7

1740 Words
Geri sendiri langsung pergi dari sana karena teman-teman yang lainnya pun juga tidak memiliki alasan lama-lama berada disana. Geri sekarang sudah pergi dari sana tanpa meninggalkan kontak apa pun dengan Anin. Bahkan Geri juga tidak berpamitan dahulu pada Anin karena jika ia berpamitan mungkin ia akan langsung di cegat untuk pergi oleh Anin dan akan direcoki oleh Anin yang meminta nomornya atau hal yang lainnya. Makanya ia tidak mau ribet. Lagi pula lebih baik ia lost contact saja selamanya dengan Anin karena memang itu lebih baik daripada mereka harus bersama. Anin hanya akan terluka dan kelelahan jika bersama dengan dirinya. "Ger, itu ga papa Lo pergi tanpa pamit sama Anin?" tanya Malik tersebut. "What's the problem? Gua sama dia ga ada hubungan apa-apa juga. Ngapain harus pamit coba? Kalo gua pamit juga bakalan lebih ribet. Bisa-bisa nanti gua ga boleh buat balik." ujar Geri kepada Malik dan Malik mengangguk. "Anin yang tadi jadi juara kategori cewek ya? Lo ada hubungan sama dia Ger?" tanya Kak Joy kepada Geri karena jujur ia juga penasaran dengan Anin. Pasalnya ia bertanya-tanya kemana perginya Anin selama ini karena tak ada. Ia bahkan baru melihat Anin sekali ini saja, sebelumnya belum pernah lihat. "Iya kak Anin yang tadi." ujar Malik menjawab, ia hanya menjawab itu karena untuk menjawab apa hubungan Anin dengan Geri ia tak berhak melakukannya. Lagi pula itu adalah hubungan antara mereka juga. Jadi harus lah Geri yang menjelaskan semuanya kepada Kak Joy. "Gua ga ada hubungan apa-apa sama dia kak, dulu satu les musik aja tapi sekarang gua udah ga les musik. Jadi baru ketemu tadi." ujar Geri itu. "Nah kan gua udah yakin kalo dia itu bukan sembarangan. Ternyata emang udah les musik. Tapi kalo gua boleh tahu kenapa gua ga pernah lihat dia ikut lomba ya Ger? Atau gua aja yang ga tahu dia kemarin-kemarin?" tanya Kak Joy lagi karena jujur saja ia sangat penasaran dengan siapa itu Anin. "Emang dia baru pertama kali ini ikut lomba kak. Gua juga ga paham sih kenapa kemarin-kemarin dia ga ikut lomba." jawab Geri mengakhiri pembicaraan mereka karena sekarang mereka sudah sampai di sekolah. Mereka sekarang sudah masuk dalam sekolah, ini sedang istirahat kedua jadi banyak siswa-siswi yang menatap mereka membawa piala. Mereka pun langsung berjalan ke ruang kepala sekolah, saat sedang berjalan ke ruang kepala sekolah Geri tak sengaja bertatapan dengan Gale yang sedang berdiskusi dengan teman-teman pintarnya di depan kelas. Geri langsung membuang arah pandangannya dan tidak ingin melihat ke arah lelaki yang memiliki wajah sama persis seperti dirinya. Kini Geri sudah sampai di depan ruang kepala sekolah. Seperti biasa kepala sekolah mengucapkan selamat dan terimakasih karena sudah berjuang di lomba yang tadi mereka lakukan. Setelah sudah, Geri kini keluar. Ia dan Malik pergi ke kelas mereka untuk mengikuti pelajaran karena memang mereka diminta untuk ikut pelajaran meskipun tinggal dua sampai tiga jam pelajaran lagi. Namun mereka tidak boleh ada yang membolos, apalagi Geri dan Malik juga sudah kelas sembilan. Mereka berdua sudah mengikuti kelas hari ini, saat ini pun juga kelas masih berlangsung hanya saja guru mereka sedang keluar. Seperti biasa, kelas akan ramai ketika guru mereka ada di luar. Sama seperti kelas Geri sekarang ini. Ramai dan bising, meski pun seperti itu tetap saja Geri merasa senyap dan sunyi. Geri seperti berada di ruangan yang gelap dan hanya seorang diri saja disana. Padahal ia tidak sendiri, ada banyak teman-temannya disana. Geri mengeluarkan handphonenya dan ia melihat fotonya dan Anin yang tadi diambil dari handphonenya. Ya, tadi memang ia menawarkan handphonenya untuk memfoto. Namun itu ada alasannya, alasannya adalah agar Anin tidak memiliki foto ini karena ia sudah kabur lebih dahulu sebelum Anin memintanya. Biar lah Anin tidak memiliki foto ini agar Anin bisa lebih leluasa lagi untuk melupannya. Sementara itu, sekarang ini Anin masih kebingungan untuk mencari-cari dimana Geri. Ia tadi padahal hanya meninggalkan Geri sebentar saja tapi Geri sudah pergi meninggalkan dirinya dan entah sekarang dimana Geri berada. Ia tadi memang banyak di wawancarai oleh tim jurnalistik dari beberapa sekolah karena ia cukup membuat terkejut banyak orang dengan kemunculannya itu. Ia yang baru muncul pertama kali di acara seperti ini dan juga dirinya yang langsung bisa memenangkan lomba. Makanya banyak yang penasaran. Setelah sudah menjawab semua pertanyaan mereka, Anin langsung pergi untuk mencari Geri. Namun ia tidak pernah menemukan Geri dimana pun. Entah kemana perginya Geri, padahal ini adalah saat yang ia tunggu setelah sekian lama. Ia baru bisa bertemu dengan Geri pada hari ini juga. "Felly, Arka mana? Gua udah cari dimana-mana tapi tetap aja ga ada. Gua kehilangan Arka lagi Fell. Gimana ini Fell." ujar Anin kepada Felly, wajah Anin sudah sangat ketakutan sekarang, pasalnya ia baru saja bertemu Geri masa ia sudah kehilangan Arga lagi. Kan tidak lucu jika hal itu terjadi. "Lo tenang dulu ya Nin, yang penting kan kita udah tahu sekolahnyam Lo udah deh pokoknya semua aman, tenang aja." ujar Felly menenangkan Anin itu. "Tapi kan harusnya gua tadi bisa minta nomornya Arka, kenapa juga Arka ninggalin gua. Apa Arka benar-benar ga suka ya sama gua Fel? Gua sejelek itu ya sampai Arka ninggalin gua?" tanya Anin membuat Felly menggelengkan kepalanya karena Anin sama sekali tidak jelek, ia selalu tampil cantik juga. "Udah sekarang kita balik dulu, nanti kita cari keberadaan Arka ya? Gua janji bakalan bantuin Lo pokoknya sampai Arka ketemu." jawab Felly itu dan kini Anin mengangguk. Mereka berdua pun sudah pergi dari sekolah itu. Setelah lomba ini sebenarnya mereka boleh langsung pulang, jadinya mereka akan langsung pulang karena memang mereka juga capek jika ke sekolah. Sepanjang jalan menuju ke rumah Anin, Anin tampak termenung dan ia juga terlihat sangat kecewa kepada dirinya karena ia tidak bisa menahan Geri tadi. Harusnya ia tidak kehilangan Geri lagi tapi ia tadi malah kehilangan padahal mereka berdua juga belum bertemu lama, baru sebentar ketemu. Arka, kita bisa ketemu lagi kan nanti? Aku kangen banget sama kamu Arka. Aku harap kita bisa ketemu lagi ya nanti Arka. Masih banyak yang mau aku bicarakan sama kamu, masih banyak cerita-cerita yang mau aku share ke kamu karena cuma kamu yang mau nampung itu. Batin Anin tampak diam. Sementara itu sekarang Geri sudah menyelesaikan kelasnya dan ia pun sekarang sedang dalam perjalanan menuju ke rumah, mumpung Mama dan Papanya tidak di rumah. Ia ingin menikmati apa yang selama ini disebut sebagai rumah. Rumah yang baginya tak menjadikan dirinya nyaman hidupnya. Geri masuk ke dalam membawa medali dan sekarang ini ia melihat bibi dan pak satpam yang sedang mengobrol di depan rumahnya. Ia menyapa mereka, mereka pun seperti biasa menyapa Geri juga dengan senyuman. Hangat, senyuman dua orang yang menjadi asisten rumah tangga di rumah Geri itu benar-benar hangat dan tulus. Tidak seperti senyuman keluarganya, bahkan ia lupa apakah Mama dan Papanya pernah tersenyum untuknya? Geri sendiri lupa saking mereka tidak pernah berinteraksi dengan Geri. Jika ada interaksi pun itu adalah interaksi dengan rasa kesal tinggi. "Wahh Mas Geri menang lomba lagi ya mas. Medali emas lagi, selamat ya mas. Bibi ikut senang." ujar Bibi kepada Geri, begitu juga dengan satpam rumahnya. Geri pun mengangguk ketika ia mendengar hal itu dari mereka. Mereka saja bisa, kenapa keluarganya tak bisa hanya sekadar membeli selamat saja. Rasanya mereka sangat susah untuk melakukan hal seperti itu. "Geri ke dalam dulu." ujar Geri singkat, kini Geri masuk ke dalam tapi salahnya ia yang tak melihat garasi rumahnya karena ternyata di dalam ada Mamanya. Mamanya tengah bersama dengan asisten dan manajernya. "Eh Geri, gimana kabar kamu? Wah kamu habis juara apa itu?" tanya Nini yang merupakan asisten dari Mamanya. Sebenarnya Geri malas menjawab tapi ia juga tidak mau jika dibilang tidak sopan dengan orang luar juga. "Baik Tante, iya juara satu." ujar Geri menimpali pertanyaan dari Nini. "Wahh bagus banget, kamu pasti senang ya karena anak kamu berprestasi semuanya. Ga Geri, ga Gale semuanya berprestasi." ujar Nini. "Gale iya berprestasi tapi kalo Geri itu, bukan di bidang akademik. Kalo prestasi ga di bidang akademik kan ga ada gunanya juga Ni." ujar Mama Geri membuat Geri meremas pialanya kuat, sementara Nini dan manager Mamanya itu sekarang merasa tak enak kepada Geri, pasti Geri sangat sedih. "Geri ke atas dulu. Permisi." ujar Geri sembari menahan rasa sesak, padahal seharusnya sama. Baik itu bidang akademik atau non akademik seharusnya sama. Seharusnya Mamanya tidak mengatakan hal itu tadi. Lagi Mah, Geri rasanya sakit banget karena Mama ga pernah sekalipun bahagia sewaktu Geri juara lomba. Memangnya kenapa kalo juara di bidang seni atau olahraga? Apa itu aib? Bukan kan Mah? Lagi pula tanpa Mama sadari bakat seni yang dipunyai Geri juga datang dari Mama yang seorang aktris. Tapi Mama seakan ga pernah sadar akan hal itu. Batin Geri sekarang. Geri menaruh pialanya di lemari yang ada di kamarnya, begitu pun juga dengan medalinya. Setelah sudah, ia langsung membaringkan tubuhnya di kasur miliknya. Rasanya ia lelah sekali hari ini, apalagi tadi ia dihancurkan lagi di sebuah ruangan yang katanya di sebut dengan rumah. Ia dikucilkan dari sebuah hubungan yang katanya keluarga, yang katanya ia adalah Mamanya. "Gua ga mau Lo masuk ke hidup gua Nin, kalo Lo pikir hidup gua baik-baik aja itu salah besar. Gua ga pernah baik-baik aja dari dulu sampai sekarang. Gua ga mau Lo masuk ke hidup gua yang udah hancur ini. Lo berhak dapat seseorang yang lebih dari gua." ujar Geri ketika ia tiba-tiba saja memikirkan tentang Anin dan pertemuannya dengan Anin tadi saat lomba. Sebenarnya Geri juga bahagia bisa bertemu lagi dengan Anin, meski tanpa bertemu pun Geri juga tahu bagaimana kabar Anin karena Geri selalu menstalking Anin. Namun Anin tak pernah tahu keberadaan dirinya karena memang Anin tidak pernah menonton TV. Dulu sewaktu ia masih les musik bersama Anin, Anin pernah mengatakan bahwa di rumahnya tidak ada TV lagi. Jadinya ia tak pernah menonton TV. Bahkan Geri pikir Anin tidak tahu bahwa Mama Geri adalah aktris terkenal dan Geri juga memiliki seorang kembaran. Geri juga menyukai Anin, jika ada yang mengatakan bahwa rasa Anin kepada Geri itu sia-sia dan tak akan terbalas itu adalah salah besar. Rasa Anin terbalas hanya saja tidak disampaikan oleh Geri. Geri memilih untuk memendamnya karena ia masih waras untuk tidak menyeret Anin ke dalam lubang masalahnya dengan keluarganya. Ia tak mau Anin terlibat di dalamnya. Gua harap suatu saat Lo ngerti Nin, sebenarnya gua juga mau Lo tapi Lo ga boleh berhenti di gua. Lo harus berhenti di orang yang benar-benar tepat buat Lo dan bisa bikin Lo bahagia Nin, dan gua bukan orang yang tepat untuk itu. Batin Geri menutup matanya merasakan sakit yang amat mendalam.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD