Volly

1832 Words
“Lo pada gila ya? Nyuruh gue buat main voli cewek?” Omel Joe kepada teman-teman sekelasnya. Jelas-jelas sejak tahun pertama ia sekolah dan ada acara seperti ini Joe benar-benar tidak ingin ikutan karena menurutnya itu ribet banget. Dan sekarang? Mereka malah menyuruh Joe untuk mengikuti tanding Voli dan parahnya lagi lawan kelas mereka adalah 12 IPA 1 yaitu kelas Alin dan Gisha. Kalau tanding voli saat ini adalah bagian perempuan berarti jelas Alin ikut serta dong? Hah! Gak bisa, ini gak bisa di turutin kemauan teman-teman sekelas Joe. Karena bagaimana pun kalau dia emosi kagi hanya karena gedeg liat muka tuh nenek lampir yang ada bukan tanding voli tapi malah baku hantam. “Ayo dong Joe,” Mohon Ghea, sebenarnya bukan kemauan dirinya atau teman-teman sekelasnya. Hanya saja Lina tidak masuk hari ini secara mendadak karena penyakit lambungnya kambuh. Joe tetap menggeleng kepalanya, gadis itu tetap dalam pendiriannya. Kalau bilang tidak ya tetap tidak mau sampai lebaran kodok pun Joe tidak akan pernah mau. “Astaga! Lagian kan lo cuma ngisi lapangan doang kok. Ga perlu service atau nerima bola.” Kali ini Ray selaku ketua kelas membuka suara. Ia tahu Joe seperti apa, selama tiga tahun mereka satu kelas dengan Joe, semua teman-teman sekelasnya bisa memahami gadis itu. Maka dari itu di saat hal mendadak seperti ini tidak bisa terkendali mau tidak mau mereka harus memaksakan Joe untuk mengikuti tanding volly putri ini sebagaimana mereka tahu bahwa Joe akan menolak mentah-mentah dan tidak suka di paksa. “Kenapa harus gue sih? Kan ada Ratna,” Oceh Joe yang kedua matanya melirik ke arah gadis berkacamata yang sedang duduk di bangku miliknya. Mendengar namanya di sebut gadis itu menghela nafas panjang. “Kaki gue kan cedera Joe gara-gara kemarin tanding futsal sama Jihan,” Jelas Ratna pelan-pelan supaya ia tidak dapat omelan Joe yang terkadang bisa bikin kena mental. “Jihan?” Tanya Joe sebari mengerutkan dahinya. Gadis itu tampak berfikir, mengingat-ngingat satu nama yang tidak asing dalam indera pendengarannya. Paham dengan situasi Satya langsung membuka suara, “Jihan Joe, masa lo gak tau? Itu kan babunya si Alin,” Setelah Satya berucap seperti itu semua teman-teman kelasnya menatap Satya dengan raut wajah. “Lo gila ya Sat? Mau mereka ribut lagi?” Akan tetapi laki-laki itu mengedikkan bahunya tidak peduli. Ayolah, Joe itu harus di pancing dengan sesuatu yang menantang terutama kalau berurusan dengan musuh bebuyutannya di tambah lagi kalau musuhnya sudah berani menyenggol teman-teman sekelas Joe. Contohnya seperti tanding basket beberapa hari yang lalu, sebagaimana mereka kalah di seperapat semifinal, tanding Futsal yang mengakibatkan kaki sebelah kiri Ratna cedera belum lagi tanding catur yang jelas lawannya kelas mereka adalah mantan lomba catur tingkat provinsi. Itu sudah jelas di balik perlombaan ini ada dalang yang sengaja ingin melihat Joe dan teman-temannya kalah, maka dari itu jalan satu-satunya untuk membalas dendam kepada Alin hanya Joe yang bisa. Satya ingin melihat keributan besar nanti di lapangan. “Si kutu babi emang tuh cewek,” Joe bangkit dari duduknya. “Jam berapa kelas kita tanding sama longe-l***e kelas 12 IPA 1?” Tanya Joe. Melihat Joe yang semangatnya sedang membara seperti semangat empat puluh lima, sebagian dari mereka bersorak senang karena pada akhirnya dia mau mengikuti tanding volly ini sebagaimana mungkin nanti ada sedikit baku hantam di lapangan nanti. Namun sebaliknya ada juga di antara mereka yang gelisah karena mereka tahu kalau Joe sudah marah bakal seperti orang kesetanan alhasil lagi-lagi kelas mereka akan mendapatkan peringatan keras yang kesekian kalinya atas nilai tata krama dan attidtude siswa yang selalu ada di setiap bulannya. Untuk kelas mereka? Sudah jangan ditanyan dan jangan harap selalu bagus. Sejak dulu rapot tata krama dan attitude mereka selalu merah akibat kelakuan Joe dan teman-temannya. Akan tetapi untungnya, sebagaimana rapot kepribadian mereka merah terkadang masih bisa terselamatkan karena Pak Damar selaku kepala sekolah, dia selalu memaklumi hal tersebut. Benar-benar kelas mereka itu selalu berada di pihak keberntungan dan itu karena Joe. “Rat, gue jamin balas dendam lo bakal terbalaskan siang ini,“ celetuk Joe dan itu membuat semua teman sekelasnya bersorak senang. Peduli setan rapot kepribadian kelas, ini tahun terakhir mereka. Sebagaimana kelas mereka di cap bermasalah masih ada Joe yang bisa membantu mereka hanya karena ia keponakan dari kepala sekolah sekaligus mempunyai yayasan sekolah ini. •••• Saat ini Joe, Ghea, Tina, Putri, Tetra dan Dinda sudah berada di tengah-tengah lapangan. Dengan Joe yang memakai baju olah raga milik Ratna karena gadis itu tidak memakai pakaian olah raga saat datang ke sekolah tadi. Semua teman-teman sekelas Joe bahkan teman geng-gengnya sudah bersorak karena Joe mengikuti tanding antar kelas tahun ini, benar-benar rekor dan harus di rayakan memang. “Sialan! Gue gak nyangka Joe bener-bener ikutan beginian, padahal dari dulu dia anti banget sama hal-hal yang kata dia gak jelas,” Celetuk Nakula yang tubuhnya berada di tengah-tengah Arga dan Satya. Arga terkekeh, “Lo kudu berterima kasih sama Satya,” Ucapnya dan itu membuat Nakula menoleh ke arah Arga dan Satya secara bergantian menatap mereka dengan raut wajah tidak mengerti. “Satya mancing Joe dengan embel-embel Alin,” Cetusnya lagi. Akhirnya Nakula ber-oh ria kemudian bersorak senang dan bertepuk tangan sebari memanggil nama Joe dengan nada tinggi. “Gak sabar gue liat keributan besar di lapangan hari ini,” Pandangan Nakula mencari seseorang, setelah sorot matanya melihat Gilang dan Eko laki-laki itu memanggil mereka berdua. “Beli kacang garuda gih kalian berdua,” Suruh Nakula. “Ngapa tiba-tiba lo pengen kacang?” Tanya Eko bingung namun tangannya mengambil uang lima puluh ribu yang telah di sodorkan Nakula. “Bentar lagi Joe bakal ribut sama Alin di lapangan,” Jelas Nakula semangat, dan itu mampu membuat mereka berdua membelalakan kedua matanya dan menatap Satya seraya meminta kebenaran. Setelah Satya mengangguk mengiyakan sebari tersenyum, Gilang dan Eko menggeleng tidak percaya. “Anjing! Serius lo?” “Gila! Pantesan tuh anak mau ikutan tanding volly,” Kali ini Gilang ikutan heboh. “Mangkanya cepetan beliin kacang, terus panggil anak-anak yang di kantin. Biar ibu ratu kita semangat baku hantamnya di lapangan,” Ucap Nakula. “Si Babi,” Ucap Eko. Nakula, Arga dan Satya tertawa lalu pandangan mereka kembali fokus ke arah lapangan yang sebentar lagi tandingan akan di mulai. Alin dan teman-temannya sudah memasuki lapangan juga, semua suara bersorak ke arah mereka. Dengan adanya Joe dan Alin di tandingan ini, membuat semua murid di sekolah memahami keseteruan di antara mereka berdua. Sejak dulu Joe dan Alin tidak pernah akur bahkan berdamai, sampai-sampai alumni sekolah bahkan angkatan baru pun sudah tidak heran dengan perseteruan mereka berdua. Gisha yang juga melihat pertandingan ini di pinggir lapangan hanya mengangkat senyuman tipis di bibirnya. “Gish, cewek lo bener-bener ikutan tanding kali ini?” Hendra bertanya, semua teman Gisha benar-benar tidak habis fikir dengan pertandingan kali ini. Seperti halnya sudah di rencanakan, akan tetapi mereka benar-benar tidak tahu siapa yang mengatur pertandingan lomba antar kelas untuk tahun ini. “Kacau sih kalau sampai ada yang curang, Joe bisa-bisa ngamuk lagi. Yang ada Mantan lo jadi sasaran,” Kali ini Agung ikut bersuara. Iya, setelah kejadian di parkir beberapa tempo lalu, di saat Gisha memutuskan hubungannya dengan Alin di depan semua orang. Satu sekolah pun tahu akan hal itu, bahkan mereka juga tahu setelah kejadian drama yang di lakukan Gisha dan Alin, laki-laki yang di kenal buaya saat ini mencoba mendekati Joe kembali. Bahkan sudah banyak yang mengira kalau mereka sudah menjalin hubungan lagi, ada juga yang tidak percaya, bahwa mereka semua masih mengingat seorang laki-laki dewasa yang selalu menjemput Joe pulang sekolah. “Lo mau taruhan berapa nih kali ini kalau seandainya Alin habis lagi di tangan Joe kaya yang sudah-sudah?” Tantang Reza yang tidak sabar dengan apa yang nanti terjadi. “Gue berani taruhan cepe sih, Joe mantan pemandu tawuran antar sekolah anjir! Masa iya gue megang Alin yang menye-menye,” Hendra menaruh uang seratus ribu di hadapan mereka. Semua gelak tawa terdengar setelah Hendra mengucapkan perkataan tersebut. Entah, mereka benar-benar yakin sekarang kalau Joe benar-benar akan melakukan permainan yang seru saat ini, di tambah semua orang pun tahu Joe jago nya kaya apa walaupun ia hanya seorang perempuan. Kalau Alin? Jangan di tanya deh. Bahkan di saat Gisha berpacaran dengan gadis itu teman-temannya sendiri aja gedeg banget! Suara peluit berbunyi, service bola pertama di lakukan oleh Jihan, dan itu membuat Joe semakin emosi melihat wajah babu-babunya Alin yang tidak jauh dari tempat Joe berdiri. Permainan masih berjalan lancar dan tentu mereka berhasil mencetak gol pertama, semua penonton melihat itu berteriak kecewa. Dengan lawan yang jelas-jelas anak eskul Volly semua kecuali Alin, itu cukup membuat Joe semakin emosi. Setelah mereka berhasil mencetak gol selama enam kali berturut-turut saat mereka menyerang dengan service andalan Jihan, belum lagi Joe sekaligus teman-temannya tidak bisa menerima bola dengan baik. Akhirnya kali ini waktunya Joe meng-service bola sesudah Jihan tidak sengaja menjatuhkan bolanya menjadi out. Joe memang tidak mempunyai basic sama sekali yang berhubungan dengan volly, olah raga aja males gimana ini? Tetapi karena kelebihan Joe sejak dulu adalah selalu bisa melakukan sesuatu hanya dengan sekali lihat, akhirnya Joe bisa meng-service bola dengan baik. Namun bukannya mengarahkan bola tersebut untuk memberi bola kepada lawan, yang ada Joe meng-service bola untuk mengenai Jihan. “ANJIR!” keluh Jihan disaat Joe berhasil mengenai kepala gadis itu, senyumannya melebar dan teman-teman sekelas Joe sekaligus temam-teman gengnya bersorak senang karena Joe behasil memasukan bola walaupun dengan cara seperti itu. “GAS TERUS JOE!!! GAS!” Teriak Feri teman sekelas Joe, laki-laki itu teriak puas melihat Joe melakukan hal tersebut. Persetan pertandingan, persetan rapot kepribadian kelas. Mereka ingin senang-senang kali ini di tahun terakhir mereka sekolah. Joe menerima bola yang di berikan oleh wasit kepadanya, tangannya masih mendribble santai dengan pandangan yang menuju kepada Alin. Sedangkan Alin, gadis itu hanya memutar bola matanya jengah, tidak memperdulikan gadis yang ia anggap aneh sekaligus gila. Suara peluit wasit kembali terdengar dan Joe sudah meng-service bola kembali, kali ini ia tidak mengarah kepada Jihan tetapi mengarah kepada Alin. Dan pada akhirnya. BUGH!! “b*****t! HIDUNG FILLER GUE!” Teriak Alin yang sudah menahan sakitnya saat hidungnya terkena bola akibat Joe. Dengan perasaan emosi yang sudah meluap-luap akhirnya Alin melangkah menghampiri Joe yang seakan-akan menunggu kedatangan gadis itu. “Emang anak gak tau di untung ya lo!” Celetuk Alin yang kedua tangannya sudah menjambak rambut Joe. Joe tidak diam, gadis itu malah membalas dengan tendangan ke arah perut Alin, sialan! Enak aja tuh p***k megang-megang rambut halusnya. Sebelum Alin kembali menerjang Joe lavi, tangan gadis itu langsung memberi bogeman kencang ke wajah mulus milik Alin. Pertengkaran itu benar-benar berlangaung secara brutal, dan semua orang yang berada di lapangan bersorak senang dan terus memanggil nama Joe. Tidak ada seorang pun yang berani memisahkan mereka berdua. Definisi perkelahian yang selalu di tunggu-tunggu oleh semua orang, karena biasanya mereka hanya sekedar adu bacot saja. Akan tetapi sekarang? Mereka benar-benar baku hantam secara brutal. Jalan satu-satunya mereka berhenti hanya satu, yaitu harus memanggil Pak Damar. Karena hanya beliau yang bisa membuat Joe patuh dan menuruti perkataannya
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD