bc

Ketagihan

book_age18+
66.1K
FOLLOW
1.1M
READ
possessive
drama
bxg
small town
affair
cuckold
friends
like
intro-logo
Blurb

Tak pernah ada perceraian yang akan membawa kebaikan pada anak-anaknya. begitupun dengan perceraian Parmudya dengan Aisyah, orang tua dari Pras. Karena perceraian itulah timbul perasaan dendam dan sifat yang tak terkontrol.

Seteleh Pras lebih sering tinggal sendiri karena ayahnya yang berprofesi sebagai sopir bus antar provinsi itu sangat jarang berada di rumah. Petualangan imajinasinya mengenali dunia dewasa yang semestinya belum boleh dia masuki mulai menemukan warnanya hingga sedikit tergelincir dan menimbulkan ketagihan.

Bertahun-tahun Pras membenci ibunya karena berselingkuh dengan brondong yang akhirnya menikah. Pras tidak mau tinggal dengan mamanya, dia bahkan tidak pernah mengakui Patria adiknya dari hasil pernikahan mamanya dengan Ardi, sang brondong.

Seiring perjalanan waktu, lambat namun pasti, Pras mulai menemukan banyak kejanggalan dan menyadari segala kekeliruannya yang telah menyia-nyiakan mama dan adik-adiknya. Segala semakin terang benderang, jika Mamanya lah yang selama ini terabaikan oleh ayahnya. Dan segala kebohongan ayahnya pun akhirnya terbongkar.

.

Pras memeilih tinggal dengan ibunya kembali dan meninggalkan ayahnya yang sudah jelas-jelas pembohong berat hingga dia tega merebut kekasih Pras, anaknya sendiri. Pras bersumpah untuk melindungi mama dan kedua adiknya tanpa yahanya, sebagai ungkapan rasa penyesalannya telah menilai salah pada ibunya.

Namun rintangan dan halangan justru semakin besar setelah dia bersama mamanya. Pras bahkan hingga menaruh dendam kesumat pada ayahnya sendiri.

chap-preview
Free preview
Chapter 1
Judul : KETAGIHAN Penulis : Ndra Irawan ^^^ PROLOG Setelah beberapa lama aku sama sekali tidak bergerak, tetap berdiri mematung seraya menatap mobil di depanku, tiba-tiba dari dalam mobil keluar sesosok wanita yang teramat mengejutkan. Dari postur tubuh dan pakaian yang dikenakannya, otak dan hatiku langsung berseru 'Ini Bukan Tante Melia!' Lalu siapa? Apakah Alvin sengaja mengerjaiku? Wanita yang baru saja keluar dari mobilnya itu, berdiri beberapa saat seraya memandangku yang makin melongo tak bisa berkedip. Dia tersenyum manis. Senyum yang sepertinya pernah akrab denganku. Balutan gamis warna hijau tua yang dipadu dengan kerudung besar warna senada dan menutupi tubuh bagian atasnya semakin memperjelas bahwa dia benar-benar bukan Tante Melia. Agama yang dianut keluarga Galang tidak mewajibkan perempuan berbusana demikian. Wanita muslimah itu kemudian berjalan anggun mendatangiku yang masih belum bisa menguasai diri dan tak mengerti dengan apa yang sesungguhnya terjadi. Sangat mustahil Tante Melia berubah wujud menjadi seorang muslimah yang lebih muda, lebih cantik dan lebih segar dalam waktu yang sangat singkat. Bahkan jika disulap oleh tukang sulap nomor satu dunia sekalipun. Muslimah yang sama sekali tidak aku kenali itu tersenyum manis seraya menyodorkan tangan kanannya mengajakku bersalaman ketika dia sudah berdiri berhadapan denganku pada jarak yang sangat dekat. "Assalamualaiku, my Jagur!" Wanita itu mengucapkan salam dan... Oh my God! Sebelum bibirku mampu menjawab salamnya, tiba-tiba otakku traveling menangkap satu-satunya di dunia sosok wanita yang memanggilku dengan sebutan 'Jagur', 'Agur' atau 'Gur.' Namun sejak kapan dia menjadi muslimah kaffah yang sangat syar'i dalam berpakaian? "Waalikumsalam, De..del," balasku ragu-ragu, namun otakku benar-benar yakin jika wanita di depanku ini Adelia dalam wujud yang sangat berbeda. "Alhamdulillah, my Jagur masih mengenalku," ucapnya lagi seraya menggenggam tangan kananku. "Kalau lu gak manggil gua Jagur, gua juga gak bakal kenal kali!" balasku sedikit ketus. "Hmmm, masih marah ya, Gur?" tanyanya dengan lembut dibarengi senyum yang sangat manis. Senyum yang pernah membuatku hampir jatuh cinta dan geer gak ketulungan. "Gur, kamu serius masih marah?" tanyanya lagi ketika aku memalingkan wajah menghindari tatapan dan senyumannya. "Lu pikir aja sendiri, deh!" balasku makin ketus seraya menarik tanganku dari genggamannya. "Aku ngerti Gur, tapi bolehkan aku masuk, untuk menjelaskan semuanya?" Adel menatapku hangat. Tanpa menjawab permintaanya, aku menggeser tubuhku. Lebih tepatnya mundur beberapa langkah untuk memberikan jalan masuk pada tamu yang sama sekali tidak pernah aku undang. Bahkan mungkin tidak akan pernah aku undang lagi karena sudah lama namanya tercoret dalam daftar manusia yang pernah aku kenal. Setelah berada di dalam rumah, Adel langung menutup pintu tanpa mempedulikannya yang masih sedikit canggung, gerah, risih dan bingung. Gila! Hari ini terlalu banyak kejutan yang membuat jantung dan otakku berolah raga untuk mengerti dan memahami apa yang sesungguhnya terjadi. "Gur, gimana kabarnya ayah, mama, Prili dan si kecil?" Adel membuka kembali obrolan setelah terjeda beberapa saat. Kami masih tetap berdiri berhadap-hadapan dengan jarak tak kurang dari dua meteran. "Apa perlunya lu nanyain mereka?" tanyaku dengan nada yang mulai sedikit naik oktafnya. Entah mengapa emosi ini tak bisa surut kembali. Padahal biasanya amarahku akan sangat mudah luluh hanya dengan tatapan dan senyuman seorang wanita. Bahkan wanita yang baru aku kenal sekalipun. "Aku kesini karena kangen sama mama, Prili dan si kecil." Adel menatap teduh mataku. "Sana lu ke Pelabuhan Ratu, mereka lagi ada di sana!" balasku sedikit bringas. "Hah, emang sudah pindah ke sana?" tanya Adel dengan wajah yang seketika berubah kaget. "Au ah gelap! Eh sorry ya Del, lu sebenarnya mau ngapain datang ke sini?" tanyaku makin tajam. "Aku mau silaturahmi, Gur. Aku kira karena sedang liburan mungkin mama sama ade-ademu ada di sini." Adel menyilangkan kedua tangannya di daadanya. Menonjolkan dua gunung kembar di daadanya yang tadi tersamarkan oleh pakaiannya. "Silaturhami? Enak aja lu! Setelah lu bakar motor gua. Setelah gua terkapar di rumah sakit dan setelah lu jeblosin si Kenz ke penjara, terus lu hilang entah kemana. Sekarang lu tiba-tiba datang kaya jailangkung dan mengatakan 'pengen silaturahmi.' Otak lu masih ada gak sih, Del?" serangku sengit. "Gur, aku bisa jelasin semuanya!" Adel sedikit menaikan nada suaranya, terpancing. "Gak perlu! Kini lu udah liat kan gua masih hidup? Semua keluarga gua juga sehat dan baik-baik saja, maka sekarang silakan keluar dari rumah gua dan gak perlu lagi kenal gua atau keluarga gua, paham lu!" bentakku. "Jagur!" "Apa lu manggil gua gar gur, gar gur enak saja! Nama gua Prasetya Putra Pramudya. Bukan Jagur atau bajugur atau apapun itu. Ingat nama gua Pras!" seruku dengan suara yang masih tetap ditahan. "Oh God!" Adel tiba-tiba tersenyum seraya menundukkan kepala. "Kenapa lu senyum? Mau ngehina nama gua? nama orang kismin ya emang begitu, maklum saja gua kan bukan anak pengusaha sukses kaya lu!" ucapku yang masih dalam mode nyolot. "Ini yang bikin gue kangen sama lu, Pras. Gue gak bakal keluar dari rumah ini, sebelum puas memeluk lu, hehehehe." Adel membentangkan kedua tangannya. "Dasar cewek msum lu! Gak malu apa sama pakaian lu sekarang!" sergahku. "Hahaha, gue suka banget kalau lu udah marah kaya gini, Pras!" "Lu memang cewek aneh." "Oke, oke. Tahan emosinya, gue kesini cuma mau bilang bahwa gue sampai kapan pun akan tetap menyayangi lu sebagai adik gua yang paling ganteng dan paling msum, hehehehe." "Modus lu!" "Dan gue juga mau bilang motor lu yang terbakar itu..." "Dibakar bukan terbakar!" potongku "Iya, iya! Gue ulangi ya, saat motor lu dibakar oleh Kenz, sebenarnya gue langsung ngehubungi ayah lu. Gue ajak beliau ke dealer buat beli motor ngeganti motor lu itu." Adel bicara sambil melangkah pelan mendekatiku. "Sombong lu mentang-mentang orang kaya!" sergahku tak mau kalah. "Oh honey, dengar dulu, Sayang. Duuuh jadi makin gemes banget gue sama lu, Jagur!" "Pras!" "Iya Pras. Nah sampai di dealer, ayah Pras itu berubah pikiran. Dia bilang gak usah diganti sekarang, karena Pras gak bakal diijinin pakai motor lagi. Gue sebenarnya gak enak dikira gak tanggung jawab." "Emang lu gak tanggung jawab!" "Hehehe, setelah berdiskusi cukup panjang, akhirnya gue putuskan mentransfer uang ke rekening ayah lu, sesuai harga motor yang persis dengan motor lu yang dibakar itu Pras." "Eh! bohong lu!" mataku sedikit terbelalak. "Saat lu terbaring di rumah sakit, gue tadinya mau ngasih tahu and nyusul mama lu ke Sukabumi, tapi ayah lu melarangnya." "Eh! Masa sih?" Mataku makin terbelalak. "Dan satu lagi. Yang ngejeblosin Kenz ke penjara itu, bukan gue, tapi Om Pram!" Adel tersenyum seraya menganggukkan kepalanya. "Eh, serius lu?" tanyaku dengan ekspresi wajah yang pasti terlihat lucu dan menggemaskan. "Very serius. Makanya dengerin dulu kalau orang tua lagi ngomong, hehehe." Aku hanya bisa mendengarkan karena kini tak bisa bicara saking kagetnya mendengar tiga pernyataan Adel tadi. Pernyataan yang selama lebih dari setahun menjadi tanda tanya besarku dan aku rahasiakan dari siapapun bahkan Galang, Alvin, Firda maupun Nania, sama sekali tak pernah tahu apa waktu itu terjadi denganku. Mereka juga sama sekali tak mengenal Adelia. "My Jagur..." Tiba-tiba Adel memanggilku lembut. "Sekarang aku mau jadi kekasihmu, masih boleh?" ucapnya dengan sangat mesra. Aku menjawab dengan menggelengkan kepalaku dan tersenyum kecut. "Why?" tanyanya. "Kapok, capek di PHP-in kamu." "Kalau sekarang diizinin mau gak?" "Ciyuuus?" tanyaku dengan wajah mendaadak sumringah dan semangatku menyala-nyala mendengar tawaran yang sebenarnya sudah sejak setahun lalu aku inginkan. "Tapi syaratnya kamu harus jadi pacar aku dulu, mau gak?" "Ogah!" ucapku sambil melepaskan pelukannya lalu mundur lagi beberapa langkah. "Kenapa, Gur?" tanya Adel sambil berusaha meraih kembali tanganku "Hidup lu penuh drama, Del. Gua kapok terlibat dengan segala sandiwara lu. Udah deh gua mending sama tante-tante, dah ketahuan enaknya," sergahku sambil menepiskan tangannya. "What? lu dah jadi brondongnya tante-tante?" Adel berdiri tegak seraya memandangku heran. "Iya! Emang kenapa? Dari pada sama lu selalu dimodusin!" "Prasetya! Serius lu!" "Urusannya sama lu apa? kita bukan siapa-siapa? lu gak lebih dari seorang cewek yang hampir saja ngancurin hidup gua dengan segala modus dan PHP lu. Iya kan? Gua sekarang bebas. Mau jadi apa terserah gua.!" Plak! Tiba-tiba sebuah tamparan yang tidak terlalu keras mengenai pipiku. Oke, kita mulai saja ceritanya pada masa, beberapa minggu yang lalu ^^^

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Papah Mertua

read
533.6K
bc

Brother In Law

read
514.5K
bc

I LOVE YOU HOT DADDY

read
1.1M
bc

Hubungan Terlarang

read
507.7K
bc

Bercumbu dengan Bayangan

read
22.0K
bc

Saklawase (Selamanya)

read
68.1K
bc

Surgeon Story

read
265.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook