesekali Aksa terkekeh mendapati noda nasi yang menempel disudut bibirnya itu. "Udah ya,aku kenyang" "Tinggal dikit lagi itu,abisin,sayang loh entar nasinya nangis" kata Aksa sedikit menggoda Fey. "Emang aku anak kecil digituin" gerutu Fey membuat Aksa terkekeh. "Udah ah aku nggak kuat" Fey mendorong piringnya dengan makanan yang masih setengahnya itu.Aksa mengulurkan teh hangat untuk Fey. "Udah,jalan lagi yuk" Aksa mengangguk,setelah membayar mereka melanjutkan jalan jalan mereka.Fey tampak antusias ketika melewati beberapa gerombolan pengamen yang tadu dilihatnya dari jauh,sedangkan Aksa jangan ditanya lagi bagaimana cemburunya dia. "Mama jadi berangkat besok?" tanya Fey saat mereka sedang berjalan ke parkiran. "Jadi" "Sama Papa juga?" Aksa mengangguk. Aksa tersenyum sambil mengelus pucuk kepala Fey yang tertutup jilbab navy nya mencoba memberikan ketenangan lewat sentuhan itu."Tenang aja,bukan karena kamu kok,Mama sama Papa emang lagi ada acara keluarga disana jadi terpaksa berangkat tanpa aku" kata Aksa membuat Fey justru semakin tidak nyaman. Bagaimana tidak,kepindahan Fey ke rumah Aksa waktu itu menimbulkan Pro dan Kontra antara Samita dan suaminya.Samita yang memang setuju dengan Fey menolak keputusan Aksa yang rela keluar dari rumahnya demi menemani Fey yang sedang ditinggal ke Jerman,sedangkan Heydi tampak jelas mendukung Aksa,selain pria juga wajib untuk mendiri juga Beliau tampaknya santai saja dengan hubungan Aksa dan Fey. "Tapi...." "Sayang" panggil Aksa dengan suara beratnya membuat Fey urung untuk kembali protes.ia hanya diam di dekapan Aksa yang tampak santai. "Nggak usah dipikir,masalah Mama biar aku yang tanggung,kamu cukup disamping aku aja ya" ucap Aksa tulus membuat Fey mau tak mau sedikit melengkungkan bibirnya tersenyum tipis. *** "Ya ampun ini Rahma yang dulu main sama Aksa,masya allah cantiknya kamu nak" kata Samita antusias begitu melihat mobil yang menjemputnya ada seorang wanita yang sangat ia kagumi sejak dulu. "Iya Tan,ini Rahma,Om?" timpal gadis itu menyalami Samita,Mama nya Aksa kemudian menyalami Heydi yang tampak datar saja melihat antusias istrinya bertemu wanita bernama Rahma itu. "Kok Tan,panggil Mama dong sayang biar akrab dulu juga gitu" "Ii...iya..Tan..eh Maaa" "Yaudah langsung aja yuk kasihan Om udah capek kayaknya" ajak Samita merangkul Rahma berjalan ke parkiran. Kedua wanita itu tampak seru ngobrol kesana kemari tanpa memperdulikan Heydi yang tampak tidak nyaman dengan pembicaraan kedua wanita beda generasi itu. "Kamu sekarang kerja dimana? Udah punya calon belum,Mama selalu berdoa semoga kamu yang jadi mantu Mama bukan gadis 19th itu" "Ma..." panggil Heydi dengan nada memperingatkan.Beliau tidak suka jika hubungan Aksa yang jadi bahan pembicaraan.tampaknya Samita juga enggan peka dengan kode yang diberikan suaminya,buktinya Rahma justru semakin mengulik tentang Aksa. "Gadis 19th? Jadi Mas Aksa pacaran sama ABG Ma?" "Iya,Mama nggak setuju,cuma Rahma yang Mama mau jadi mantu" ucapan Samita justru membuat Rahma tersipu dan juga membuat harapan baru untuk Wanita yang sudah sejak lama menyimpan perasaan pada Aksara. Cukup lama mereka berbincang.setelah beberapa saat mereka akhirnya sampai di  kediaman Orang tua Heydi yang juga kerabat dari Rahma yang sedang mengadakan acara 40 harian Kakek Aksa yang baru saja meninggal. "Mbak baru sampai,loh Aksa nya nggak ikut?" sapa Wahyuni,ibunya Rahma pada Samita yang baru saja keluar dari kamarnya setelah menaruh barang.Raham sendiri entah kemana sejak membantu Samita menurunkan barang gadis itu menghilang entah kemana. "Aksa nya sibuk Dek Yuni,baru aja resmiin Kantor sama mau buka cabang baru" jawab Samita "Wah sudah sukses ternyata ya Mbak,dulu yang keliatan malu malah sekarang udah sukses sama usahanya sendiri" puji Yuni. "Iya ya,Rejeki kan nggak kemana,lha wong Aksa dulu kerja di Sampoerna aja ditinggal katanya mau usaha sendiri padahal Pabriknya Mas Heydi nggak ada yang ngurus,mungkin udah jalannya kali ya" kata Samita membuat Wahyuni semakin kagum. Samita duduk di karpet yang sudah digelar sejak ia datang.bersama beberapa tetangga yang datang Samita tampak akrab dengan mereka. "Budhe Om nya jeje nggak kesini?" tanya bocah 4th yang Samita kenal sebagai keponakan Aksa,anak dari Zenita,adik Samita. "Om masih sibuk di Jogja,besok kalo udah enggak pasti kesini kok" jawab Samita. "Telponin dong Budhe,Jeje mau ngomong,Jeje kangen" "Yaudah Budhe ambil hp dulu ya diatas,mau ikut?" bocah kecil itu mengangguk kemudian langkah mungilnya mengikuti Samita. "Iya Ma,kenapa nelfon?" sapa Aksa ketika panggilan video nya di jawab. "Si Jeje kangen pengen kamu,kamu sih nggak mau ikut malah sibuk sama si ABG" gerutu Samita. "Ma,kita udah bahas kemarin,yaudah mana Jeje nya" Samita mengangsurkan iphone nya pada Jeje yang tampak sudah tidak sabar berbicara dengan Om nya itu. "Om,Jeje kangen,Om nggak kesini?" tanya Jeje yang menampilkan raut wajah sedih. "Nanti Om main ya,sekarang masih sibuk disini,kapan kapan Om ajak main juga sama tante Fey" mendengar nama Fey disebut membuat Jeje langsung antusias. "Serius Om,Jeje bisa main sama Tante kece" Aksa tampak terkekeh pelan mendengar Jeje yang menyebut Fey dengan Tante kece. "Iya,udah ya Om lagi sibuk ini" sibuk kencan dengan gadis Om maksutnya.batin Aksa terkekeh. "Oke Om" Setelah Aksa mematikan video call nya,Jeje mengangsurkan handphone milik Samita. "kenapa senyum senyum?" tanya Samita heran bocah 4th itu. "Nggak papa" walaupun curiga ia hanya diam menanggapi Zenita yang tampak aneh itu. "Ma,acara pengajiannya dimulai pukul 7,Mama mau bantu bikin makanan buat nanti nggak?" tanya Rahma yang baru saja datang dari depan. "Boleh,ayuk ke dapur" ajak Samita antusias kemudian pamit pada ibu ibu disekitarnya. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD