Belum sempat pintu kamar tertutup dengan rapat, tubuh Freya tiba tiba merosot ke lantai. Rasanya kakinya sudah tidak bertulang hingga tak bisa menopang tubuhnya. Air mata Freya berderai, tumpah bersamaan dengan kedua tangannya yang memukul d**a sekuat tenaganya. "Apa salahku, Tuhan? Apaaa???" teriaknya bergetar. "Kenapa takdir begitu kejam menghampiriku? Setidaknya jangan hukum aku seperti ini. Aku hanya perempuan biasa, meski pun statusku hanya sebagai istri kontraknya, tapi hatiku begitu sakit menghadapi kenyataan bahwa suamiku mencintai perempuan lain." Freya menangis tersedu, dadanya naik turun dengan tubuh yang semakin bergetar. Pendingin ruangan di kamarnya selalu hidup dua puluh empat jam. Tapi kenapa rasanya panas sekali, sesak, hingga menyulitkannya untuk bernapas. Freya b