Chapter 4

1658 Words
Selama setengah jam kami serius nonton film dengan tak banyak bicara, kecuali Firda dan Nania yang sesekali terdengar saling bergumam. Namun jangan ditanya bagaimana jantungku saat itu. Duduk berdampingan dengan cewek yang sedang ditaksir dalam suasana gelap-gelap yang aku rasa super romantis, ternyata membuat tubuhku panas dingin tak karuan. Perasaan gelisah dan salah tingkah dengan sendirinya datang mendera. Bahkan pikiran mesyumku mulai sedikit melayang-layang tak terkendali. Ah! Mengapa aku jadi begini? "Masih ada gak kcangnya, Fir?" tanyaku pada Firda dengan sedikit berbisik. "Oh iya, masih ada. Nih dikit lagi tapinya, hehehe," balas Firda sambil nyengir dan menyerahkan bungkusan kcang itu padaku. Gila! Dalam terpaan cahaya layar, wajah Firda tampak semakin cantik dan menggemaskan. Aroma tubuh dan rambutnya pun tiba-tiba membuat diriku sedikit berghairah. Aku mengambil segenggam kcang yang disodorkan Firda, dan memasukkannya ke dalam mulutku ketika adegan film yang menegangkan dimulai. Tokoh utama di film itu sedang dikejar-kejar oleh pembunuh kejam, dan dia harus bersembunyi demi keselamatan nyawanya. Aku kembali menyodorkan bungkus kcang ke arah Firda tanpa mengalihkan pandangan dari layar film. Firda yang sedang fokus pada layar film tidak menyadari jika aku menyodorkan kembali bungkusan kcangnya. Cukup lama dia tidak menerima bungkus yang aku sodorkan. Mungkin juga dia tidak sadar karena keadaan cukup gelap. Setelah agak lama, aku pun majukan sedikit lagi tanganku dengan maksud agar lebih dekat dengan wajah Firda. Deg! Jantungku seketika berdetak kecang karena tanpa sengaja, punggung tanganku menyentuh sesuatu yang sangat empuk dan agak kenyal dari tubuh Firda. Karen aku juga sedang fokus pada adegan yang menegangkan, maka aku pun tidak langsung menarik tanganku yang menyentuh sesuatu yang empuk itu. Alih-alih menariknya, naluriku malah mengajarkan untuk sedikit menekan-nekan benda empuk itu dengan tangan yang sedang memegang bungkus kcang. Beberapa saat kemudian, aku sadar lalu menoleh menatap wajah Firda. Dan pada saat itu juga aku baru tahu kalau tanganku sedang menyentuh buah kembar Firda yang mungil dan terbungkus kaosnya. Napasku tertahan dan rasa takut sekaligus malu menyergap memenuhi kepalaku. Di antara gelapnya bioskop, aku melihat ekspresi wajah Firda. Dia ternyata juga sedang menatapku dengan tatapan yang aneh. seketika itu suasana jadi terasa canggung, tegang dan tampaknya Firda tidak senang dengan apa yang sedang terjadi. Dia menahan napasnya cukup dalam lalu pelan-pelan menyemburkannya. Oh No! Aku tak mau dimarahi atau dipermalukan Firda! Dan saat itu jug aku refleks menarik tanganku secara terburu-buru dan akibatnya bungkusan kcang itu jatuh ke lantai dan menumpahkan sebagian isinya. Beberapa butir kcang atom berserakan di kolong kursi. "Aduh! Maaf. Maaf Fir gak sengaja!" pintaku dengan berbisik dan jantung berdebar. Aku bahkan sudah merasakan tangan Firda menampar pipiku. Aku benar-benar panik dan tak tahu sebenarnya aku minta maaf untuk untuk kesalahan yang mana. Menjatuhkan bungkusan kcang atom hingga menumpkahan sebagian isinya atau atas ketidak sengajaan tanganku yang menyentuh bagian sensitif tubuhnya. "Gak papa, Pras. Santai aja kali, cuma dikit kok," jawab Firda dengan kalimat yang aku rasa agak sinis. Aku merasa dia mengucapkan kalimat itu dengan senyum yang sangat dipaksakan dan mencibir. Aku pun hanya berharap mudah-mudahan dia tidak marah. Dari sejak insiden yang sangat mengejutkan itu hingga film berakhir, aku sama sekali tidak bisa berkonsentrasi lagi. Pikiran selalu tertuju pada benda empuk yang baru saja tersentuh tanpa sengaja. Dan adik kecilku yang tak pernah aku kasih sarang berbentuk segi tiga itu tiba-tiba mulai sedikit gila. Dia menggeliat dan pelan-pelan berdiri tanpa kompromi. Celaka! Sejujurnya, ini pertama kalinya aku menyentuh buah kembar nan kenyal milik perempuan dalam keadaan sefrontal itu. Ya, aku memang cowok yang agak kuper, jadi harap maklumi saja jika peristiwa barusan benar-benar telah mengaduk-aduk emosi jiwaku. Selama ini aku hanya kreatif dalam urusan berkhayal, menonton film dewasa atau membaca cerita-cerita Ndra Irwan yang rata-rata bergenre dewasa. Walau tidak terlalu vulgar karena memang ada alur yang menyertaianya, namun tetap saja mampu membuat imajinasiku melambung jauh ke awang-awang saat membacanya. Saat ini isi kepalaku langsung membayangkan, bagaimana rasanya seandainya bisa meremas dua gungung kembar itu secara nyata dan disengaja. Tapi di sisi lain, aku juga takut Firda marah karena mengira aku sengaja melakukannya. Ah mengapa aku jadi begini. Jangan-jangan sudah mulai ketagihan! Setelah selesai nonton, aku masih tak banyak bicara. Apalagi kalau harus sengaja mengajak bicara Firda. Aku benar-benar merasa canggung, talut  dan malu. Aku pun bisa melihat dan merasakan sikap Firda yang mulai berubah. Dia seperti menghindar, tatapan matanya tidak bersahat  dan sepertinya masih menahan amarahnya. Kami pulang dengan menumpang mobil Galang. Aku duduk di depan di samping Galang, sementara Firda, Nania, dan Alvin di bangku belakang. Sesampainya di rumah aku langsung terlentang di atas kasur dan segera mengirim cahat ke nomor Firda. Aku tidak berani meminta maaf lagi secara langsung. Aku juga tidak mau hubungan persahabatan antara kami menjadi renggang hanya karena gara-gara insiden yang benar-benar tidak disengaja. [Fir, sori ya untuk yang tadi. Sumpah, gua gak sengaja] Pesan yang aku kirim pada Firda dan tak lama kemudian, Firda membalasnya. [Iya, gue tahu kok. Cuma tadi gue speechless aja, kaget, sumpah geli-geli gimana gitu, Pras!] Entah kalimat mana yang tiba-tiba membuat jantungku kembali berdebar dan si jagur mulai menggeliat kembali. Ah gila! Masa hanya dengan membaca chat ghairhaku tiba-tiba meningkat. Normalkah diriku ini? Berulang ulang aku membaca jawaban dari Firda, teruma kalimat terkahirnya. Dan entah mengapa semakin sering aku membacanya semakin panas suhu tubuh aku rasakan. Si jagur semakin gila memberontak yang sepertinya minta untuk dibebaskan dari sarangnya. Karena di rumah hanya sendirian dan memang hampir setiap malam tak pernah ada yang menemani,  maka tanpa ragu dan malu, aku segera melucuti seluruh pakaian yang melekat di tubuhku. Setelah itu tangan kananku memberikan service yang diinginkan si jagur sambil memandangi foto profil Firda. Wajahnya, senyumnya, tubuhnya dan rambutnya begitu terasa mengghairahkan. Oooh... seandainya saja aku bisa mengulang kejadian tadi waktu di bioskop, pasti malam ini aku akan tidur dengan sejuta senyum kebahagiaan. "Oh, Firda aaaah,  I love youuuuu," lenguhku bersamaan dengan meluncurnya dengan sangat kencang cairan kenikmatan dari ujung kepala si jagur. Lenguhan dan erangang yang sedikit tidak disadari namun telah memberikan sensasi tersendiri. Ritual kali ini terasa lebih nikmat dari yang sebelumnya. Ini adalah salah satu problem berat yang sedang aku hadapi. Sudah beberapa bulan ini aku benar-benar tak bisa mengontrol libido dan ghairah diri. Entah mengapa aku menjadi sangat mudah terangsang dengan hal-hal yang berbau mesyum. Bahkan dengan insiden yang sangat ringan sekalipun. Mungkinkah karena aku lebih banyak menyendiri dan semakin rajin menonton film dewasa hingga otakku menjadi semakin liar dan mesyum. Bagi sebagain orang mungkin menganggap wajar karena pubertas remaja. Namun bagiku ini meruapakan masalah besar. Hasrat libidoku yang meledak-ledak dan terkadang melanda tanpa kenal tempat dan waktu sudah terasa sangat mengganggu. Si jagur biasanya tak pernah mau kompromi jika belum dituntaskan keinginanya. Celakanya jika ghairah itu datang ketika aku sedang berada di sekolah. Beribu kali aku mencoba mengalihkan perhatian dan menghentikan kebiasaan burukku menonton film-film dewasa, namun berubu kali juga ketagihan ini selalu menang mengalahkan tekadku untuk berubah. Hari Kamis adalah hari yang paling menyiksa buatku. Bagaimana tidak? Ibu-ibu kompleks yang biasa mengikuti senam di lapangan futsal yang tak jauh dari rumahku, dengan santainya wara-wiri di depan rumahku dengan pakaian yang sangat seksi. Kepala mereka memang tertutup, namun bagian-bagian tubuhnya yang lain justru terekspose akibat berpakaian olah raga yang sangat ketat. Jika sudah begitu, maka aku terpaksa harus kesiangan berangkat sekolah karena harus menuntaskan dulu hasrat si jagur yang tak mau kompromi. Terkadang tidak hanya itu, Bu Anhar salah seorang tetangga terdekatku kerap menjadi korban fantasi dan obsesi gilaku. Bu Anhar, wanita setengah baya yang memiliki suami dan tiga orang anak yang sudah besar itu sering menjadi sasaran kegilaanku saat diriku tak kuasa menahan libido yang meloncat-loncat di ubun-ubun. Letak kamar tidurku di bagian belakang dan di sisi samping kamarku ada area tempat Bu Anhar mencuci pakaian keluarganya. Sebenarnya tempat mencuci itu dibatasi dengan dindin tembok namun tingginya hanya kira-kira setengah meteran. Ketika gorden kamarku yang berkaca gelap dibuka, maka Bu Anhar yang sedang mencuci pakaian akan terlihat dengan jelas. Dan itu biasanya menjadi ajangku untuk menonton aktifitas harian Bu Anhar secara sembunyi-sembunyi dan gilanya terkadang aku menontonnya sambil melakukan ritual menservice si jagur. Tidak hanya sekali aku melakukan itu, nyaris tiap pagi aku mengintip Bu Anhar sambil meriual si jagur. Terutama ketika ayah tidak ada di rumah. Aku benar-benar telah terobsesi dan gila. Wajah Bu Angar yang terlihat masih cantik dalam usianya yang sudah menua, selalu sukses membuat jantungku dag-dig-dug tak karuan. Apalgi ketika dia mencuci hanya menganakan daster pendek yang ditariknya ke atas. Lama-lama aku mulai bosan dengan ritual mengintip sambil bermhasturbasi. Aku menginginkan sesuatu yang lebih. Maka ketika rumah Bu Anhar kosong aku masuk ke tempatnya mencuci lewat pintu belakang rumahku yang tembus ke samping. Di sana aku mengamati jendela kamarku dan aku pikir sangat aman. Sejak saat itu, aku tidak lagi mengintip di balik gorden yang tertutup tapi sengaja dibuka lebar-lebar. Dan gilanya lagi aku merasa mendapatkan kepuasan tersendiri ketika Bu Anhar sepertinya mencurigai atau menyadari jika aku sedang melakukan ritual di kamarku sambil memperhatikannya. Menyadari Bu Anhar sepertinya tidak terganggu, aku pun semakin meningkatkan keberanianku. Feelingku juga mengatakan jika sesungguhnya Bu Anhar pun sangat penasaran dan menikmati apa yang sering aku lakukan. Dan puncak keberanianku pun akhirnya datang. Aku melakukan ritual gila itu dengan lebih terbuka dan ketika puncaknya tiba aku sengaja mengarahkan si jagur ke luar jendela hingga cairan yang menyebar darinya nyaris mengani Bu Anhar yang sedang mencuci pakaian. Setelah itu, aku benar-benar ketakutan sekaligus terobsesi karena ternyata sikap Bu Anhar pun teramat biasa-biasa. Dia tidak marah atau terganggu, malahan terkesan semakin menikmatinya. Hal itu bisa aku rasakan ketika dia sedang mencuci namun aku sengaja tidak melakuakan ritual. Bu Anhar seperti yang gelisah dan matanya selalu menuri-curi pandang ke kamarku. Bahkan sesekali dia sengaja mengguyurkan air yang menimbulkan suara cukup keras. Sepertinya dia memang sudah sangat menikmati dan ketagihan mengintip ritual konyolku. Kini otak gilaku sudah menyusun sebuah rencana untuk bisa melakukan sesuatu yang lebih menantang dan gila. Aku ingin tahu bagaimana reaksi Bu Anhar jika aku melakukannya. Rencananya sudah sangat matang, tinggal eksuki dan menunggu waktu yang tepat. Dan aku sudah sangat penasaran dengan hasilnya. ^^^
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD