Kau adalah milikku

1240 Words
     Hembusan napas Ani terasa hangat menyentuh kulit lengan Desta yang bersedakep. Desta tidak mungkin meletakkan kedua telapak tangannya di atas tubuh Ani sementara kepalanya berada di atas pangkuannya setelah ia memaksa Ani untuk berbantalkan pahanya.      Anjuran dan juga cara yang salah telah dilakukan oleh Desta hingga merugikan dirinya sendiri. Ani dengan wajahnya yang tenang tanpa disadari olehnya, kepalanya telah membuat bagian tubuh terpenting Desta bereaksi. Reaksi yang membuatnya tersiksa.     Mata Desta tidak bisa lepas dari d**a Ani yang bergerak pelan karena tarikan napasnya yang lembut. Mengikuti instinknya, tangan Desta bergerak menyentuh gundukan yang membuat napasnya tidak beraturan.     Pelan tapi pasti Desta menggoda d**a Ani sampai wanita itu membuka matanya. Tatapan mata Ani seperti berkabut dan tidak fokus. Kesadarannya belum menyatu seutuhnya hingga Desta membungkuk untuk menyentuh bibirnya. Mulut Ani terbuka dengan cepat, bukan untuk menerima ciuman Desta tetapi karena dia begitu terkejut. Bagaimana Desta bisa begitu saja melakukannya sementara Marni dan sopir ada di bangku depan.      "Tuan," suara Ani begitu lirih hingga Desta semakin bersemangat melumat bibir ranum yang dia yakini baru dan hanya dia seorang yang menyentuh serta merasakannya.     Di bangku depan Marni dan Pak sopir tidak berani bergerak. Mereka tidak percaya yang dilakukan oleh Desta. Apakah majikan mereka seorang pria yang tidak bisa mengendalikan diri, ataukah dia memang sudah lama menyimpan hasrat terhadap Ani? Entahlah, mereka tidak berani berspekulasi lebih jauh lagi karena Desta dengan suara seperti orang mengeluh mengakhiri kegiatannya sambil merapikan baju Ani.      Ani sudah tidak tahu wajahnya berwarna apa saat pandangan matanya berserobok dengan Marni melalui kaca spion.      Ani tidak tahu harus berkata atau melakukan apa saat tangan Desta yang nakal kembali menyentuh dan menggoda garis p4yudaranya melalui tepian ketiaknya.      Saat Matahari sudah melewati tengah hari, mereka tiba di tempat tujuan. Rumah keluarga Braga yang hanya ditempati oleh pengurus rumah karena mereka tidak ada yang bersedia menetap dan tinggal di daerah terpencil dengan penerangan seadanya sementara jarak rumah yang satu dengan yang lainnya cukup jauh. Sebuah rumah pengasingan yang sangat sempurna.     "Apakah saya akan tinggal di sini?" tanya Ani ragu.      Rumah di depannya cukup besar tetapi terlihat begitu sunyi hingga ia tidak percaya keluarga Braga memiliki rumah di tempat yang menurutnya tidak sesuai.      "Ada apa, kau tidak menyukainya? Kalau kau tidak menyukainya kau bisa kembali ke rumah kontrakan yang lama setelah kau melepaskan statusmu."      "Status? Maksud Tuan?"      "Kalau kau meninggalkan rumah ini sama artinya kau bukan lagi sebagai istriku lagi. Mengerti?"      "Ya, Tuan."      Marni dibantu dengan sopir mengeluarkan tas milik kedua wanita itu sementara Ani segera membawa tas-tas yang sudah dikeluarkan sementara Desta, dia adalah majikan mereka semua yang tidak perlu melakukan apa pun. Hanya perlu duduk dan mengawasi para pelayannya bekerja.      "Biasanya siapa yang tinggal di sini Tuan?" tanya Marni memberanikan diri.      Belum lagi Desta menjawab pertanyaan Marni, pintu rumah terbuka lalu keluar pasangan suami istri yang sudah dihubungi oleh Desta sebelumnya.      "Maaf Tuan. Kami tadi ada di kebun belakang, tidak tahu kalau Tuan hari ini datang," sambut wanita yang usianya lebih muda dari Marni.      "Isah, Babay. Wanita yang lebih muda adalah istriku namanya Ani sementara yang lebih tua adalah Marni. Dia yang selama ini menemaninya. Dan Marni, mereka adalah pasangan yang selama ini menjaga rumah ini. Aku harap kalian semua bisa bekerja sama. Apakah kamar untuk kami semuanya sudah siap?" tanya Desta dengan matanya yang menjelajah.      "Semuanya sudah siap Tuan," jawab Isah pelan.      Dalam hati Isah heran, mengapa majikannya mau tinggal di rumah yang sudah sekian lama tidak pernah dikunjungi. Apakah mereka Bermaksud menetap? Isah mengikuti Ani yang digandeng Desta untuk memasuki kamar utama walaupun terlihat jelas, dia ragu-ragu.      "Maaf, apakah saya boleh panggil Kakak?" tanya Isah pada Marni.      "Panggil saja Bibik, saya sudah terbiasa dipanggil," sahut Marni pelan.      "Baiklah. Mari Bik saya antar ke kamarnya," ucap Isah sambil membantu Marni membawa tas nya.      Sementara itu di dalam kamar utama, Ani berdiri canggung di depan Desta. Ia gugup dan tidak tahu harus melakukan apa setelah keluar dari kamar mandi.      Ani pikir, begitu keluar dari kamar mandi dia tidak akan melihat Desta lagi karena bergegas kembali ke kota, ternyata dugaannya salah. Desta justru sedang berbaring di tengah-tengah ranjang yang begitu besar.      "Layani aku dan puaskan aku sekarang!" perintah Desta membuat tubuh Ani gemetar.      Sepanjang hidupnya Ani belum pernah menyaksikan film romantis, yang dia lihat selama ini adalah sinetron di televisi. Setahunya saat seorang suami melihat istrinya, kalimat yang diucapkan oleh pasangannya bukan seperti yang baru saja di dengar Ani. Apakah Desta memang tidak menganggap dirinya sebagai istri?      "Kenapa masih berdiri? Cepat kemari!"      Wajah Ani terlihat ketakutan membuatnya tidak mampu bergerak. Apakah Desta, seperti yang baru saja dikatakan akan memintanya untuk melakukan seperti dulu? Perlakuan yang membuatnya hamil?      "Ani, apakah aku harus membopong tubuhmu lebih dulu?" tegur Desta dengan suara dalam yang membuat Ani gemetar.       Ragu dan takut Ani berjalan mendekati ranjang tempat Desta berada. Keringat dingin mulai terasa di sekujur tubuhnya melihat Desta yang tiba-tiba bangun lalu duduk di tepian ranjang.      Desta meraih tubuh Ani dengan kedua tangannya lalu menyuruh Ani melepaskan bajunya. Desta menikmati proses saat Ani melepaskan kancing bluse nya dengan menyusurkan lidahnya mengikuti bagian tubuh Ani yang mulai terbuka.      Ani tidak bisa berpaling saat mulut Desta tiba di bagian dadanya yang besar.      "Aku menyukai dadamu, dan aku akan menghisapnya terus sebelum anakmu lahir," bisik Desta di sela-sela ciuman dan hisapannya. Ani tidak tahu berapa lama Desta menikmati tubuhnya sampai dia meminta Ani melakukan hal yang sama pada tubuhnya.      Pikirannya lumpuh saat ia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Dengan gerakan kaku ia mulai mengikuti perintah Desta sampai akhirnya Desta tidak sabar lagi untuk memasuki tubuhnya.      Mengapa rasanya berbeda ketika pertama kali Desta memasuki tubuhnya. Apakah karena ini yang kedua kalinya ataukah karena sikapnya yang menerima? Ataukah karena ia sudah lebih siap dibandingkan yang pertama? Sangat banyak ataukah lain yang membuatnya semakin merasa kepalanya berputar.      Ani tidak bisa menjawabnya karena ia langsung jatuh tertidur tidak lama setelah Desta mengeluarkan miliknya.      Desta tersenyum memperhatikan wajah perempuan yang baru dia nikahi pagi tadi. Wajah seorang wanita berprofesi sebagai pelayannya yang kini sedang mengandung anaknya.      Dengan gerakan lembut tangannya menyentuh perut Ani yang masih rata sambil berbicara pelan,    "Kalau nanti kau adalah laki-laki, ayah akan membawamu segera untuk tinggal bersama dan memakai nama ayah di belakang namamu, tapi kalau kau perempuan...kau akan terus bersama ibumu sampai ayah menjemputmu pulang."      Setelah itu Desta turun dari tempat tidur untuk membersihkan tubuhnya. Ia tidak bisa menginap di rumah ini, tetapi keinginan untuk terus bercinta dengan Ani sangat besar.      Masih dengan memakai handuk, Desta keluar dan ia tidak melihat keberadaan Ani, kemana wanita itu. Desta baru membuka mulutnya untuk memanggil ketika pintu kamar terbuka, terlihat Ani dengan rambut yang basah dan juga daster yang basah.      "Apa-apaan kamu," tegur Desta marah.      Mengapa wanita di depannya begitu menggoda untuk di sentuh? Ani hanya memakai daster yang basah bukan lingerie super mini yang hanya menutupi bagian intimnya saja, tetapi yang dirasakan Desta sangat besar pengaruhnya.      "Maaf Tuan, saya baru mandi di kamar sebelah," katanya lirih.      "Sekarang lepaskan daster basah yang kau pakai!"      "Tapi...tapi saya belum memakai pakaian dalam, Tuan," ucap Ani menolak.      Seringai jahat menguak di bibir Desta. Tanpa menunggu lagi, ia melepaskan daster basah Ani dan menyentuh semua bagian tubuh wanita itu yang masih tercium bau segar dari sabun yang dipakainya.      "Selama aku ada di rumah ini. Kau tidak akan pernah keluar kamar tanpa seijinku. Dan jangan pernah sekali pun memakai pakaian. Kau mengerti!"      Perintah Desta begitu tajam dan tegas hingga Ani hanya bisa mengangguk. Apalagi yang bisa ia lakukan pada saat Desta meletakkan mulutnya pada bagian paling intim di tubuhnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD