Raisel menatap pada gedung hotel tempat Ardam menikah dengan Lesya. Matanya menatap nanar pada gedung hotel itu. Rasanya sungguh sangat membuat dirinya iri dan menyakitkan sekali, karena dirinya melihat semua yang ada di hotel ini memang seperti apa yang diimpikan oleh dirinya, tidak ada yang berbeda dari apa yang dipikirkan oleh Raisel. “Kau kenapa diam? Kau pasti iri, ‘kan?” tanya Ardam menyeringai pada Raisel. Raisel yang mendengar apa yang dikatakan oleh suaminya itu, tidak berniat menjawab pertanyaan dari suaminya. Matanya melihat pada bunga tulip. “Bukankah lebih cocok mawar merah?” tanya Raisel pada Ardam yang melihat padanya dengan ekspresi datar. “Kau jangan sebut tentang bunga itu! Lesya tidak suka dengan bunga mawar merah. Itu bukan bunga yang bagus sama sekali! Malahan it