Setelah pak Joko membukakan gerbang untuk dirinya, dan semua murid sedang berada dilapangan karena upacara pagi setiap hari senin akan segera di mulai.
Langkah Joe menaiki anak tangga untuk menuju kekelas, suara bel berbunyi, menandakan bahwa upacara sudah di mulai, siswa- siswi yang sudah dilapangan sedang merapikan barisan mereka setiap perkelasnya, sedangkan Joe tidak peduli dan sangat malas untuk berdiri didalam terik matahari yang sedikit menyengat hari ini menurut Joe, walaupun sebenernya cuaca pagi sangat sehat, gadis itu tetap tidak peduli dan sialnya perutnya sedari tadi terus keroncongan.
Sesudah di dalam kelas yang hanya Joe seorang, gadis itu menjatuhkan badannya untuk duduk di bangku kesayangannya, dan menidurkan kepalanya diatas meja.
Gadis dengan rambut terurai itu memutuskan tidak ikut upacara untuk kesekian kalinya, sebagai mana Darma sudah menyuruhnya sebelum laki-laki berumur 49 tahun itu memaafkan kejadian yang dilakukan pagi ini.
Disisi lain seseorang yang sedang bertugas memeriksa setiap kelas untuk melihat murid- murid bengal yang tidak ikut upacara dipagi hari, saat pandangannya melihat seseorang sedang tertidur dikelas 12 IPA 3, Gisha tau siapa dia, membuat lelaki itu ragu untuk memastikan, tetapi melihat dia sedang tetidur pulas di kelas, mau tidak mau Gisha memutuskan menghampiri gadis itu.
Dan sekarang Gisha sudah duduk tepat disebelahnya, menatap lekat wajah cantiknya setiap inci, laki-laki itu tersenyum tipis menandakan bahwa ia benar-benar menikmati pemandangan dihadapannya dan mampu membuat Gisha enggan untuk berpaling.
Dipikir-pikir dari sekian mantan Gisha yang lain, hanya Joe yang cantiknya melebihi segalanya, sebenarnya bukan hanya fisiknya yang cantik, namun Joe itu gadis yang mempunyai daya tarik tersendiri dan jujur Gisha pun tidak bisa mendeskripsikannya seperti apa.
Namun entah kenapa pikiran lelaki itu tiba-tiba terbesit mempunyai rasa penyesalan kepada Joe yang memutuskan hubungan mereka secara sepihak tanpa memberi tahu apa alasannya kepada gadis itu.
Gisha terus menatap kearah Joe tanpa berniat untuk membangunkan, sebetulnya Gisha juga tau bahwa Joe korban Broken home sejak kecil, sehingga membuat karakter dirinya sedikit bar-bar, belum lagi sikap yang sedikit tidak punya sopan santun, begitu juga untuk masalah yang sekarang tersebar, sehingga membuat gelarnya menjadi ketua osis di ragukan akibat berita yang tidak mengenakan itu.
Ya, ini jalan yang Gisha pilih, walaupun yang sebenarnya tidak seperti yang kalian pikirkan, yang jelas Gisha belum bisa menjelaskan secara terang-terangan apa yang terjadi, namun yang pasti adalah Gisha benar-benar mencintai gadis dihadapannya sampai detik ini, perasaan tersebut tidak pernah berubah sedikitpun.
Karena apa yang dia lakukan sekarang jelas beralasan, salah satunya untuk melindungi Joe agar kehidupan gadis itu selalu tentram dan aman, agar semua orang menghargai kehidupan Joe.
Jari-jarinya membenarkan dengan pelan helaian rambut yang menutupi wajah Joe, lagi-lagi bibir di wajahnya tersenyum melihat wajah polos yang sedang tidur ini.
Baiklah, Gisha benar-benar sudah memutuskan. Gisha ingin menyelesaikan drama sampah dengam Alin mulai sekarang, mau bagaimanapun kedepannya nanti itu bisa difikirkan.
Yang jelas Gisha benar-benar tidak bisa membiarkan Joe semakin jauh dari genggamannya, ia masih ingin Joe berada didekatnya sampai kapan pun itu.
“Kak Gisha?” Panggil Dewi adik kelasnya yang juga statusnya anggota osis, hari ini Gisha partoli dengan gadis itu.
“Kak Joe...Mau di catet juga?” Tanyanya ragu.
Gisha kembali menatap Joe, lalu pandangannya beralih kepada Dewi disertai helaan nafas pelan.
“Gak usah, tolong rahasiaiin ini ya Wi,” pintanya.
Dewi diam, lantas mengangguk dan tersenyum, tanpa disuruh pun Dewi melangkahkan kakinya pergi dari situ.
“Definisi cowok buaya,” Ucap Dewi setelah melihat apa yang dilakukan Gisha barusan dan melihat kejadian dikantin kemarin yang mampu menjadi bahan gosip dan trending di sekolahnya.
•••••
“Kenapa sih?” Tanya Satya yang sudah masuk kekelas setelah upacara pagi selesai, semua murid 12 IPA 3 sudah ada beberapa yang ada dikelastermasuk Arga dan Satya.
Melihat wajah Joe yang tidak bersemangat itu Satya sedikit khawatir, tubuhnya ia jatuhkan keatas kursi dan duduk tepat disebelah Joe.
“Sakit ya?” Tanya Satya lagi sambil memegang keningnya, Joe hanya menggeleng. Mood entah kenapa menjadi menurun pagi ini, apa karena dirinya belum sarapan? Tapi kan ia tidak biasa sarapan pagi, gak kaya Satya sama Arga.
“Datang bulan?“
Joe berdecak, “Apaan sih! Engga,”
“Ya terus kenapa anjir, ditanya diem aja, sekalinya di jawab ketus banget,” ucap Satya.
“Males belajar gue,” kali ini Joe menjelaskan.
“Ah, itu mah emang penyakit lo,”
Joe tertawa pelan, tubuhnya ia sandarkan ke tembok dan kali ini menghadap kepada Satya, “Ada ulangan gak sih kali ini?”
“Gak ada,”
“Bagus deh, pengen bolos,”
“Jangan ngajakin gue,”
“Dasar ginjal monyet!” Maki Joe membuat Satya dan gadis itu tertawa bersamaan.
Disisi lain, Justin yang sedang berada diruang periksannya berdiam dengan pandangan kosong, Jesicca yang sedari tadi disana untuk menunggu pasien memperhatikan atasannya itu dengan perasaan khawatir.
Karena menurutnya selama Jessica bekerja menjadi asisten Justin, laki-laki itu tidak pernah melamun, terkecuali disaat perasaannya sedang terganggu seperti halnya 2 tahun yang lalu, dimana istrinya meninggal dunia dan mengakibatkan Justin menjadi duda.
“Pak?” Panggil Jesicca pelan.
Justin menoleh, sedikit mengerjap saat Jesicca memanggilnya.
“Ya kenapa Jes? Udah dateng pasiennya?“
“Belum pak,”
“Terus? Jazzy mau dijemput?”
“Belum juga pak,”
“Lah terus?” Tanya Justin bingung.
Jesicca menggarungkan pipinya yang tidak gatal, merasa tidak enak karena sudah memecahkan lamunan Justin, tapi kan gimanapun juga melamun itu gak baik, kalau kesambet gimana? Jessica juga yang repot! Apalagi Jessica anti banget sama hal-hal yang berbau mistis
“Bapak ngelamun mulu, ada masalah?” Tanya Jessica memastikan.
Justin diam, ia menghela nafas sambil menatap Jesicca sekilas, sedangkan gadis itu masih menatap Justin dan menunggu jawaban dari laki-laki yang berada di hadapannya.
“Menurutmu, jika saya menikah lagi. Pendapatmu seperti apa?” Ucap Justin sambul menyenderkan tubuhnya.
“Maksudnya Pak?” Ucap Jessica masih tidak paham dengan arah pembicaraan yang di mulai Justin.
“Saya sedang jatuh cinta dengan seseorang,” jawab Justin.
Jessica mengangguk, kali ini gadis yang berstatus bawahannya Justin itu paham kearah pembicaraan ini.
Sebenarnya kenapa Justin bisa seterbuka ini dengan asistennya, karena sebelumnya Jessica adalah asisten Anna-Istri Justin, sampai pada akhirnya gadis itu ikut bekerja dengan Justin dimana Jessica memilih menikah dengan laki-laki ini dan berakhir Jessica menjadi asisten untuk Justin juga, contohnya sekarang.
Maka dari itu Justin tidak segan-segan membicarakan hal seperti ini walaupun untuk meminta saran sekaligus bertukar fikiran.
“Janda juga pak?”
Justin menggeleng, “Masih anak SMA,”
“Gimana pak?” Tanya Jessica memastikan, kali ini Jessica benar-benar tidak ingin salah dengar.
“Iya, dia anak SMA,” jawab Justin memastikan.
Jessica menelan ludahnya, menatap ragu kearah Justin yang sedang menatapnya untuk mendengar saran dari dirinya.
Sebelumnya Jessica tahu perihal pasien Justin-Pak Dikta memintanya untuk menikahi anak gadisnya, dipikirinya Justin gak akan menerima permintaan konyol tersebut. Ya jelas konyolah lah! Gimanapun itu Pak Dikta dengan Justin hanya sebatas dokter dan pasien, tidak sedekat dan seintim selayaknya keluarga.
Tetapi setelah Justin berbicara seperti ini, baginya sudah cukup jelas bahwa Justin benar-benar ingin menuruti keingin konyol pasien langgannanya tersebut.
Baiklah, biarkan. Bagaimanapun Jessica disini hanya sebatas bawahan Justin sekaligus baby sitter Jazzy.
Apapun keputusan Justin itu memang pilihan laki-laki itu dan mungkin untuk kebahagiaan Jazzy juga karena bagaimanapun Jazzy masih membutuhkan kasih sayang seorang ibu.
Tetapi, ayolah! Gadis yang di cintai Justin masih anak SMA. Benar-benar tidak habis fikir.
“Jess?” Ucap Justin, Jessica sedikit terkejut, gadis itu tersenyum tipis kearah Justin yang benar-benar sedang ingin tahu pendapatnya, sial!
“Iya Pak, maaf,” jelas Jessica kikuk, gadis itu menghela nafas.
“Sebenarnya saya sih tidak melarang bapak berniat untuk menikah lagi, itu berita bagus juga bagi saya karena bagaimanapun Jazzy masih membutuhkan sosok seorang ibu,“
“Akan tetapi, jika calonnya anak SMA. Apa tidak masalah pak? Maksud saya begini,“ kali ini Jessica benar-benar berusaha berbicara agar Justin tidak tersinggung dengan ucapannya.
“Bapak kan tahu ya anak SMA gimana, masih labil lah intinya, dan masih seneng foya-foya. Kalau dia lulus terus dihadapkan dengan dunia pernikahan apa bapak nantinya tidak akan menyesal karena bagaimanapun anak muda bel-“
“Jess, kamu kan tahu saya dan Anna menikah di umur 19 tahun,” potong Justin.
Jessica tersenyum kikuk, bodoh! Benar-benar bodoh sekaligus memalukan, bagaimana bisa ia melupakan hal itu yang jelas-jelas dirinya sudah bekerja selama bertahun-tanun dengan mereka? Rasanya Jessica benar-benar ingin menghilang secara sekejap.
“Ah, maaf saya lupa,”
Justin berdecak sekaligus tertawa pelan, seakan-akan memaklumi sikap Jessica tadi, “Tapi Jess, saya akan memastikan bahwa pernikahan kali ini tidak berdasarkan kesalahan seperti halnya masa lalu,” jelas Justin mantap.
TOK TOK TOK
Perawat berumur 20 tahun masuk dengan permisi kedalam ruangan, “Permisi dok, pasiennya sudah datang,” katanya sebari menyodorkan riwayat pasien kepada Justin.
Justin membaca itu sekilas, lantas mendongakkan kepalanya dan menatap perawat itu dengan senyuman kecil.
“Terima kasih, Jess suruh pasiennya masuk,” Suruh Justin yang sudah bangkit dari duduknya untuk memakai jas putih yang biasa digunakan untuk dokter.
••••
“Emang lo udah yakin bakal nikah sama tuh cewek setelah pertemuan gak jelas kemarin?” Tanya Farras yang sedang duduk sangai sebari memakan spageti buatan Justin di apartemennya.
Justin yang baru saja selesai mencuci piring itu menaruk celemek yang ia gunakan, melihat Farras dengan tidak sopannya memakan spageti duluan hanya memutar bola matanya jengah, definisi tetangga yang gak punya adab.
“Yakin, malah udah gue beliin cincin juga,” ucap Justin yang sudah tidak peduli dengan sikap Farras, laki-laki itu mengambil satu piring di rak lalu menyendokan spagetti beberapa porsi diatas, ngomong-ngomong spageti buatannya memang benar-benar membuat perutnya lapar.
Farras yang mendengar itu tersedak secara tiba-tiba, sialan Justin. Bisa-bisanya sih ni om-om kalau ngomong gak pernah di fikir.
“Minum dulu,“ Justin menyodorkan gelas berisi kan air mineral, segera Farras menerima pemberian Justin dan meminumnya.
“Terus tuh cewek nerima cincin pemberian lo?”
Justin mengangguk sebari memakan spagetinya santai.
“Parah-parah! Gue gak nyangka tuh cewek bisa nerima cowok modelan begini,”
“Si babi!” Maki Justin.
“Lah, gue serius anjir! Ya secara lah lo-“
“Secara muka gue ganteng jadi dia mau nerima gue,”
“Pede banget hidup lo sat,” sarkas Farras sambil memutar bola matanya jengah.
“Tapi jujur,” Farras menggantungkan ucapannya. “Gak lo cepak cepak jeger kan om?”
“Ngeremehin gue ya lo lama-lama! Bener anak dakjal lo,”
“Ya gue kan nanya,” ucap Farras yang merasa tidak bersalah.
“Gini ya gini, gue kasih tahu,“ Justin meminum air mineral secara habis yang sudah ia siapkan tadi, lalu tiba-tiba laki-laki itu bersendawa pelan.
“Masalahnya, disini gue yang jatuh cinta duluan,“ lanjutnya lagi, dan kali ini Farras benar-benar tersedak untuk yang kedua kalinya.
Anak setan emang, batin Farras.