Victor sama sekali tidak merencanakan untuk ... melumat tubuh Mawar. Ia hanya ingin memastikan sendiri luka-luka di tubuh Mawar. Tetapi ketika jemarinya menyentuh d**a Mawar, Victor tidak menyangka Mawar akan membusungkan dadanya.
Ia adalah lelaki. Mau tidak mau, perbuatan Mawar telah menaikkan gairahnya.
Awalnya, ia menyentil p****g Mawar hanya untuk melihat reaksi gadis itu. Tetapi erangan gadis itu justru semakin memacu adrenalinnya. Suara gadis itu terdengar seperti madu di telinga Victor. Ia pun mulai memainkan p****g Mawar dengan jemarinya.
Inikah kenapa Pierre memercayai gadis ini?, tanya Victor dalam hati.
Entah kenapa Victor merasa kesal.
"Apa kau melakukannya dengan Pierre?" Tanya Victor lebih seperti mendesah di atas wajah Mawar.
"Huh?"
Gadis ini ... pura-pura tidak mengerti rupanya.
Karena jengkel, Victor sedikit mencubit p****g Mawar. Gadis itu mengerang kembali dan kedua tangannya seakan berpegangan pada pundak Victor. Sentuhan Mawar memberikan sensasi listrik pada tubuh Victor.
"Apa kau memiliki hubungan dengan Pierre? Itukah mengapa dia memercayaimu?" tanya Victor kembali.
Ketika Mawar lagi-lagi tidak menjawab, Victor yang semakin kesal mencubit lebih keras. Keheningan Mawar berarti mereka benar memiliki hubungan, bukan? Bila demikian, Mawar bukanlah perawan. Victor menjadi sedikit merasa tidak bersalah telah membuai tubuh gadis itu.
Bila dia sudah berpengalaman, tidak apa-apa bila aku lebih kasar....
Kemudian pria itu melumat p****g p******a Mawar satunya.
Aneh. Rasanya manis.
Terdengar jelas Mawar berusaha untuk menahan suara yang memaksa keluar dari tenggorokannya. Victor melihat usaha itu dengan gemas. Tentu saja Mawar gagal, gadis itu justru membuat suara rintihan seperti anjing yang ditinggal majikannya. Suaranya membuat Victor semakin ingin menggoda tubuh gadis itu.
Victor dapat merasakan organ di bawah pinggangnya menegang. Sejujurnya, sudah lama sekali semenjak Victor merasakan gairah seperti ini. Ia bahkan lupa kapan terakhir kali seorang gadis dapat membuatnya tegang.
Memang adalah praktik umum untuk para prajurit mengunjungi rumah pelacuran di daerah perang. Sebuah insentif untuk menaikkan moral sebelum mereka mempertaruhkan nyawa dalam medan penuh darah. Tak jarang Jenderal pasukan Victor, Damien, mengirim beberapa gadis untuk 'menaikkan moral' Victor pula. Namun Victor selalu menolak mereka. Karena mereka semua antara bergemetar ketakutan menghadapi Victor atau terlalu menyukai ide 'Monster dari Maraina.' Tidak ada dari mereka yang dapat membangkitkan gairah Victor. Pria itu bahkan berpikir ia sudah tumpul.
Entah kenapa gadis misterius di bawahnya ini mampu membangkitkan kembali gairahnya itu. Hal itu membuatnya ingin terus mencecap tubuh Mawar.
Tangan Victor mulai menurun, membelai perut Mawar yang rata kemudian memasuki rok Mawar. Jemarinya mencari pusaka gadis itu sementara bibirnya memberikan kecupan-kecupan manis pada leher Mawar.
Ia memiliki wangi mawar.
Tetapi ketika jemarinya menyentuh bagian dalam paha gadis itu, sesuatu telah menusuk kulitnya. Ia merasakan tubuh gadis itu tersentak. Mawar menghentikan tangan Victor dari menurun lebih lanjut, kuku-kuku jemarinya secara tak sadar menggores kulit Victor. Kepanikan terpajang di wajahnya. Dan yang membuat Victor kaget ... Mawar bergemetar.
"Kau adalah perawan," Victor seakan menghembuskan napas itu di atas wajah Mawar.
Victor merasakan seperti hatinya telah terlepas dari rantai ketika menyadari Pierre belum menyentuh gadis itu. Seharusnya dia bingung dan semakin mempertanyakan bagaimana hubungan mereka yang sebenarnya. Tetapi ... tidak bisa dipungkiri, hatinya merasa lega.
Aneh.
"Kita adalah suami istri. Kita harus melakukannya cepat atau lambat," kata Victor.
"Kita masihlah calon suami istri. Dan meski kau benar, kita tidak perlu melakukannya sekarang kan?"
Mata besar Mawar seakan memelas. Tangannya yang masih memegang lengan Victor masih bergemetar.
Victor mendecak tidak suka. Ia menarik tangannya dari balik rok Mawar lalu meletakkan kedua tangannya di kedua sisi kepala Mawar.
Ah, sial.
Melihat d**a Mawar yang tidak tertutup kain dan deru napas gadis itu yang masih sporadik mampu membuat gairah Victor kembali naik. Dengan cepat ia mengikat pita-pita pada gaun tidur Mawar. Hasilnya tidak karuan dan tentunya tidak rapi, tapi setidaknya sekarang tubuh gadis itu tertutup.
***
Mawar hanya diam saja melihat Monster dari Maraina itu mengikat kembali pita-pita di gaun tidur Mawar. Sebegitu mengerikannya kah luka di tubuh Mawar sehingga ia perlu menutupnya? Tapi bukankah tadi ia mencium serta melumat tubuh Mawar? Sekarang pria itu malah menganggap tubuh Mawar jijik...?
Huh. Pria memang membingungkan.
Meski ... sebenarnya Mawar bersyukur Victor melakukan hal itu. Jemarinya masih bergemetar.
Sejujurnya ia tidak mengerti pula. Mengapa ... ia ragu? Mengapa ia takut? Tentu dia sudah mengalami berbagai hal yang jauh lebih buruk. Namun ketika Victor menyentuhnya, rasanya seperti otaknya meleleh. Pikirannya yang selalu dapat menemukan jalan keluar dari setiap situasi, yang dapat merancang segala skema-skema.
Ketika Victor menyentuhnya, benang-benang logika di otaknya menjadi tidak karuan. Ketika Victor menciumi tubuhnya, tidak ada satupun jalan keluar yang dapat Mawar pikirkan. Pikirannya kosong. Bahkan bara api yang selalu menyala dalam dirinya seperti ... terpadamkan, tergantikan dengan api yang lain.
Hal itu membuat Mawar ketakutan setengah mati. Sensasi yang Victor berikan pada tubuh Mawar mampu membakar Mawar dengan rasa yang sangat tidak familier. Ketika tangan Victor menurun ke bawah rok Mawar, gadis itu merasakan sensasi geli di s**********n kakinya. Ia mengantisipasi sentuhan Victor. Tubuhnya ingin mencari tahu lebih apa yang sentuhan pria itu dapat lakukan.
Tubuhnya ingin menempuh jalan itu meski tiada alur yang pasti. Dan itu yang membuat Mawar panik. Ia membenci bila semua tidak berjalan sesuai rencananya. Rencana, logika, dan skema yang ia buat adalah benang-benang yang mempertahankan hidupnya. Bila satu benang teruntai, benang-benang lain akan terlepas pula. Seperti yang terjadi pada Rendre ... dan Pierre. Mawar berjanji untuk tidak akan kembali ke situasi seperti itu lagi. Ia sudah berjanji pada diri sendiri bahwa kali ini semuanya akan berjalan sesuai rencananya.
Jadi mengapa ... ia sekarang menginginkan untuk melempar semua rencananya?
Sebelum pikirannya dapat berubah, Mawar dengan panik menggapai lengan Victor sehingga menghentikan pria itu dari menyentuhnya lebih bawah. Ia dapat merasakan jemarinya bergemetar. Untuk menyembunyikannya, Mawar mencengkeram lengan Victor lebih kuat.
Pria itu dengan cepat menyadari bahwa Mawar adalah perawan.
Gawat.
Garis bibir pria itu menurun. Manik matanya menyiratkan ketidaksukaan.
Gawat. Gawat.
Mawar tidak bisa menghentikan jemarinya dari bergemetar lebih hebat. Ia terbiasa melihat tampang itu dari Rendre. Tampang ketika usaha Mawar tidak sesuai ekspektasi Rendre. Juga tampang ketika mantan ayahnya itu akan bermain tangan dengan Mawar.
Kemudian Victor menurunkan wajahnya. Dekat sekali dengan wajah Mawar. Hidung mereka bertemu, Mawar merasa tenggelam dalam lautan hijau di mata pria itu. Di sudut matanya, cahaya matahari semakin terang di antara sela-sela gorden. Cahaya itu membuat rambut pirang Victor terlihat bersinar.
Gadis itu tentu seharusnya sudah terbiasa dengan perlakuan kasar dari pria. Bertahun-tahun lamanya ia hidup dengan Rendre ... seharusnya ia sudah terbiasa. Namun ia sempat berharap bahwa pria di Maraina akan berbeda.
Ia berharap ....
Bodoh. Kenapa aku berharap pada awalnya?
Ia hanya tidak menyangka akan mendapatkan perlakuan kasar itu secepat ini. Ia baru saja terbebaskan dari kediaman Fullmeir, menempun perjalanan yang jauh dan tidak nyaman, dan ia hanya memiliki satu malam untuk bernapas lega?
Berhenti bergemetar. Ingat rencanamu, kau memiliki kontr–
Pikiran Mawar terhentikan ketika ia merasakan sesuatu yang lembut menyentuh bibirnya. Pupil matanya membesar ketika menyadari apa yang telah terjadi. Victor menciumnya di bibir.
Ciumannya ... lembut. Bibirnya mengusap bibir Mawar dengan hati-hati, seakan Mawar adalah gelas yang dapat dengan mudah pecah. Sebuah ciuman yang ringan dan ... manis.
Mawar masih membelalakkan matanya ketika Victor menyudahi ciuman itu. Manik hijau itu menatap lurus manik merah milik Mawar. Ternyata tanpa menyentuhnya pun, Victor masih dapat membuat pikiran Mawar menjadi kosong.
Aroma tembakau dan musk dapat dihidu oleh Mawar. Baunya entah mengapa menenangkan.
"Padahal tadinya aku berharap kau tidak takut padaku," kata Victor lirih, "Tch. Bodoh aku karena telah berharap."
Takut?
Kemudian Victor mengangkat dirinya dari kasur. Pria itu sudah berdiri ketika Mawar mencoba duduk.
"Kita sudah menyetujui untuk menjadi suami dan istri," katanya dengan suara berat, "Aku tidak punya waktu ataupun keinginan untuk menjaga seseorang yang takut padaku."
Pria itu sudah berada di ambang pintu ketika ia berkata untuk terakhir kalinya, "Dan ingat kontrak kita. Satu bulan dari sekarang, berikan informasi yang berguna untukku."
Pintu itu ditutup dengan suara yang kencang. Victor meninggalkan Mawar duduk di kasurnya sendiri tertegun.
Dia... aneh....