8. Serigala Di Dalam Gua

1032 Words
Dua prajurit mencegah Raja Arta dan Ricko. "Kalian ini siapa? Dan ada keperluan apa datang kesini?" salah satu prajurit bertanya dengan ketusnya, tatapan tidak suka seolah Raja Arta dan Ricko itu bagian dari musuh istana Dream Island. "Aku adalah Raja Arta dari istana Gianyue yang akan menemui Putri Akira. Sebelum itu, kami sudah membuat janji," jawab Raja Arta agar para prajurit istana tidak mengiranya sebagai musuh atau penyusup yang datang. Kemudian pintu gerbang pun di buka. Raja Arta dan Ricko di persilahkan masuk. "Sepi sekali ya?" pandangan Raja Arta menatap di sekeliling, tidak ada prajurit yang terlalu banyak berkeliaran. Ricko mengangguk. "Mungkin Putri Akira menyuruh sebagian prajuritnya beristirahat." Setiap langkahnya Ricko mengobrol bersama Raja Arta, baik itu tentang perkembangan istana Dream Island juga mengenai Putri Akira. "Aku dengar prajurit yang bernama Sherard itu sedang dekat ya?" tanya Raja Arta penasaran, tapi kesannya tidak suka dan menyembunyikan rasa cemburu. Ricko ragu untuk menjawabnya, ia hanya tidak ingin perasaan Raja Arta kecewa. "Raja Arta?" suara Putri Akira itu menyelamatkan Ricko dari rasa penasaran Raja Arta tentang Sherard, syukurlah ia bisa tenang. Akira menghampiri Raja Arta dengan wajah cerianya, ia masih tak percaya Raja Arta datang. Tanpa sadar karena terlalu rindu, Akira memeluk Raja Arta. "Aku khawatir Raja sedang ada masalah disana. Bahkan Sherard tadi akan mengutus prajurit lain untuk ke istana Gianyue." Sherard yang melihat itu hanya memasang wajah masamnya. Perasaanya ketika Putri Akira memeluk Raja Arta sedikit aneh, seperti tidak menyukainya. "Putri Akira, aku sudah memberitahu para prajurit untuk tidak pergi ke istana Gianyue," Sherard sedikit melantangkan suaranya, ia seperti memendam sebuah keamarahan. Akira melepaskan pelukannya. "Terima kasih Sherard. Sekarang Raja Arta datang kesini sendiri." "Putri, mengapa perkebunan gandumnya rusak?" Raja Arta ingin tau. Ia menyadari tatapan sengit dari Sherard. Akira bingung harus menjelaskannya bagaimana. "Aku tidak tau. Padahal hanya itu satu-satunya persediaan makanan untuk para rakyatku sebelum bangsa Vampir menyerang." "BANGSA VAMPIR?" Raja Arta terkejut, bertahun-tahun makhluk mitologi urban yang paling di takuti itu muncul kembali. Akira mengangguk. "Pesan dari burung hantu, wabah yang menyerang rakyatku dan rusaknya perkebunan gandumku. Masalah kecil dan besar sudah datang, mungkin ini salah satu pertanda bangsa Vampir semakin dekat." "Putri Akira jangan khawatir, aku pasti akan membantu. Putri tidaklah sendirian," ucap Raja Arta begitu meyakinkan Putri Akira, pasti jumlahnya banyak dan prajurit di istana juga tidak mungkin sanggup melawan jumlah para Vampir. "Tidak hanya itu, tabib istana juga meninggal dengan tragis. Terdapat bekas luka gigitan di pembuluh nadi lehernya," sahut Sherard menambahi. "Ayo masuk, jangan terlalu lama di luar. Kondisinya sekarang tidak mendukung, takut ada p*********n tiba-tiba." *** "Kedatanganku kesini adalah ingin memberikan bibit umbi jalar dan singkong. Ricko! Ambil sekarang!" Raja Arta beralih menatap Ricko. "Tidak Raja, terima kasih banyak sudah membantu kami," Akira merasa tidak enak, tapi di sisi lain ia merasa senang mendapatkan makanan. Bibit ini akan ia tanam secepatnya agar saat bangsa Vampir sudah tiba, persediaan makanan pokok untuk para rakyatnya tersedia. "Dimana Ratu? Maksudku permaisuri," Sherard mengalihkan pembicaraan, ia tidak nyaman dengan tatapan Raja Arya yang selalu fokus memandangi Putri Akira. Ia merasa cemburu. Raja Arta sangat menghindari peetanyaan ini. "Aku masih belum menemukan tambatan hati yang cocok. Lebih suka sendiri, pemerintahan istana lebih penting daripada cinta," akhirnya Raja Arta menjawab begini, namun lain di hatinya menginginkan Putri Akira menjadi Ratu-nya. Sherard bernafas lega, syukurlah jika Raja Arta tidak menyukai Putri Akira. Iti artinya ia tidak akan merasa tersaingi. "Yang mulia! Ini beberapa bibit yang sudah di bawa dari istana," Ricko membawa sebuah karung beras, meskipun berat ia sudah biasa mengangkat barang-barang seperti ini. "Letakkan disitu saja," kata Akira. "Putri, sebaiknya kita bermeditasi dulu dan meminta doa kepada sang Dewa agar mampu menghadapi bangsa Vampir," Raja Arta mengucapkan ini karena ia ingin Putri Akira kuat, tidak adanya kekuatan kemungkinan istana Dream Island akan kalah. Akira masih tidak mengerti. "Maksudmu bermeditasi dimana? Jangan teelalu jauh, istana ini juga butuh penjagaan yang ketat," ia tidak setuju, sekalipun hanya Sherard yang berjaga namun bisa saja Vampir-vampir itu menyusup di istana. Raja Arta tersenyum. "Tidak begitu jauh Putri, beberapa kilometer saja darisini. Kita bermeditasi 2 jam sudah cukup." "Apa hanya Putri Akira saja?" Sherard ikut masuk obrolan, berarti ia akan jauh dari Putri Akira. Tidak, Raja Arta belum tentu bisa dapat di percaya. Ia enggan Putri Akira terluka. "Tentu," Raja Arta mengangguk. "Kau menjaga istana bersama Ricko. Biarkan aku dan Putri Akira bermeditasi di sebuah gua." Tapi Sherard tidak suka. "Apa hanya bermeditasi?" ia sekedar memastikan bahwa Raja Arta tidak bertindak lebih pada Putri Akira. "Sherard, kau jangan mengkhawatirkan aku," Akira berkata demikian, ia mengerti Sherard takut dirinya terluka. "Jangan terlalu lama. Istana ini juga selalu membutuhkanmu Putri," tak ada pilihan lain kecuali merelakan Putri Akira pergi bersama Raja Arta. "Sherard, Ricko. Jagalah istana ini baik-baik, jangan biarkan ada orang asing yang berusaha memasuki istana," pesan Raja Arta pada Sherard dan Ricko. Kemudian Putri Akira beserta Raja Arta pergi meninggalkan istana Dream Island. Keduanya menaiki kereta kencana bersama prajurit yang akan menjaga di gua nanti. *** Sampailah mereka di gua dekat tebing jurang, hutan lebat menutupi sinar cahaya matahari. Kesan menyeramkan selalu ada, burung-burung gagak saling bersahutan. Akira merasa tidak yakin. "Apa ini tempatnya Raja Arta?" ia turun dari kereta kencana, mengangkat gaunnya yang mengembang itu. "Benar Putri. Ini adalah tempatnya, mari kita masuk," Raja Arta memimpin jalannya, ia akan siaga jika sewaktu-waktu ada binatang buas yang akan menyerang Putri Akira. Dirinya ingin melindungi Putri Akira. Auman suara serigala dari dalam gua itu menghentikan langkah Raja Arta dan Putri Akira. "Sebaiknya tidak perlu bermeditasi Raja Arta, di gua itu ada para serigala. Kita pasti akan menjadi mangsanya," Akira pun berpendapat, binatang liar seperti serigala pastinya sedang kelaparan mencari makanan. "Putri jangan menyerah, kita di wajibkan bermeditasi untuk meminta kekuatan dari sang Dewa," Raja Arta begitu meyakinkan Putri Akira, kalah karena jumlah Vampir bukan berarti menyerah di tengah jalan sebelum berperang. Akira pun memberanikan dirinya melangkah lebih dekat memasuki gua gelap itu. "Raja Arta, jika nanti serigalanya menyerangku tolong jangan lukai mereka," sisi tidak tega dan kasihan Akira itu membuat Raja Arta heran. "Mengapa Putri? Mereka itu akan memangsa kita. Sudah semestinya kita memakai senjata untuk menghabisi seriga-serigalanya," tidak setuju dan menolak permintaan Putri Akira, ia tidak akan membiarkan para serigala memakannya bersama Putri Akira. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD