Basket

1721 Words
Joe melihat notif ponselnya, masih tidak ada pesan dari Justin setelah tiga hari dia pergi untuk mengurus pekerjaan Joe, gadis itu menghela hanya nafas sebari menatap layar ponselnya, rasa rindu itu semakin mencuat tidak karuan sebagaimana ia benci lelaki tua sialan, Joe harus mengakui itu. Langkahnya masuk kedalam halaman sekolah, hari ini ia memakai baju olahraga, karena untuk seminggu ke depan sekolah di penuhi dengan perlombaan antar kelas untuk memperingati tujuh belas Agustus, jujur saja bagi Joe untuk merayakan ini benar-benar seperti halnya anak kecil, ya bukan berarti Joe tidak cinta tanah air kalau hanya ingin memperingati dan memeriahkan hanya upacara saja kan bisa, tidak perlu repot-repot lomba sebelum tanggal tujung belas mendatang. Ya ampun, kenapa sih Joe kalau punya pikiran julid banget, padahal hal seperti itu tidak merepotkan sama sekali padahal. "Pagi-pagi dah kusut aja muka lo," Suara yang Joe hafal terdengar ke indera pendengarnya. Joe menoleh, disebelahnya ada Gisha yang tiba-tiba saja muncul, cowok itu merangkul Joe dengan perasaan tidak peduli segimana orang-orang sudah memperhatikan mereka sekarang dan itu membuat Joe mendengus kesal. Bagus! Akan ada gosip baru lagi tentang dirinya jika terus menerus seperti ini. Tapi karena Joe yang mageran dan bodo amat-kadang-kadang, ia tidak peduli dengan hal itu saat ini dan ia memilih membiarkan tangan Gisha merangkul tubuhnya. "Belum makan ya lo?" Tanya Gisha lagi, kali ini Joe menggeleng. Ya apa salahnya sih? Toh memperbaiki hubungan dengan mantan walau hanya sebatas teman saja sekarang kan itu hal wajar. "Yaudah kita ke kantin, gue yang traktir oke? Jangan ada penolakan!" Paksa Gisha. Dan untuk kesekian kalinya, Joe menurut lagi dengan Gisha. “Iya-iya serah lo,” Jawabnya malas. “Jazzy gimana? Aman?” Kali ini Koe melemparkan pertanyaan kepada Gisha. Laki-laki itu hanya mengangguk pelan, “Aman kok, tadi pagi udah minum obat pas sesudah sarapan,” Joe hanya ber-oh ria, kemudian pandangannya ia alihkan kembali kedepan. Sampai pada dikoridor menujun kantin pun semua orang pandangannya tertuju pada mereka berdua. Hash! Apa menariknya sih ngelihatin mereka berdua? “Kayaknya lo fine-fine aja ya kalau Jazzy manggil lo dengan sebutan Bunda,” Sindir Gisha dan itu mampu membuat Joe mendengus kesal untuk yang kedua kalinya sekaligus memutar bola matanya jengah. “Ini masih pagi banget loh Gish,” Jawab Joe sabar, tubuhnya ia dudukan di atas kursi yang sudah di sediakan di kantin. “Bude! Bubur dua porsi kaya biasa ya! Yang satu jangan pake sledri sama kacang terus bawang gorengnya di banyakin. Oh iya hampir lupa kerupuknya di pisah,” Setelah Gisha yang juga duduk tepat di sebelah tubuh gadis itu. Ia teriak memesan bubur ayam kepada tukang bubur yang biasa jualan di kantin. Ngomong-ngomong Joe sedari tadi mendengarkan disaat Gisha memesan bubur tersebut secara detail, tak di sangka ia masih menghafal apa yang Joe suka dan apa yang tidak Joe suka. Tanpa sadar dan tanpa di ketahui Gisha, senyum Joe mengembang. ============ “Joe lo serius balikan sama Gisha?” Tanya Arga. Kali ini Joe sudah berada dikelas berkumpul dengan teman-temannya yang sedang memoersiapkan tanding untuk perlombaan beberapa menit lagi. “Siapa juga sih yang balikan Ga, ngaco!” Jawab Joe malas, sumpah ya ini tuh hal yang gak penting banget! Kenapa sih semua orang harus se-kepo itu dengan hubungan dirinya dan Gisha terutama. Emangnya mereka berdua sepenting itu apa di mata semua orang? “Lah buktinya tadi pagi, udah rangkul-rangkulan, terus udah sarapan bubur bareng, berasa bernostalgia gue, iya gak sih Sat? Gemoy banget jadinya,” lanjut Arga sebari menunjukan muka konyolnya yang rasanya ingin Joe tonjok. “Jujur aja sih Joe, lagian ya gue sama Arga selow-selow bae kalo emang kalian balikan lagi,” Kali ini Satya yang berucap dengan nada yang terkesan tidak enak di dengar. “Sat, kok lo gak percaya sama gue sih? Lo kan tau sendiri Gisha brengseknya kaya gimana,” Bela Joe dan itu membuat Satya terkekeh pelan. “b******k sih, tapi bikin gagal move on juga percuma,” “Lah kok lo sensitif banget sih?” heran Joe kepada Satya, laki-laki itu kenapa pagi-pagi begini kaya ngajak ribut kepadanya? Arga yang paham situasi hanya berdecak. “Udah-udah lo gak usah dengerin Satya, udah tau temen lo yang satu itu sering datang bulan. Iya kan?” Joe menghela nafas, heran dengan kedua temannya yang selalu punya pikiran abstrak seperti ini, terutama kepada Satya yang suka tiba-tiba sensitif kalau itu berhubungan dengan laki-laki apalagi tentang Gisha. Joe yakin, mereka berdua pasti lupa apa kesalahan Gisha kemarin tetapi dengan mereka yang berbicara asal kaya tadi itu menandakan karena sudah jelas smereka benar-benar lupa. “Kalian mau ikutan lomba apa?” alih Joe sebari memakan snack yang dibelikan oleh Gisha tadi. “Seperti biasa, basket. Lo harus jadi supporter kita ya Joe, suruh anak-anak ngumpul nanti,” Jawab Arga, Joe mengangguk gadis itu tersenyum melihat kedua sahabatnya. Entah apa yang ada dipikiran Joe sekarang, namun yang jelas gadis itu merasa beruntung masih ada dua orang t***l yang selalu bersedia kapan pun untuk menghibur dan menemaninya. Suara bel berbunyi, tanda bahwa perlombaan akan dimulai, kedua mata Joe memandang teman-teman sekelasnya yang berburu keluar kelas untuk melihat perlombaan pertama yaitu basket. Hal biasa dari tahun ketahun Basket seperti kewajiban di sekolah ini. Satya, Arga dan teman-teman lainnya yang ikut serta untuk bermain basket sudah mempersiapkan diri, Joe bangkit lantas merangkul kedua cowok yang tadi sama-sama sibuk membenarkan sepatu mereka. “Gue tunggu dilapangan ya sama Nakula dan yang lainnya, good luck buat kalian!” Teriak Joe membuat teman-teman cowoknya semangat. “Betewe, emang lo pada bakal tanding sama siapa?” lanjut Joe lagi. “Kita tanding sama kelas 12 IPA1,” Jawab Ray yang juga akan ikut bertanding, Joe melotot menoleh kearah Arga dan Satya bergantian yang sudah terkekeh pelan. Sumpah! Ini ngaco, gak mungkin kan pertandingan pertama harus mereka? Please, yang jelas mereka akan tanding dengan Gisha yang notabene nya ketua basket dan anak 12IPA1 itu didikan Gisha semua. Dan mengharuskan lawan dengan Arga, Satya dan teman-temannya yang gak ada bakat basket sama sekali, apalagi anak basket dikelas hanya Ray doang. Walaupun begitu bukan berarti mengandalkan Ray seorang dong. “Yang ngurus perlombaan siapa sih njir? Ngaco banget ngasih lawan, sumpah harus gue kasih pelajaran, berani-beraninya nyenggol temen-temen gue,” “Udah lah Joe, lagian kan ini buat hiburan aja lagian kalopun menang pasti hadiahnya cemilan lagi kaya tahun kemarin, gak usah heboh, kita-kita lagian santai kok,” jelas Roni yang juga ikut serta untuk bermain basket. “Guenya yang gak santai, gue pengen ditahun terakhir 12 IPA 3 tuh punya gelar juara umum gitu!” Arga tertawa, cowok itu menjitak rambut Joe pelan membuat gadis itu membalasnya dengan melotot. “Ambisius lo berlebihan, tapi gak apa-apa sih, apapun kita kasih buat lo, iye gak coy,” Semua temannya menyetujuinya, memberi senyuman hangat kepada Joe, ya hanya Joe di kelas, seorang gadis yang hampir akrab dengan semua cowok di sekolah, melihat mereka yang mengusahakan agar kemauan Joe terturuti. “Tapi kalian take care ya, lo tau sendiri ada si setan Andri yang main kasar banget, pokoknya kalian semangat! Oke?” ===== Suara sorakan terdengar di indera pendengaran Joe, pagi ini gadis itu berada dipinggir lapangan bersama Nakula, Gilang dan teman-temannya dari kelas lain, harus diingat hanya Joe yang berada ditengah-tengah kerumunan anak-anak laki, ya karena Joe seperti Ratu bagi mereka. Pandangan Joe melihat kearah Gisha dan beberapa temannya yang sudah masuk kelapangan, banyak yang berteriak memanggil namanya histeris, membuat Joe memutar bola matanya jengah, masih tidak berubah ternyata, Gisha yang selalu dipuja-puja oleh semua siswi disini. Dan akhirnya Arga, Satya dan lainnya pun ikut masuk kedalam lapangan, Joe tau perasaan mereka, dan yakin bahwa teman-temannya minder karena akan bertarung dengan anak-anak basket segimana bukan pemain inti, dan pemain inti hanya Gisha dan Andri disana. “Lo bener Joe, yang ngasih lawan temen-temen lo ngaco abis, masa mau di tarungin sama anak-anak basket semua gini, 12 IPA 1 coy! Hampir semua anak basket cowoknya,” celetuk Gilang, membuat Joe memandang cemas keteman-temannya. “Udah tau mereka bidangnya di tauran semua, bukan beginian, ya kecuali si Ray, tapi tetep gue gak yakin kelas lo lolos ke babak semifinal,” Rio pun menambahi, Joe menghela nafas lantas membalik kepalanya untuk memandang mereka berdua. “Bisa gak sih kalian berdua gak banyak bacot, doaiin aja temen-temen gue menang!” Semua diam, kembali fokus kearah lapangan yang ternyata pertandingan udah mulai. “Gue pengen tau panitia pelaksana siapa sih Osis kelas berapa? Berani banget,” emosi Joe sedikit naik saat grup Gisha belum apa-apa sudah cetak gol, sial! “Gue denger-denger sih bukan Osis aja yang nyiapin dan jadi panitia, tapi ada satu orang yang bukan Osis ikut campur,” Kali ini Nakula yang membuka suara, Joe menoleh kearah Nakula yang pandangannya masih melihat pertandingan. Suara sorakan masih terdengar, dan histerisnya para siswi memanggil nama Gisha benar-benar membuat dirinya semakin muak disini, oke baiklah bukan berarti Joe cemburu Walaupun faktanya Joe masih tidak bisa memastikan perasaannya. Dan lagi mereka mencetak gol untuk yang kedua kalinya. “Gue denger Alin yang ngatur semua perlombaan, dan pengen banget jadi panitia, karena anak Osis dan ketua Osis baru mereka gak bisa nolak Alin yang jelas kakak kelas mereka ditambah dia adalah dontur kedua sekolah,” jelas Nakula lagi. “Si anjing emang! Belum puas kena bogem gue lagi keknya tuh cabe,” Joe berdiri lalu naik kearah meja yang diduduki Joe tadi. "WOY!! ARGA! SATYA!! SEMUA ANAK 12 IPA3 JANGAN MAU KALAH SAMA BANCI-BANCI IPA1!!! TAU SENDIRI KAN LEVEL KALIAN DIJALANAN, BUKTIKAN DENGAN KONDISI YANG KALIAN PUNYA!"teriak Joe membuat teman-teman yang duduk dengan Joe menundukan kepalanya malu, benar-benar apa yang Joe lakukan memalukan. Joe memukul satu persatu teman-temannya, menyuruh mereka juga ikut berdiri dan memberi semangat ke mereka, kalau sudah begitu mau tidak mau mereka harus menuruti kemauan Joe. Hancur sudah harga diri mereka kalau harus menjadi pemandu sorak dadakan. Melihat hampir 15 orang cowok berdiri diatas meja sebari teriak menyebut nama 12 IPA3 membuat Joe tersenyum dan berkacak pinggang bangga. Semua teman-teman Joe tersenyum sumringah, yang tadinya sudah tidak semangat, akibat tindakan gila Joe tadi benar-benar mempengaruhi mereka. Saat Joe memandang kearah lapangan, pandangan Joe dengan Gisha bertemu, lantas beberapa detik kemudian Gisha tersenyum kearahnya, membuat Joe menaikan sebelah alis matanya aneh, dan sepekian kalinya Gisha memutuskan pandangan mereka, dan saat itu juga entah itu hanya perasaan Joe saja, Gisha seperti membiarkan teman sekelasnya mencetak gol. Dan itu dilakukan berulang-ulang kali.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD