Selamat membaca!
"Ada apa kamu ke sini?" tanya Alexa dengan kedua alisnya yang saling bertaut.
"Tidak usah pura-pura tidak tahu, kamu jelas-jelas sudah mengerti akan maksud kedatangan saya! Saya ke sini untuk memintamu agar menjauhi Nick karena saya adalah wanita yang akan menikah dengannya dan bukan kamu!" kecam Jessy yang terlihat penuh amarah dan nada bicaranya tampak menggebu-gebu.
Alexa yang mendengar ancaman dari Jessy tetap menanggapi semuanya dengan santai masih dapat mengulas senyuman di wajahnya.
"Baiklah aku akan menjauhinya, tapi..." Alexa menjeda kalimatnya, hingga membuat Jessy semakin penasaran dengan kelanjutannya.
"Tapi apa? Katakan apa?" tanya Jessy dengan suara membentak.
"Aku akan menjauhi Nick, tapi jika itu permintaan darinya langsung dan bukan permintaanmu!" Alexa tak kalah menampilkan raut tegasnya, hingga membuat amarah Jessy kian tersulut dan seketika itu juga, Jessy langsung menggebrak meja kerja Alexa kemudian menyapu apapun yang berada di atasnya. Beruntungnya saat itu Alexa sempat menyelamatkan laptop kerjanya.
"Apaan sih kamu? Kenapa harus marah-marah seperti ini? Kamu harus sadar Jessy, jika cinta itu tak bisa dipaksakan." Alexa coba menasehati wanita yang telah membuat semua barang-barang yang berada di atas meja kerjanya jadi berhamburan ke lantai dan tampak berantakan.
"Aku ulangi sekali lagi, jauhi Nick atau aku akan membuat hidupmu menderita! Ingat itu!" Ancaman Jessy kali ini lebih mengarah kepada tindakan kekerasan karena wanita itu sampai menarik tangan Alexa yang sedang memegangi laptop kerjanya, hingga laptop itu terjatuh ke atas meja.
Di saat Alexa hendak melepaskan cengkraman tangan Jessy, tiba-tiba dua orang petugas keamanan masuk dengan cepat dan langsung meringkus Jessy.
"Maafkan saya, Nona. Anda tidak bisa berlaku kasar di kantor ini, sekarang Anda keluar atau saya tarik Anda dengan paksa!" kecam salah satu petugas keamanan yang memang mengenal Alexa dengan baik.
Kedua petugas keamanan itu coba menarik paksa Jessy yang sedang berontak untuk berusaha melepaskan dirinya agar dapat kembali melukai Alexa. "Lepaskan! Saya bisa keluar sendiri!" kecam Jessy yang sekuat tenaga berusaha mendekati Alexa. Namun, usahanya harus mengalami kegagalan karena tenaganya kalah jauh dengan tenaga dari kedua petugas keamanan yang sudah berhasil membawa Jessy keluar dari ruangan dan menjauhi Alexa.
Setelah berada di luar ruangan, salah seorang petugas keamanan berjaga di depan pintu ruangan dan salah seorang lagi menarik paksa Jessy untuk menuju sebuah lift yang berada di sudut koridor kantor. Wanita itu kini semakin menjauh, namun, tatapan matanya masih menatap tajam ke arah Alexa yang saat ini sedang memegangi lengannya yang terasa panas, akibat cengkraman tangan Jessy. Bahkan apa yang Jessy lakukan sampai meninggalkan bekas luka cakaran yang tampak merah di sana.
"Ya Tuhan, untung saja ada petugas keamanan itu datang, jika tidak pasti wanita itu akan melukaiku lebih parah dari yang sekarang!" batin Alexa yang hanya menatap nanar kepergian Jessy.
Keributan yang terjadi di ruangan Alexa mendapatkan perhatian dari seluruh staf yang berada di lantai yang sama dengannya. Hingga tak lama berselang, setelah kepergian Jessy, Jack terlihat berada di ujung koridor sedang menatap Alexa yang masih termangu di depan ruangannya.
"Terima kasih ya Mer, kamu pasti yang memanggil petugas keamanan itu 'kan?" tanya Alexa yang sudah dapat menebak jika Merry-lah yang sudah membantunya.
"Iya Nona, saya takut wanita itu akan melukai Nona, makanya saya berjaga-jaga saja dengan memanggil petugas keamanan. Apa lukamu itu tidak apa-apa? Sepertinya harus diobati biar tidak infeksi." Merry menawarkan dirinya untuk membantu Alexa dan wanita itu pun hanya mengangguk, tanda ia menerima tawarannya.
Salah satu petugas keamanan yang masih berada didekat Alexa pun, berinisiatif untuk mengambil kotak P3K yang berada di dalam ruangan Alexa.
"Ada apa ini Alexa?" tanya Jack yang kini sudah berada di hadapan Alexa.
"Tidak apa-apa Tuan, hanya kesalahpahaman antara wanita saja," jawab Alexa dengan senyum yang terkesan dipaksakan. Wanita itu berusaha menutup-nutupi masalah antara dirinya dengan Jessy dari atasannya.
"Ya sudah Merry kembalilah bekerja. Ayo sekarang kita masuk! Biar saya obati lukamu itu."
Alexa sebenarnya tidak ingin bila hanya berdua saja dengan Jack. Namun, saat ini dirinya tak ada kuasa untuk membantahnya. Lagipula ia berpikir, jika Jack hanya ingin membantunya untuk mengobati lukanya saja.
Setelah Alexa dan Jack berada di dalam ruangan, Jack pun memerintahkan kepada petugas keamanan itu untuk kembali bekerja.
"Baiklah Tuan, kalau begitu saya permisi dulu ya. Ini kotak P3K-nya saya letakkan di atas meja ya."
"Baiklah, ingat siapapun yang ingin bertemu dengan Alexa jangan biarkan mereka masuk ke ruangan ini. Jangan sampai kejadian serupa kembali terulang! Apalagi wanita itu tidak ada kepentingan untuk menemui Alexa."
"Maafkan saya Tuan, tadi wanita itu mengatakan kepada saya bahwa beliau adalah utusan dari RX Corporate yang akan bertemu dengan Nona Alexa untuk membahas masalah proyek kerjasama dengan Galaxi Corporate. Makanya saat wanita itu bertanya dimana ruangan Nona Alexa, langsung saya beritahukan dan saya izinkan masuk. Maafkan saya sekali lagi, saya benar-benar tidak tahu kalau wanita itu ternyata telah berbohong!"
"Iya Bryan, saya tahu ini bukan salah kamu. Sekarang kembalilah bekerja! Saya ucapkan terima kasih karena kamu telah menolong saya tadi." Alexa pun tersenyum ramah dan Bryan bergegas keluar dari ruangan setelah ia pamit undur diri kepada Jack.
Kini tinggallah Jack bersama Alexa di ruangannya dengan pintu yang telah ditutup oleh Bryan.
"Sudah, kamu duduk dulu di sana ya!" Jack menunjuk sebuah sofa yang biasa digunakan untuk Alexa menerima tamu pentingnya. Sofa yang berada di sisi kanan meja kerjanya.
Setelah keduanya menempati sofa itu, Jack pun tanpa menunda lagi langsung membuka kotak P3K dan mulai mengobati luka pada lengan Alexa.
"Apa ini sakit? Lukanya sampai berdarah begini, sepertinya kuku tangan wanita itu panjang-panjang ya. Luka cakaran ini dalam soalnya."
Ketika Jack baru saja mengobati Alexa, wanita itu merasa sangat tidak enak sekali dengan situasi yang saat ini terjadi, hingga Alexa pun meminta pada Jack untuk membiarkannya sendiri yang mengobati lukanya.
"Tuan, sebaiknya biar saya saja yang mengobati luka ini. Saya bisa sendiri kok, Tuan."
"Sudahlah menurut saja, lagipula saya tidak mungkin macam-macam denganmu. Saya hanya ingin mengobati lukamu saja, Alexa!" Jack mengatakan semua itu dengan tegas, hingga terdengar sedikit memaksa.
Alexa pun semakin dibuat kebingungan harus menanggapi perhatian Jack dengan cara apa, tapi karena ia sangat menghormati pria itu sebagai atasannya, Alexa pun membiarkan Jack mengobati lukanya. Namun, belum selesai Jack melakukan semua itu, tiba-tiba pintu ruangan kembali terbuka dan sosok Nick muncul di sana dengan membawa sebuket bunga mawar merah.
Pandangan Nick langsung tertuju ke arah Alexa yang membuat kedua matanya terasa panas untuk terus memandangnya. Belum lagi kondisi ruangan yang terjadi membuat pikiran pria itu semakin dipenuhi rasa penasaran. Namun, Nick enggan menanyakan hal itu dan ia lebih memilih untuk pergi meninggalkan ruangan dengan langkah panjangnya.
"Maafkan saya, jika saya mengganggu!"
"Hubby, tolong dengarkan penjelasanku dulu!" Alexa langsung bangkit dari posisi duduknya untuk menyusul langkah Nick yang begitu cepat pergi menjauhi ruangannya.
Sementara itu Jack hanya termangu dan berusaha mencerna apa yang baru saja dilihatnya. Terlebih dengan perkataan Alexa yang memanggil rekan kerjanya itu dengan sebutan hubby.
"Jadi Alexa telah memiliki hubungan khusus dengan Tuan Nick, tapi sejak kapan? Bukankah mereka baru saja bertemu saat meeting pertama itu," gumam Jack sambil menghela napasnya dengan kasar.
Saat ini pria itu sudah sangat pasrah karena ia merasa tidak akan mungkin menang jika harus bersaing dengan seorang Nick Carter.
Bersambung✍️