3. Rusaknya Perkebunan Gandum

1028 Words
Baru saja satu langkah Gherardo mendekati tabib istana, ia mengurungkan niatnya karena kedua matanya merasakan panas. "MENJAUHLAH DARIKU!" sang tabib melemparkan bawang bombay pada Vampir yang ingin menyerangnya lagi. "AHH! INI SANGAT PERIH," Gherardo berteriak menutupi kedua matanya. Air mata mengalir dan menangis, Gherardo mengalami kesulitan untuk melihat beberapa saat. Ia sudah mengetahui bahwa kelemahan Vampir adalah sejenis bawang yang sering di gunakan para musuh mengelabui penglihatan mata. "Rasakan ini. Kau sudah berani menyerangku!" tidak ada hentinya tabib itu melempari bawang bombay pada Gherardo. Selain sebagai seorang tabib, ia juga bekerja menjadi juru masak di istana Dream Island. Maka dari itu, bahan-bahan dapur yang penting seperti bawang dan rempah-rempah ia bawa di dalam tas untuk persediaan nanti jika sudah habis. Kesempatan itu di gunakan sang tabib untuk segera kabur. Berlari sekencang-kencangnya menghindari Vampir yang haus darah. Setelah sedikit jauh dari makhluk Vampir, tabib istana segera pulang menuju rumahnya yang tidak jauh dari tempat dimana ia hampir menjadi mangsa makhluk urban itu. Gherardo berteriak meluapkan amarahnya. "Sial. Dia lolos sekarang. Tapi, kenapa gigitanku tidak bereaksi? Bahkan dia masih bisa berlari," ucap Gherardo merasa heran. Sebelumnya saat ia sudah menghisap darah para korbannya, besar kemungkinan sudah sekarat dan tidak mungkin hidup kembali. Rodger yang melihat kegagalan Gherardo tersenyum senang. "Kau memangsa satu manusia saja tidak becus. Bagaimana nantinya akan mengambil darah suci di istana itu? Kau pasti gagal, Gherardo," kata Rodger meremehkan kemampuan Gherardo yang menurutnya kurang bergerak lebih cepat. Sebelum Gherardo menyadari keberadaannya, Rodger segera pergi dengan menghilang di balik jubah Vampir-nya. *** Sesuai perintah dari Putri Akira, Sherard akan mengambil gandum yang sudah siap di panen. Namun saat sampai di perkebunan gandum, betapa terkejutnya ia melihat seluruh tanaman menjadi rusak bahkan tidak ada sedikitpun tersisa satu gandum saja. Sherard segera berlari melaporkan hal ini kepada Putri Akira. Putri Akira sedang membersihkan keris naga putihnya dengan air suci. "Warisan dari ayah. Aku akan selalu menjaganya. Tidak mungkin aku biarkan keris ini jatuh keris ke tangan yang jahat," senyuman di bibir Akira terlihat bahagia. "PUTRI AKIRA! INI GAWAT!" suara Sherard yang lantang itu membuat Putri Akira menoleh melihat Sherard berlari menghampirinya. "Ada apa Sherard? Tenangkan dirimu," ucap Akira. Masalah apalagi ini? Ia berharap tidak parah seperti wabah aneh yang datang tiba-tiba. "Perkebunan gandum kita rusak. Bagaimana bisa menyediakan makanan untuk perang nanti?" Sherard mengatur nafasnya, berlari dengan istana yang begitu luas membuatnya kelelahan. Akira terkejut. Rusak? Siapa yang telah berani menyusup ke dalam istananya? Seluruh gerbang utama selalu di jaga ketat oleh para prajurit. "Aku ingin melihatnya sekarang," Akira kembali meletakkan keris naga putihnya di tepi kolam renang tanpa memikirkan resikonya jika keris itu hilang sewaktu-waktu. Sedangkan disisi lain, Gherardo hanya bisa melihat gerak-gerik Putri Akira dari bola sihir ajaibnya. Karena hari sudah mulai pagi dengan sinar terik matahari yang begitu panas, Gherardo tidak dapat berkeliaran bebas di luar. "Bagaimana dengan pertunjukkan sebelum perang?" Saat dini hari tiba, Gherardo merusak tanaman gandum milik Putri Akira sampai tidak tersisa sedikitpun. Ia berencana akan membuat persediaan makanan di istana Dream Island habis. Kemudian para penghuni istana pasti akan kelaparan dan jatuh sakit. Dengan ini Gherardo mudah untuk mengalahkannya. "Selain tidak ada obat penawarnya, kalian harus mati kelaparan," ucap Gherardo menatap lahan gandum yang luas itu puas. "Darah suci itu, aku pasti akan mendapatkannya," Gherardo menyemangati dirinya sendiri. Meskipun hanya ia yang berhak meminum darah itu dan sedangkan yang lain hanya membantunya untuk mengalahkannya saat perang di mulai. Tidak ingin berlama-lama di perkebunan sendirian, Gherardo akhirnya pergi sebelum para prajurit melihat keberadaannya yang cukup aneh sebagai makhluk Vampir menyeramkan. *** Putri Akira duduk di kursi singgasana dengan tatapan kosongnya. Gandum yang selama ini ia rawat bahkan di siram setiap harinya menjadi sia-sia dan rusak begitu saja. Sherard tidak tega melihat raut wajah Putri Akira yang sedih, tidak ada lagi senyuman di bibir sahabat masa kecilnya itu. "Putri? Para dayang sudah menyiapkan sarapan makan malam. Apakah Putri Akira tidak lapar?" Sherard bertanya sedikit hati-hati, ia takut menyinggung hati Putri Akira yang kecewa hebat dengan rusaknya perkebunan gandum. Akira tersadar dari lamunannya. "Ah Sherard. Makan saja, aku tidak lapar," jawabnya tidak bersemangat. Ia masih memikirkan bagaimana nasib rakyatnya nanti saat para bangsa Vampir mulai menyerang. Apakah akan bertahan hidup atau mati karena menjadi korbannya? Sherard menggeleng. "Tidak. Putri Akira sebaiknya makan, sejak siang hari Putri tidak memakan apapun." Akira menoleh menatap wajah Sherard. "Rasanya aku ingin menyerah saja. Sebelum para Vampir menyerang, bernagai masalah sudah datang terlebih dahulu. Bagaimana bisa kita menghadapi mereka?" Akira menyuarakan isi hatinya pada Sherard. Hanya prajuritnya yang paling setia selalu ada menjadi tempat berkeluh kesah ketika ia sedang menghadapi berbagai masalah. "Putri Akira jangan menyerah. Aku disini selalu ada dan siap menjaga. Jika memang taruhannya nyawa, hamba siap berkorban demi Putri," Sherard menundukkan kepalanya, dengan gerakan sedikit membungkuk sebagai rasa hormat kepada Putri Akira. Karena Sherard selama ini patuh. Akira berdiri dari singgasana. Ia menghampiri Sherard. "Jangan berkorban berlebihan Sherard. Kau tau? Aku tidak mempunyai siapa-siapa lagi selain dirimu seorang. Ayah dan ibuku meninggal karena gugur dalam perang saat Vampir memangsa semua orang," ucap Akira tidak rela, menurutnya hanya Sherard yang selalu membantunya. Prajurit utama sekaligus pemimpin saat perang terjadi. Sherard merasa bersalah. "Aku tidak akan meninggalkan Putri Akira sendirian. Karena itu sudah janjiku sejak saat kita masih kecil." "Sherard, aku tadi melupakan keris naga putih. Sekarang kau tau dimana?" Akira mulai bertanya gelisah, ia telah melupakan benda pusaka yang begitu keramat di tempat sembarangan. "Keris naga putih?" tanya Sherard masih tidak mengerti. Biasanya benda-benda pusaka yang menyimpan kekuatan super di amankan pada tempat tersembunyi, ia saja yang menjadi orang yang paling kepercayaan Putri Akira tidak mengetahui seluruh ruangan rahasia istana Dream Island. "Ayo Sherard," Akira menarik tangan Sherard mencari keberadaan pusaka keris naga putih. "Semoga saja keris itu masih ada. Jangan sampai jatuh ke tangan yang salah dan jahat," gumam Akira gelisah dan khawatir. Ia tidak bisa tenang, menyalahkan dirinya sendiri yang kurang waspada dengan benda-benda pusaka dari keturunan para leluhur istana. Sherard yang mendengar itu hanya diam. Sepertinya sangat penting keris itu bagi Putri Akira terlihat bagaimana paniknya mencari keris naga putih dari segala sudut ruangan dan benda-benda hias sebagai pajangan. Dari guci, vas bunga sampai dibalik foto lukisan istana kuno Dream Island 1 abad yang lalu. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD