“Noel, kau jangan menangis, kegagalan itu biasa. Ayo! Makan es krim!” “Kau itu tampan sekali!” Napas Ardam memburu membuka matanya dia menatap sekelilingnya yang mana dia masih di dalam kamarnya. Apa itu tadi? Kenapa dia merasa pernah mengalami itu semua. Ardam melihat jam baru jam dua siang. Ardam mengusap wajahnya kasar. Dia baru tertidur tiga puluh menit, sudah bermimpi hal itu. Ardam masuk ke dalam kamar mandi, lalu setelahnya keluar dari dalam kamar mandi dengan handuk yang mengantung di pinggangnya. Lesya yang melihat itu tersenyum pada kekasihnya yang sangat tampan dan menggoda sekali. Ardam melihat pada Lesya yang duduk di atas ranjang, Ardam memberikan senyuman manis untuk wanita itu. “Kau kenapa di sini sayang?” tanya Ardam pada kekasihnya. Lesya yang mendengar pertanya