13. Godaan

1044 Words
"Ayo kita menikah!" Gea menggelengkan kepalanya, dia mendorong Rendra agar menjauh darinya. "Sudahlah Mas, aku ingin kembali ke kosan sekarang." "Mas antar, sekalian kita sarapan." Gea ingin menolak, namun cengkeraman tangan pria itu pada pergelangan tangannya semakin mengerat. Dari situ Gea tahu bahwa usahanya akan sia-sia dibandingkan dengan sikap keras kepala Rendra yang tidak akan berhenti sebelum keinginannya terpenuhi. Sepanjang perjalanan menuju ke arah kosannya, Gea hanya diam saja. Tidak ada di antara mereka yang berinisiatif untuk membuka suara. Membuat suasana di dalam mobil semakin terasa canggung dan tidak nyaman. Tak membutuhkan waktu lama, akhirnya mobil milik Rendra berhenti di depan kosan Gea. Dengan segera Gea membuka pintu mobil dan berniat untuk mengambil barang-barangnya. "Tunggu, maaf kalau Mas sudah membuat kamu marah." Rendra memegang pergelangan tangan Gea, menatapnya dengan seksama yang membuat Gea merasa tidak nyaman. Gea tidak membalas perkataan Rendra, dia hanya menganggukkan kepalanya sebelum keluar dari dalam mobil. Jujur saja dia merasa lelah, dia ingin memberi waktu bagi dirinya sendiri untuk merenungkan semuanya sendiri. Namun pria itu seakan tidak mau mengerti dan terus mendesaknya dengan membuat Gea merasakan lebih banyak tekanan dari pada sebelumnya. Di mobil Rendra menunggu dengan sabar. Sudah hampir 2 jam lamanya namun Gea masih belum keluar dari kosan. "Apa mungkin dia tidak mau tinggal di apartemen yang kuberikan padanya?" Saat Rendra mulai berpikir yang negatif, akhirnya dia bisa menghela napas dengan lega saat melihat Gea keluar dari kosan dengan membawa cukup banyak barang bawaan di tangannya. Dengan sigap Rendra turun dari mobil dan membantu Gea memasukkan semua barang bawaan gadis itu ke dalam bagasi mobil. "Ini sudah semuanya?" Gea mengangguk, dia tetap diam dan tidak banyak berbicara. Dia terlalu lelah untuk sekedar berkata-kata lagi. Dia pasrah mau dibawa kemana oleh Rendra saat ini. Sepanjang jalan Gea tanpa sadar terus melamun, bahkan ketika Rendra bertanya padanya sekalipun tidak ditanggapi oleh Gea. "Gea, Sayang?" Rendra mengguncang pundak Gea perlahan hingga membuat lamunan gadis itu buyar dan menolehkan kepalanya ke arah Rendra. "Kenapa?" "Ayo kita turun, kita sudah sampai untuk sarapan." Gea tampak linglung, dia mengikuti Rendra turun dari mobil dan masuk ke dalam rumah makan Padang. Dia tidak begitu mengambil banyak lauk karena dia merasa tidak begitu memiliki nafsu makan. Bisa dikatakan dia tengah stress saat ini dan tidak ingin makan apapun. "Kenapa makanannya tidak dihabiskan?" Rendra melihat makanan di piring Gea hanya habis setengahnya. Menyisakan setengah nasi tanpa lauk. "Apa lauknya kurang? Mau nambah lauknya?" Gea menggelengkan kepalanya, dia sengaja menghabiskan lauknya hanya karena kebiasaannya selama ini yang tidak pernah menyisakan makanan, terutama lauk. Namun kali ini dia benar-benar tidak bernafsu untuk makan. Alhasil dia menyisakan nasinya hingga setengah, dari pada nanti dia malah akan memuntahkan apa yang dia makan jika dipaksakan. "Aku lagi nggak nafsu makan Mas, udah cukup aku kenyang." Melihat hal itu Rendra tidak banyak berkomentar lagi. Dia lalu membayar makanan mereka dan kembali membawa Gea ke apartemennya. Dia turut membantu membawakan banyak barang bawaan Gea. Tidak terlalu banyak untuk ukuran orang yang tengah pindahan. Sangat terlihat sekali bahwa selama ini gadis itu sangat menghemat dalam kehidupan sehari-harinya dan hanya benar-benar membeli barang-barang sesuai kebutuhannya. "Biar Mas bantu beres-beres barang kamu." "Nggak perlu Mas, biar aku aja. Lagian barangnya nggak banyak." "Baiklah kalau begitu. Setelah ini ayo Mas temani kamu berbelanja keperluan dapur. Juga membeli beberapa peralatan masak, di sana masih kosong. Biar kamu bisa masak sendiri nantinya. Apartemen ini juga jaraknya nggak terlalu jauh dari minimarket sama pasar. Jadi ke depannya kamu nggak akan kerepotan untuk membeli bahan-bahan masakan di bawah." Rendra tersenyum, namun nyatanya Gea hanya membalasnya dengan senyum alakadarnya. "Kalau begitu Mas tunggu di ruang tamu dulu." Gea masuk ke dalam kamar membereskan barang-barang miliknya dan kembali melamun. Rendra menunggu Gea selama beberapa saat, namun hingga satu jam lamanya Gea masih belum juga keluar dari dalam kamarnya. Hal itu membuat Rendra mengerutkan keningnya heran. Dia akhirnya memutuskan untuk berjalan menuju kamar gadis itu. Mengetuk pintu dan tidak mendapatkan jawaban. Ia membuka pintu kamar, namun tidak mendapati keberadaan Gea di sana. Akan tetapi suara guyuran air dari dalam kamar mandi membuat pria itu tahu bahwa Gea tengah berada di dalam kamar mandi. Dia memutuskan untuk menunggu dan duduk di atas kasur. Memainkan ponselnya dan membalas beberapa pesan dari asistennya mengenai perkembangan bisnisnya. Hingga sebuah pesan dari Rana muncul di atas layar notifikasi. Rendra terdiam selama beberapa saat, tidak membuka pesan tersebut dan hanya membacanya dari layar pop-up di atas. Rana: [Mas, kamu sekarang ada dimana?] Ada rasa bersalah yang coba dia tekan dalam dirinya. Pagi-pagi sekali dia pergi meninggalkan Rana yang masih tertidur. Dia datang ke apartemen Gea karena semalam telah mengingkari janjinya untuk menemani gadis itu mengambil barang-barangnya untuk pindah. Saat Rendra hendak membalas pesan dari Rana, suara pintu kamar mandi yang terbuka membuat Rendra menghentikan gerakan tangannya untuk mengetik dan melihat sosok Gea yang hanya terbalut handuk mandi baru saja keluar dari kamar mandi. Jakun pria itu langsung saja bergulir saat melihat kulit putih mulus milik Gea dengan beberapa tetesan air yang mengalir di kulitnya. Rendra spontan mematikan layar ponselnya, matanya tidak lepas memandang sosok Gea yang tampak terkejut saat melihatnya ada di dalam kamarnya. "Kenapa Mas ada di dalam kamarku?" Gea merasa malu, dia memegangi dengan erat handuk yang melilit tubuhnya. Apa lagi melihat tatapan mata Rendra yang seolah menelanjanginya. "Mas, bisa keluar sebentar? Aku mau ganti baju dulu." Degup jantung gadis itu berdebar dengan kencang. Namun dia berusaha untuk tetap bersikap biasa saja dan tidak terpengaruh oleh tatapan pria itu akan tubuhnya. Rendra tetap tidak bergeming selama beberapa saat. Selama ini dia memang telah berkencan dengan Gea, namun dia tidak pernah sekalipun melewati batas dalam berpacaran dengan gadis itu. Gea juga bukan gadis yang suka memakai pakaian ketat yang menonjolkan lekuk tubuhnya. Dia selalu memakai pakaian kasual yang cenderung tertutup. Namun kali ini, Rendra baru mengetahui bahwa di balik pakaian tertutup Gea, ternyata menyimpan keindahan yang akan sangat sulit untuk bisa ditolak oleh pria. Apa lagi dia adalah kekasihnya, jelas saja dia sangat sulit berpaling pada saat seperti ini dari gadis di depannya. Anggap saja dia adalah sapi tua yang ingin memakan rumput muda. Tapi pesona Gea terlalu menggairahkan. Hingga membuat sesuatu di bawah sana terasa sesak seketika. "Gea ..." Suara Rendra terdengar serak, jelas saja dia tengah menahan diri untuk tidak menjadi binatang buas di depan Gea saat ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD