Poor Azura

1479 Words
"APA!" Azzam mendengkus mendengar pekikan sang ayah yang sudah melotot keadahnya, Azura yang sedang meneguk minumnya jadi tersedak dan terbatuk-batuk kecil. Sedangkan Aisyah, sang bunda hanya menggeleng heran melihat tingkah suaminya. "Ayah gak suka kalau Azzam ikut Olimpiade?" Erza menggeleng sembari mengibaskan tangannya, "Bicara apa kamu ini, ayah jelas bangga nak, bangga sekali. Malahan ayah berharap kamu jadi murid terbaik nantinya di sekolah itu. Memang gen nya seorang Erza tidak bisa dipandang sebelah mata," ujarnya sembari berdecak kagum. Azura melongos lalu terkekeh pelan, "Bukannya Azzam itu pintarnya turunan dari bunda yah?" Aisyah langsung tertawa kecil mendengar celetukan putrinya, "Gen bunda memang penghasil generasi dengan otak yang cerdas, seperti Azzam," Ujar bundanya dengan tersenyum bangga, Azura mencuatkan bibir kesal sembari melirik kembarannya. "Kenapa coba Azura harus nurunin gennya ayah, coba bunda lebih produktif lagi mungkin Azura akan sepintar Azzam," tuturnya dengan nada sedih yang dibuat-buat. Erza langsung mendekat pada sang putri dan menyentil keningnya pelan. "Jadi nyesal punya ayah kayak gini?" Azura menggeleng dengan menyeringai lebar lalu memeluk erat tubuh sang ayah. "Mana mungkin Azura nyesal yah, malahan Azura tuh bersyukur bangat bisa terlahir menjadi anak kalian berdua. Punya papa bule yang nilai bahasa inggrisnya rendah, dan punya bunda yang lemah lembut, otak pintar tapi sekarang latahan," ujarnya membuat Azzam tertawa kecil. Kedua orang tuanya mendengkus lalu kompak menggelitiknya membuat Azura berlari ke belakang Azzam meminta perlindungan. "Kok kamu gak geli?" Azzam hanya mengedikan bahu, tidak merasakan efek apapun saat sang ayahnya menggelitknya. "Dia emang gitu yah, dia itu mati rasa," kata Azura asal, Azzam langsung melompat ke belakang sofa dan menyentil kening gadis itu. "Udah berani lo yah," kata Azura menantang lalu melompat pada tubuh jangkung Azzam membuat keduanya terjengkang ke belakang sofa. Azzam berusaha menghindari amukan gadis itu dengan sesekali memegang kedua lengan sang adik. Namun Azura malah menggigit bahunya pelan membuat Azzam meringis sakit. "Lah kok ribut?" "Biarin mas, nanti juga capek sendiri," kata Aisyah dengan tenang sembari membaca buku yang belum selesai ia baca. Erza mendekat dan mendudukan diri di sebelah sang istri. Kedua anaknya sudah saling menjambak, bukan tepatnya Azzam yang sedang dianiaya. "Masih kontakan sama Alif dan yang lain?" Tanya Aisyah sembari melirik suaminya, Erza terdiam lalu meraih cangkir tehnya. "Udah lama gak kontakan, mereka semua sudah sibuk sama dunianya masing-masing. Dimas sama Qila aja belum balik dari jepang," Aisyah menganggukan kepala sembari menatap suaminya. "Mas, kapan kita bulan madu lagi? Kayaknya si kembar mau punya adik lagi," rengek Aisyah membuatErza mengulum senyum. "Malam ini aja gimana?" Aisyah mencebikan bibir sembari memukul pelan bahu sang suami. "Bulan madu mas, pergi keluar negeri kek. Jangan di rumah terus, bosan akunya," Erza mengangguk lalu menyentil bibir sang istri. "Yaudah kita pergi umrah sama-sama aja gimana?" Aisyah tersenyum lebar dengan wajah merekah. "Mau mas, mau," Azura yang sedari tadi masih mencari gara-gara dengan Azzam jadi mendekat kearah keduanya dengan nafas ngos-ngosan. "Terus kita berdua ditinggal?" Erza mengangguk, "Iyalah nak, lagian kalian gak mungkin dikasih ijin. Baru beberapa minggu juga kan sekolahnya," Azura mengerucutkan bibir sembari melirik Azzam yang hanya menatap ketiganya datar. "Zam, gue ngantuk!" Ujarnya membuat sang kakak menghela nafas. "Buruan!" Ujar Azzam lalu menyodorkan punggungnya pada Azura, gadis itupun melompat pelan membuat kedua orang tuanya menggeleng heran dengan sikap manja Azura. "Tidur gih Bun, ayah suruh tidur diluar aja," pesannya dengan tangan yang sudah mengalung dileher Azzam. "Siap!" Kata sang bunda membuat Erza memelotot kearahnya. Aisyah hanya menyengir pelan tanpa dosa. Keduanya pun melangkah naik ke tangga dan melesat masuk ke kamar Azura. Azzam pun menurunkan sang adik secara pelan, Azura menghela kasar lalu menarik lengan Azzam untuk menemaninya sebentar. "Alisa gak bilang apa-apa sama lo?" Azzam mengerjap lalu menggeleng, "Gak ada, emang kenapa?" Gadis itu mendesah panjang, "Dia gak mungkin rela lo yang wakilin sekolah buat Olimpiade, apalagi orang tuanya punya ambisi besar untuk masa depan Alisa," Azzam memicingkan mata kearah Azura yang hanya merunduk sendu. "Kok bisa lo tahu tentang dia?" Azura berdehem pelan, "Anak kelas gue lagi bicarain masalah itu," gadis berambut panjang itu memegang lengan Azzam erat. "Apa sebaiknya lo ngundurin diri aja?" Azzam menautkan alis, "Gak usah takut, gue bisa atasin semuanya. Lagipula Alisa gak sejahat yang lo bayangin," Azura mengangguk lemah. "Tidur gih," katanya lalu mengecup puncak kepala sang adik lembut lalu melangkah keluar. Azura hanya menghela kasar, takut hal buruk akan menimpa Azzam. *** Gadis berambut sebahu itu tengah celingak-celinguk di depan laboraturium yang jarang dipakai. Bibirnya sedari tadi menggerutu karena sosok yang ia tunggu belum manampakan batang hidungnya juga. Matanya memicing saat melihat cowok kemanyu melangkah mendekat kearahnya membuat senyuman sinis terbentuk pada bibir mungilnya. "Harus bangat gue ngelakuin itu?" Ujar sosok itu tanpa basa-basi, Cewek itu mengangguk cepat, "Kenapa gak lo aja yang deketin?" Gadis itu menggigit bibir kesal, "Terus ngapain gue harus susah-susah manggil lo kesini kalau gue bisa ngelakuin sendiri? Lo mau ngelaksanain perintah gue kan?" Cowok kemanyu itu tertawa sinis. "Perintah? Gue disini bantuin lo Alisa," ujarnya menekan setiap kata yang ia ucap. "Jangan b**o, gue malas minta bantuan sama manusia jenis kayak lo gini," Ujar Alisa memandang remeh kearahnya, cowok itu menggeram kesal. "Lo ngelakuin ini karena gue kasih lo imbalan, jadi gak usah banyak tingkah. Lakuin aja apa yang udah kita susun," cowok kemanyu itu pun menelan salivanya kasar lalu mengangguk lemah. "Terus kapan?" "Nanti pas pulang sekolah, Azzam hari ini ada jadwal main basket. Gue udah cari tahu semua, lo tinggal jalanin apa yang gue suruh," Keduanya pun membubarkan diri dengan melangkah berlawanan arah. Alisa melebarkan mata melihat Alvaro berdiri di hadapannya dengan tatapan menyelidik. Apa cowok itu mendengar semua apa yang ia dan Salahudin bicarakan? Alisa berdehem pelan, "Sejak kapan lo disitu?" Ujar Alisa dengan tatapan menyelidik,Alvaro mengedikan bahu pelan. "Sejak negara api menyerang," Alisa berdecak, memang mengobrol dengan makhluk sejenis Alvaro harus butuh kesabaran. "Lo sekarang mainnya sama Selly yah?" sindir pemuda jangkung itu membuat Alisa menautkan alis. "Itu si salahudin tadi, nama malamnya selly. Lo gak tahu?" Alisa mendengkus kasar. "Gue cuma ngobrol bentar sama dia, gak penting juga," Alvaro mengangguk walau ia merasa ada yang menjanggal. "Kirana gimana kabarnya?" Kata Alisa mengalihkan topik pembicaraan. Alvaro menyeringai lebar, "Masih seperti biasa, jadi b***k buku." Alisa melirik tajam kearah Alvaro. Lagian bisa-bisanya Kirana dan Alvaro adalah adik-kakak. Padahal keduanya sangat berbeda satu sama lain, apalagi mengenai kepintaran. "Eh ngapain gue ngobrol sama lo yah, ntar ada yang gosipin gue sama lo lagi, aduh gak deh!" Kata Al bergedik ngeri. "Gue pamit yah, Alisa tunanganku!" Ujarnya membuat cewek itu mendelik jijik. Alvaro sendiri merasa muak mengucap kata itu. Namun, memang itu kenyataannya, mereka berdua bertunangan bukan karena kehendaknya. Orang tualah yang berperan penting disini. *** Bel pulang berbunyi sedari tadi, anak-anak berhamburan pulang sedari tadi. Di kelasnya, Azzam sudah bersiap-siap hendak ke lapangan basket untuk bermain bersama teman-teman sekelasnya. Seperti biasa ia harus menengok sang adik di kelasnya dahulu. "Lo tungguin gue yah, gue bentaran doang kok mainnya. Cuma setengah jam," Azura mengangguk lemah lalu mengekori sang kakak. Mereka berdua pun melangkah pelan kearah lapangan yang sudah diisi beberapa anak cowok lainnya. Azura menghempaskan bokongnya pada kursi tangga di belakangnya. Matanya merunduk pada ponsel miliknya. Sesekali ia melirik kearah lapangan melihat bagaimana wajah senang seorang Azzam yang berhasil mencetak poin untuk timnya. Bibir Azura melengkung sempurna melihat itu, ikut merasa bahagia melihat kembarannya tersenyum lebar disana. "Napa lo? Udah gila senyum-senyum sendiri?" Azura berdecak kasar mendengar celetukan Alvaro yang muncul tiba-tiba. Lagian ini anak kenapa harus ada dimana-mana, udah berasa bayangan aja. "Bukan urusan lo," Al melompat dan mendudukan diri di sebelah gadis itu, "Temanin gue makan yuk, gue lapar!" Ujarnya tanpa beban membuat Azura mendelik kecil. "Dih ngapain?" Alvaro mengumpat kasar, "Yah sebagai teman gue kan lo harus nemenin gue makan anjir," Azura menoleh dengan mata memicing kearah pemuda itu. "Gue gak sudi, lagian gue gak punya teman modelan kayak lo," Azura kembali merunduk pada ponselnya, membuat Alvaro merampas ponselnya dan mau tidak mau mengejar cowok setan itu. "Alvaro siniin ponsel gue!" Ujarnya sembari mengejar Alvaro yang sudah kabur. "ALVARO!" Cowok itu tak menggubris malah mempercepat larinya. BUG Azura sukses terjatuh dan mendaratkan pantatnya pada lantai dengan mesranya. Ia tidak sengaja menginjak permen karet yang sudah dikunyah. Lagian siapa yang membuang sampah sembarangan. Alvaro menghentikan larinya dan menoleh melihat Azura sedang meringis kesakitan. Bukannya membantu cowok itu malah terbahak dan berjalan mendekat. "Mampus kan lo," katanya masih terbahak sembari berjongkok. "Gak lucu!" Kata Azura sembari merampas ponsel miliknya pada tangan cowok itu. "Lagian ngapain lo tiduran di lantai, kayak gak ada tempat tidur aja lo," "Gue jatuh gara-gara lo nyet, s****n bangat kan. Aduh kaki gue," ujarnya sembari beranjak dari tempat jatuhnya. Ia oleng, namun dengan cepat Al memegang kedua lengannya. "Gak usah pegang-pegang," galaknya membuat Al bergedik ngeri. Line ! Suara chatt masuk pada ponsel keduanya, membuat mereka merunduk dan melihat isi pesan tersebut. Mata Azura melebar melihat foto di layar pipih itu, Alvaro sendiri mendongak menatap Azura yang sudah mengigit bibir takut sekaligus kesal. "Lo gakpapa?"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD