Memulai Hubungan Terlarang ‼️TW 21+‼️

1604 Words
DIMOHON MEMBACA PART INI DI BACA SECARA BIJAK! ????? Justin menikmati Vodka yang sedari tadi dia minum, kedua matanya memandangi suasana pemandangan dari jendela kantor, iya Justin sudah mendapatkan apa yang ia inginkan. Sebenarnya Justin tidak ingin terlalu jahat kepada adiknya sendiri, namun jika itu berhubungan dengan Joe, Justin tidak bisa tinggal diam. Joe sudah menjadi miliknya. Besok, adalah hari dimana Justin akan pulang dan kembali bekerja, walaupun pekerjaannya tidak merepotkan seperti ini, lelaki itu merasa senang, tetapi tetap saja kalau ada kendala Justin yang harus kembali mengurusnya. Dipikir-pikir saat pulang nanti Joe tidak akan marah besar saat tahu Gisha sudah babak belur karena nya, Justin tahu Joe tidak sebodoh itu dan bisa menebak siapa yang melakukannya, bagaimana pun Joe tidak akan bertindak berlebihan kepada Justin nanti saat bertemu, walau Justin sudah melakukan hal fatal, ah!! itu tidak fatal kok, malah masih tergolong biasa saja. Dan Joe masih mau menerima kehadiran nya, taruhan ia akan bersikap seolah-olah tidak ada apa-apa, Justin bisa menebak itu karena ia yakin bahwa Joe memang tidak bisa menolak nya terlebih lagi alasannya adalah Dikta. "Justin," lelaki itu menoleh, sosok Kayla kembali lagi ke ruangannya, sebenernya sudah di beritahukan kalau ia bisa kembali lagi saat Joe sudah meng-tanda tangani persetujuan kerja sama perusahaan, tapi sayang itu tidak di perindahkan oleh seorang Kayla. Justin berjalan ke arah meja, menaruh gelasnya dan duduk sebari menatap Kayla yang juga sudah duduk dihadapannya. "Aku boleh minta waktu kamu sebentar kan?" Justin menaikan sebelah alis matanya, sedikit aneh dengan permintaan mendadak Kayla. "Kay aku rasa tidak se-," "Kumohon, kamu tahu bukan sejak dulu aku berharap bisa mempunyai hubungan lebih, bukan sekedar cinta satu malam saja, tapi kamu selalu menolak," Justin menatap Kayla datar, tidak percaya bahwa Kayla kembali memohon kepadanya seperti dulu, tidak, ini salah, sangat salah. Dan bodohnya detak jantung Justin berdegup kencang. Justin bangkit, namun gerakannya terhenti saat jari Kayla mencopot kancing baju miliknya satu persatu, ya Tuhan ini benar-benar gila, Kayla benar-benar memancing titik lemahnya. Sejak dulu, Justin selalu lemah bula Kayla menggodanya, dan hari ini, sebagimana Justin ingin berubah dan menghilangkan sisi brengseknya, dia tidak bisa mengontrol itu. Justin menelan silvanya kemjdian mengalihkan pandangannya ke sembarang arah saat Kayla berhasil melepaskan semua pakaiannya dan hanya tersisa pakaian dalam milik gadis itu, sial! Kayla sedang berani mempermainkannya hari ini. Kayla bangkit berjalan mendekat kepada Justin, sedangkan Justin sudah mengutuk dalam hati karena pada dasarnya laki-laki itu berusaha untuk menghindar dan tidak terjebak dalam hal seperti ini lagi dengan Kayla. Ayolah Kayla adalah gadis gila yang terobsesi dengan Justin, sejak dulu wanita itu tahu cara mempertakluk seorang Justin di atas ranjang, dan sekarang? Ia harus berhubungan lagi dengan Kayla, yang susah payah Justin hindar selama ini. Kedua tangan Kayla merangkul Justin, lalu mengelus pipi laki-laki itu lembut, Justin memejamkan kedua matanya dan memberanikan diri menatap kepada Kayla, dengan tatapan memohonnya pertahanan Justin beberapa hari ini akhirnya runtuh. Dan pada akhirnya kedua tangan kekar Justin memegang pinggang gadis itu, dan merapatkan tubuh Kayla kedalam dekapan Justin. Kayla tersenyum dalam kemenangan, dia merasakan kemenangan yang akan datang setelah ini, karena ia berhasil menaklukan seorang Justin Kenzo kembali. Sejujurnya, Justin pun merindukan sensasi ini bersama Kayla, karena segimana Justin tidur bersama dengan wanita lain sensasinya tidak seindah sensasi Justin bersama Kayla. "Kamu benar-benar akan melakukannya disini?" tanya Kayla disela-sela kecupan yang sudah mereka lakukan dari tadi dan tubuh mereka sudah tidak terbalut satu kain sedikit pun dan ia kembali melihat beberapa tatto ditubuh Justin, perasaan Kayla menggelora, dia menyukai itu. Justin tidak menjawab, laki-laki itu hanya fokus melakukan kegiatan yang sedang ia lakukan sekarang kepada Kayla. Persetan! Akan semua yang sudah Justin janjikan kemarin, ia ingin menikmati kenikmatan ini lagi, keliaran yang ia miliki sejak dulu sudah ia tahan selama 1 tahun karena Justin ingin mempunyai hubungan sehat agar Jazzy benar-benar menemukan seorang ibu yang baik. Tapi sial, hawa nafau Justin saat melihat Kayla tidak bisa ia bendung, Kayla benar-benar menggairahkan. Tanpa mereka sadari, ada seseorang yang melihat kelakuan bejad mereka dalan ruang CCTV perusahan, dan tersenyum sebari mengotak atik komputer agak rekaman ini tersimpan. "Got you Justin!," ------- Gisha perlahan-lahan membuka kedua matanya, rupanya cowok itu sudah sadar akibat pingsan selama 3 jam lebih, dan membuat Joe memutuskan untuk tidak berangkat sekolah hari ini, setelah kejadian percakapan tadi bersama Toni dan Hendrik yang sudah kembali turun ke bawah, dan menjalankan tugasnya seperti biasa. "Udah bangun?" tanya Joe yang sedang meminum wine, gadis itu berjalan kearah Gisha dan duduk tepat disebelah, Gisha sedikit meringis saat berusaha untuk bangun, badannya terasa remuk sesaat, namun tiba-tiba ingatannya teringat akan kejadian tadi pagi, dimana Gisha akan menjemput Joe, ada dua laki-laki yang tidak ia kenal menghajarnya tiba-tiba di dalam lift apartemen. Sadar akan ekpresi Gisha, Joe memegang tangan kirinya membuat cowok itu menoleh ke arah Joe. "Ga usah di pikir," "Maksud lo?" tanya Gisha yang tidak paham, Joe menghela nafas, lalu menjelaskan apa yang terjadi dan siapa dalang di balik semua ini. Mendengarkan itu Gisha memegang kepalanya dengan kedua tangan, merasa tidak percaya bahwa sikap gila Justin yang kembali menyerangnya terjadi lagi, tidak untuk kejadian 5 tahun yang lalu dimana ia harus di hajar habis-habisan hingga hampir di ujung nyawanya, hanya karena Justin menentang keras pilihan ayah dan ibunya, memang setan! "Dia bener-bener gak berubah," ucap Gisha kepada diri sendiri, Joe diam, tidak ingin berbicara jauh lagi tentang Justin, dengan keadaan seperti ini sudah jelas Justin seperti apa, dan Joe hanya ingin merubah itu semua yang ada didalam diri Justin, walaupun kemungkinan itu kecil, setidaknya Joe harus berusaha. "Belum makan kan? Tadi udah gue beliin bubur," Joe memecahkan keheningan itu, dan mengambil bingkisan diatas meja, dengan bubur yang sedikit dingin itu ia aduk, karena Gisha menyukai itu. "Gue yang suapin," sambungnya lagi sebari menyodorkan sendok berisikan bubur, Gisha menatap itu ragu lantas bibir cowok itu terbuka dan memakannya, Joe tersenyum seraya kembali fokus ke buburnya. Dalam hati, Gisha senang. Segimana pikirannya berkecamuk, Gisha paham saat ini, Justin memberinya peringatan untuk menjauh dari Joe. Kedua matanya tidak lepas dari gadis itu, dari samping pun Joe mampu membuat Gisha nerasakan bahagia mendalam saat menatapnya. "Aaa.." Joe menyuruh Gish membuka mulut, dan tanpa basa basi pun Gisha kembali memakannya. "Joe?" "Hmm," panggil Joe yang sudah memusatkan perhatiannya pada Gisha. "Gue rasa kita emang harus mengakhiri ini," jelas Gisha, Joe diam kedua pundaknya melemas saat mendengar Gisha. Sial! Gisha kembali menghancurkan nya, segimana ia sudah melakukan negosiasi dengan Toni dan Hendrik agar mereka terus bersama, tetapi seketika Joe sadar, mereka belum benar-benar balikan. "Emangnya gue pernah menyetujui buat balikan lagi ya? Kok lo ngomong gitu," dasar munafik kau Joe. Gisha diam, cowok itu mengutuk dirinya karena bisa-bisa berbicara asal seperti itu, saat cowok itu akan berbicara tiba-tiba saja ucapan Joe membuat Gisha berubah pikiran. "Mungkin gue belum cerita, kenapa gue bisa terikat sama kakak lo sendiri, walaupun gue udah pake cincin dari dia" Joe menunjukan cicin yang terpasng di jari manisnya, Gisha melihat itu, lalu pandangan kembali menatap Joe. "Justin adalah dokter pribadi Almarhum bokap gue," "Bentar, maksud lo om Dikta?" Joe mengangguk, "Iya, waktu bokap gue meninggal, dan Justin yang selama ini ngerawat bokap gue, dan juga Bokap gue yang minta Justin buat nikahin gue, tanpa tahu Justin seperti apa," "f**k!" "Karena itu permintaan bokap, gue gak bisa nolak Gish," "Joe, lo gatau Justin yang sebenarnya," jawab Gisha cepet. Joe tersenyum, gadis itu mengangguk mengiyakan dan tidak mengeluarkan sepatah katapun lagi, Joe benar-benar terjebak akan kebingungan yang ia alami. Gisha mendekat, cowok itu memeluk Joe yang tersenyum lemah, Gisha benar-benar mengenal sesosok Joe, bersikap sok kuat namun sebenarnya tidak mampu menghadapi masalahnya sendiri. Kedua tangannya memegang pipi tirus Joe, menatapnya dalam seakan -akan menguatkan gadis itu bahwa semuanya akan baik-baik aja. "Joe gimanapun keadaannya saat lo tahu busuknya Justin nanti, lo harus tau gue gak bakalan ninggalin lo, gak akan," Joe tersenyum, matanya berkaca-kaca mendengar ucapan Gisha yang selalu bisa membuatnya kuat, Gisha pun membalas senyuman itu, ibu jarinya mengelus pipi Joe lembut, lalu turun ke bibir mungil gadis itu, Gisha menatapnya, namun bergantian menatap kedua mata Joe. Degup jantung Joe tidak beraturan, begitupun Gisha, iya ini pertama kalinya mereka sedekat ini, walau pun saat pacaran dulu, mereka hanya kontak fisik sekedarnya saja. Saat Gisha mendekatkan wajahnya, Joe memejamkan kedua matanya, menandakan bahwa gadis itu menerima tindakan Gisha selanjutnya. Paham dengan situasi, Gisha pun segera menempel kan bibirnya ke bibir gadis itu, benda kenyal tersebut sudah beradu. Mereka berdua seakan-akan terhanyut akan keadaan yang tidak pernah terjadi dalam kehidupan mereka selama ini, dan ini adalah kali pertamanya mereka melakukan itu. Tetapi saat mereka menikmati keindahan ini, tiba-tiba saja seseorang membuka pintu apartemennya, sehingga Joe dan Gisha melepaskan ciuman mereka dan menatap siapa yang datang dan merusak moment merk berdua Saat tahu apa yang terjadi barusan, seseorang itu manatap tidak percaya dengan apa yang ia liat barusan, dengan perasaan yang tidak tahu itu apa, Ia kembali menetralkan diri dan mencoba bersikap biasa aja. "Satya, lo ngapain kesini?" ucap Joe salah tingkah dan buru-buru bangkit dan berjalan kearahnya. Tidak ini buruk, Joe sedang ada diujung kebahagiaan nya, Satya tahu itu, karena Gisha memang sebegitunya berarti bagi Joe, dan Satya paham. "Sebenarnya gue gak mau ngerusak kebahagiaan lo sekarang, tapi lo harus tahu sesuatu," jelas Satya sebari menyodorkan salah satu foto kepada Joe, melihat itu Joe masih tidak paham dan kembali menatap Satya. Satya menghela nafas,"Gue gak tahu siapa yang nyebarin foto lo sama si Om di grup angkatan bahkan di akun lambe sekolah, tapi yang lebih parahnya lagi Alin ngebongkar rahasia lo Joe, semua orang tahu kalau nyokap lo ada dirumah sakit jiwa," Detik itu juga, Joe terjatuh dan menatap ke lantai dengan tatapan kosong, sial! Tembok yang susah payah ia bangun runtuh seketika.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD