___
"ARGGGHHHH!!"
Teriakan kesakitan yang terdengar memekakakkan telinga itu, tidak berhasil membuat pria--yang menyebabkan teriakan kesakitan itu tercipta-- yang tengah berdiri menatap datar tubuh ringkih di depannya itu kasihan.
Salah satu sudut bibirnya justru tertarik ke atas melihat pria di hadapannya merintih-rintih kesakitan.
Sebuah benda yang begitu besar seperti batang pohon dan dilapisi benda tajam layaknya pedang. Berputar-putar di atas tubuh ringkih pria yang berteriak tadi menyebabkan kulitnya mengeluarkan cairan berwarna merah pekat.
Danzel Vanc Reynand. Sosok pria dengan pahatan sempurna itu menatap tubuh ringkih pria yang tengah ia siksa dengan puas.
"Apa kau masih tidak ingin memberitahuku?" tanya Danzel dengan suara dingin khasnya.
Namun, ia tidak mendapatkan jawaban. Bagaimana tidak? Tubuh pria yang tengah ia hukum itu sudah hampir hancur. Wajahnya pun tak terbentuk lagi.
Danzel terkekeh sadis. "Aku tidak suka jika ada yang lalai dalam tugasnya," desisnya sebelum meninggalkan ruangan bersejarah itu. Ruang Morthdeath.
Sementara itu, di tempat lain, tepatnya di dimensi lain. Seorang gadis dengan pakaian khas pelayan yang membaluti tubuhnya, didorong keras oleh seorang gadis yang juga berpakaian sama dengannya.
"Dasar jalang!! Kau sengaja bukan menarik perhatian Pak Alex?" pekiknya lantang, dengan menatap gadis yang telah ia dorong dengan pelototan matanya.
Annastasia yang kerap di sapa Anna. Gadis berambut coklat senada dengan warna manik matanya. Ia hanya bisa menghembuskan nafasnya pelan.
Memangnya apa salahnya jika pak Alex menyukainya? Pria dewasa itu merupakan General Manager di Restoran tempat ia bekerja saat ini.
Entah sudah berapa kali Indrya melabrak dirinya karena pak Alex yang sering nenatap Anna seolah terpesona.
Pak Alex hanya berusia 5 tahun di atas Anna yang saat ini telah berusia 19 tahun. Pria berusia 24 tahun itu memang sering memperlakukan Anna berbeda dari karyawan-karyawan lain hingga membuat gadis berambut coklat itu banyak yang membencinya.
Tapi Anna tak pernah meminta untuk diperlakukan berbeda.
'Pak Alex nya saja yang terlalu agresif. Seleraku masih jauh di atas nya,' batin Anna kesal.
Anna pecinta pria tampan nan hot, sedangkan menurutnya, pak Alex kurang hot. Tampan? Iya! Tapi menurut Anna masih kurang. Jika ada yang lebih tampan dan hot, kenapa tidak?
"Dasar!! Hanya berani saat ada pak Alex saja. Lihat! Dia bahkan tak berani menjawabmu, Rya," ujar Liora menatap Anna mengejek. Liora juga merupakan teman Indrya atau lebih tepatnya babu Indrya.
'Yah, Liora juga gadis bodoh yang mau-mau saja diperintah-perintah oleh nenek sihir ini.'
Lagi. Anna hanya membatin. Ia malas menjawab ucapan-ucapan dua gadis di hadapannya ini. Ia malas membuat keributan.
"Dasar jalang tak tau diri!! Kau hanya pelayan jadi tak perlu bermimpi jika pak Alex menyukaimu."
Anna mendengus jengkel. Ia terpancing. "Lalu apa bedanya dengan kau? Kau juga hanya seorang pelayan. Kita memang sama-sama pelayan tapi pak Alex lebih memilih melirikku dari pada dirimu. Jadi kau masih dibawahku!!" sahut Anna yang mulai jengah.
Tanpa menunggu jawaban dari Indrya dan Liora. Anna langsung meninggalkan keduanya yang terus berteriak marah memanggil namanya. Dan Anna terus berjalan seraya menulikan pendengarannya.
'Cih! Aku berharap pak Alex menyukaiku? Yang benar saja! Aku hanya ingin pria dari dunia lain. Yah, seperti Vampire? Bukankah mereka tampan-tampan?' batin Anna tersenyum-senyum sendiri.
Yah, Annastasia. Ia si penyuka mahkluk supernatural yang keberadaannya tidak dipercayai oleh orang-orang. Tapi ia justru terobsesi untuk menikah dengan seseorang yang berbeda dengannya.
Saat sampai di dapur Restoran, Anna melihat rekan-rekannya saling berbisik-bisik namun masih terdengar di telinganya.
"Kalian dengar? Pemilik Restoran ini ternyata akan datang hari ini untuk pertama kalinya setelah absen selama berbulan-bulan."
"Benarkah? Yang benar saja. Boss kita memang sangat misterius. Kita tidak tau dia menghilang kemana selama berbulan-bulan."
"Yah dan dia pasti semakin tampan. Aku tidak tau berapa usianya tapi jika dilihat, dia masih muda."
"Dia begitu misterius. Dan kau tau? Tidak ada yang tau di mana letak mansionnya. Bahkan pak Alex sekalipun."
Anna mengernyitkan keningnya bingung. Boss? Ia belum pernah bertemu dengan bossnya itu. Karena Anna memang masih baru bekerja di restoran ini.
'Misterius? Apa dia Vampire? Akhirnyaaaa aku akan bertemu jodohku!!' pekik Anna dalam hati begitu bahagia. Yah, dia gadis dengan pemikiran yang begitu aneh.
Setelah berjam-jam melaksanakan pekerjaan melelahkannya. Bolak-balik mengantarkan makanan pada pembeli, akhirnya Anna bisa pulang untuk istirahat.
Tapi baru saja ia berniat mengganti seragamnya, salah seorang pelayan tiba-tiba mendatanginya. Dia adalah Pristin. Seorang pelayan juga, tapi tidak pernah menindasnya.
"Jangan pulang dulu. Kita semua diperintahkan kumpul oleh Pak Alex, pemilik Restoran sudah di perjalanan kemari."
Anna menganga tak percaya. "Kita semua dikumpulkan jam segini? Ini sudah jam sebelas malam," gerutu Anna kesal.
Pristin hanya mengedikkan bahunya acuh tak acuh. Gadis itu tersenyum tipis. "Mau bagaimana lagi? Ini perintah atasan. Ayo!" ajak Pristin yang akhirnya diikuti Anna di belakangnya.
Sesampainya di tempat yang Pristin maksud, sudah ada banyak para pelayan yang berbaris rapi. Ada juga Pak Alex yang berdiri di depan layaknya pemimpin.
"Oh Annastasia. Kau harus berbaris paling depan," ujar Alex sok tegas. Sengaja, agar ia bisa melihat Anna leluasa jadi ia memerintahkan Anna agar berdiri paling depan.
Serentak, semua pelayan perempuan menatap Anna sinis, membuat gadis itu mendengus jengah, sedangkan Pristin hanya terkekeh pelan.
Tak mau memperpanjang masalah, Anna langsung berbaris di barisan paling depan. Diikuti Pristin tepat di belakangnya.
"Beberapa menit lagi Mr. Daniel akan tiba. Jadi kalian harus terlihat tetap rapi dan juga segar. Agar Mr. Daniel tidak malas melihat kalian," papar Alex tegas.
Seperti yang dikatakan Alex, semua pelayan perempuan mulai memperhatikan penampilan masing-masing. Kecuali Anna dan Pristin yang tetap tenang.
"Ya, harus rapi dan segar. Seperti nona Annastasia yang tetap terlihat cantik dan segar meskipun telah bekerja seharian."
Anna rasanya ingin muntah melihat Alex berbicara sambil menatap Anna intens. Anna menoleh ke arah Pristin yang terlihat tengah menahan tawa.
"Pasrah saja," bisik gadis itu berusaha agar tidak meledakkan tawanya. Anna mendengus.
Lima menit kemudian, pintu Restoran terbuka. Seorang pria dengan setelan jas berwarna biru gelap itu melangkah dengan langkah tegasnya. Saat wajahnya terkena sinar lampu, para pelayan perempuan menganga tak percaya. Pria ini begitu tampan.
Anna yang memang penasaran dengan rupa pemilik Restoran tempat ia bekerja pun terkejut. Pria ini benar-benar tampan. Ketampanannya tidak manusiawi, pikirnya.
Entah apa yang ibunya ngidamkan saat mengandung pria di depannya itu.
"Selamat malam Mr. Daniel," sapa Alex hormat. Yang dibalas hanya dengan anggukan singkat.
Mr. Daniel mengedarkan pandangannya ke seluruh pelayan. "Ada banyak pekerja baru rupanya."
Ah! Suaranya terdengar seksi tapi lembut. Perpaudan yang membuat kejang-kejang.
"Mungkin masih ada yang belum mengenal saya. Jadi nama saya Daniel Wist Reynand. Kalian bisa memanggil saya dengan sebutan Mr. Daniel," ujar Daniel memperkenalkan diri dengan formal.
"Nah jadi Mr. Daniel lah pemilik Restoran terkenal ini. Saya harap kalian semua menghormatinya," sambung Akex tegas.
"Malam ini saya hanya ingin memperkenalkan diri. Kalian pasti sudah lelah seharian berkerja. Jadi kalian bisa berganti seragam dan pulang."
Dalam diam, para pelayan meninggalkan tempat setelah membungkuk hormat ke arah Daniel. Meskipun ada beberapa yang terlihat enggan untuk pergi.
Hingga kemudian telinga Daniel yang memiliki pendengaran begitu tajam, mendengar seseorang tengah bergumam.
"Akhirnya aku bisa pulang. Aku harus mencari jodohku lagi."
Daniel megernyit. Pria itu mendongak untuk mencari siapa pemilik suara barusan. Gadis itu sangat aneh.
Tatapan Daniel mengarah pada seorang gadis di depannya yang terlihat malas. Setelah mereka semua pergi, Daniel menoleh ke arah Alex.
"Siapa pekerja perempuan yang berdiri di barisan depan tadi?"
Alex tersentak. Mr. Daniel menanyakan tentang gadis pujaan hatinya. "A-ah. Dia Annastasia, Mr. Ia baru mulai bekerja beberapa minggu yang lalu." Daniel mengangguk mengerti menanggapi ucapan Alex.
"Kau juga bisa pulang Alex," ujar Daniel sebelum benar-benar keluar dari Restoran itu.
Ya, tujutan Daniel ke sana memang hanya ingin melihat pekerja-pekerja baru di Restorannya. Tidak ada kegiatan lain, jadi ia memilih kembali ke Mansionnya.
Daniel Wist Reynand. Ia adalah anak kedua dari pasangan Jesslyn Gracious Reynand dan Kenzie Arsenio Reynand. Ia memiliki tiga adik dan satu kakak. Jika Daniel lebih ceria dan baik hati, maka kakaknya adalah kebalikannya.
Daniel memang lebih suka berlama-lama di dunia manusia. Katanya sangat berbeda dengan dunia Ophelix. Karena itulah ia membuka usaha Restoran yang telah berdiri selama bertahun-tahun.
Awalnya Kenzie dan Jesslyn tidak mengizinkan Daniel melakukan hal itu, tapi karena Daniel memgancam ayah nya jika ia akan terus menganggu keromantisan Kenzie dan Jesslyn. Mau tak mau Kenzie langsung mengizinkannya. Ia tidak suka waktu berharganya bersama sang istri harus diganggu oleh putra keduanya itu.
Sedangkan kakaknya, Danzel Vanc Reynand. Pria berhati dingin nan kejam sejak lahir. Ia mempunyai sebuah kutukan sejak masih dalam kandungan Jesslyn. Karena kekuatannya yang tak wajar, ia bahkan menyelamatkan ibunya yang hampir tewas akibat segel kekuatan sang ibu yang rusak.
Dan saat itu, Danzel masih dalam kandungan ibunya. Siapa sangka bayi itulah yang menyelamatkan hidup Jesslyn. Namun ia harus menerima sebuah kutukan kekuatan yang begitu besar hingga ia sendiri tidak bisa mengendalikannya.
Setiap malam, kekuatan dalam tubuh Danzel akan keluar dan mengamuk. Mengambil alih kesadaran Danzel. Karena itulah, setiap menjelang tengah malam, Danzel selalu ke hutan blackstone. Di sanalah ia membiarkan kekuatannya mengamuk. Dan setelah itu, tubuhnya akan terasa remuk dan mati rasa.
Penderitaan itu telah Danzel rasakan bertahun-tahun lamanya sejak usianya menginjak usia 17 tahun. Dan hanya jika ada Mate-nya saja kekuatannya akan sedikit terkontrol. Hanya sedikit, kecuali mereka melakukan ritual pernikahan yang memiliki proses begitu panjang barulah kekuatan itu akan tenang di dalam tubuh Danzel.
Saat Daniel sampai ke Mansionnya yang berada jauh di dalam hutan, pria itu terkejut saat melihat keberadaan kakaknya yang datang entah kapan.
"Sejak kapan kau di sini?" tanya Daniel setelah masuk ke dalam mansion besar itu.
Danzel duduk di kursi sofa dengan tenang. "Baru saja."
Daniel mengangguk mengerti. "Lalu? Apa yang kau lakukan di sini?"
Danzel membuang muka. "Ada urusan," singkat Danzel kemudian berdiri.
"Aku akan kemari besok," ujar Danzel sebelum membuka portal dan meninggalkan Daniel sendirian.
Dulu, para LORD terdahulu, telah ditakdirkan tidak akan ada yang bisa menembus dimensi dan memasuki dunia manusia. Tapi Danzel memiliki takdir yang berbeda.
Ya, Danzel adalah Lord dunia Ophelix.
Selain mendapatkan kutukan sejak lahir, rupanya Danzel memiliki takdir lain dari ayah dan juga para Lord terdahulu dunia Ophelix. Danzel bisa bebas keluar masuk dunia manusia.
Begitu Danzel sampai di dunia Ophelix, ia langsung ke hutan blackstone. Waktunya hampir habis.
Dan benar saja, baru saja kakinya menginjak tanah hutan blackstone, tubuh Danzel terlihat memerah dengan tanda dan garis hitam yang menyebar ke seluruh tubuhnya. sebelum kemudian tubuhnya itu berubah bentuk.
Saat ini Danzel tengah dalam wujud Devil nya. Dengan matanya yang tadinya bermanik abu-abu, kini berubah warna menjadi merah darah yang di tengahnya berwarna hitam dengan berbentuk kristal.
"Grrhh!!"
Suara geraman Devil Danzel seolah memantul hingga terdengar sampai ke Istana. Tapi penghuni Istana Ophelix, sudah terbiasa mendengar auman Devil Danzel yang selalu terjadi setiap malam.
Di sebuah kamar yang begitu luas. Tampak seorang wanita yang tengah berdiri di depan jendela yang ia biarkan terbuka. Wanita itu menatap lurus ke arah hutan dengan sendu.
Hingga tiba-tiba sebuah tangan melingkari perutnya. Ia tengah dipeluk dari belakang oleh suaminya.
"Tenanglah sayang. Putra kita baik-baik saja," bisik pria itu lembut.
Jesslyn Gracious Reynand. Wanita yang memiliki lima anak itu hanya bisa menghela nafas pelan mencoba menenangkan dirinya. Ia tahu, percuma saja meratapi keadaan putra pertamanya karena yang bisa menyembuhkannya hanyalah belahan jiwa dari putranya sendiri.
"Bukankah ini kesalahanku, Kenzie? Putraku harus mendapatkan kutukan seperti itu sejak lahir karena menyelamatkanku," balas Jesslyn berbisik pada suaminya, Kenzie.
Kenzie menggeram, ia tidak suka jika istrinya itu merasa bersalah dan merasa sedih seperti ini. Pria itu membalik tubuh Jesslyn agar menghadapnya. "Putra kita memang hebat. Ini bukan kesalahanmu. Danzel hanya melindungi ibunya. Lagipula jika saat itu dia tidak menyelamatkanmu, maka keempat anak kita tidak akan pernah lahir, Jesslyn," jelas Kenzie mencoba sabar.
Jesslyn menunduk. "Maafkan aku," cicitnya dengan mata berkaca-kaca.
Kenzie menarik tubuh istrinya ke dalam pelukan hangatnya. "Jangan menangis, Sayang. Kau tau aku tidak suka melihat air matamu kan?"
Jesslyn terkekeh pelan. Wanita itu menganggukkan kepalanya di dalam pelukan Kenzie.
***
Tubuh Danzel langsung terbaring di atas keras nan dinginnya tanah hutan blackstone. Setelah kekuatan besarnya mengamuk selama beberapa jam, tubuh Danzel kembali akhirnya kembali.
Namun, tubuhnya terasa remuk. Bahkan untuk berdiri pun ia tak sanggup.
Danzel sudah mengupayakan berbagai cara agar bisa menemukan Mate-nya di dunia Ophelix ini. Tapi selama bertahun-tahun, tidak ada tanda-tanda keberadaan sang belahan jiwa.
Karena itulah Danzel mengatakan pada Daniel tadi, jika ia akan ke dunia manusia. Untuk memastikan dan berharap jika Mate-nya bukanlah manusia.
.
.
.
TBC