Part 15 - Rencana Daniel

1140 Words
Part 15 - Rencana Daniel Rahang Justin mengeras saat tubuh istrinya yang harum dan hangat mendarat di atas tubuhnya. Ia berusaha keras menahan gejolak hasrat yang mendadak muncul ke permukaan, membuat Justin ‘mini’ mengeras. “Maaf, Justin. Aku tersandung.” Selena yang ketakutan segera meminta maaf sebelum lelaki itu marah pada kecerobohannya. Alana bergegas bangkit sambil memeriksa tubuh lelaki itu. Takut jika ia menyebabkan luka atau memar. Justru tindakan Selena membuat Justin menggertaknya untuk segera berhenti. Sebelum kendali dirinya lepas tak terkendali. “Bisakah kau berhenti sekarang Alana!” bentak Justin geram karena sikap Alana justru membangkitkan sesuatu yang tidak bisa ia kendalikan lagi. “Maafkan aku, Justin.” Lagi-lagi gadis itu meminta maaf, membuat Justin menyerang frustrasi karena suara Alana yang lembut merasuki pikirannya dan semakin membuatnya kacau. “Pergilah!” Justin mengusirnya. Selena menelan salivanya cepat, buru-buru bangkit sebelum lelaki itu meledakkan amarahnya. Suara pintu yang tertutup membuat Justin menghela napas lega. Perlahan ia mencoba menenangkan diri, memikirkan hal apapun selain gadis yang resmi menjadi istrinya. Sial, aroma parfum Alana masih menempel di kemejanya. Ia berg4irah lagi. *** Selena berlari kembali ke kamar. Ia menutup pintu lalu bersandar di baliknya. Tak lupa ia mengunci pintu kamarnya, takut jika Justin mendobrak masuk dan mengklaim dirinya. Meski takut, Selena tak memungkiri gairah yang tumbuh kala dia duduk bersandar di atas pria itu. Meski lumpuh, Selena tahu hasrat lelaki itu masih ada. Bagian yang menonjol di antara kedua pahanya itu mengeras. Ia pun merasakan hasrat yang sama kala mencium aroma cologne maskulin khas dirinya. Justin merasuki pikirannya tanpa permisi, sehingga sekeras mungkin Selena harus realistis bahwa ia tak bisa mempertaruhkan hatinya pada lelaki itu. Sadar akan kenyataan bahwa dirinya bukanlah siapa-siapa. Keesokan pagi, Selena berangkat bekerja seperti biasa. Namun Daniel sengaja menunggunya di depan gerbang mansion Justin. “Kenapa tidak jalan, Pak?” Ia bertanya pada supir yang mengantarnya pagi itu. “Seseorang menghalangi mobil kita, Nyonya.” Selena menengok ke luar jendela dan menemukan Daniel berada di balik kemudi mobil yang menghalangi jalannya. “Daniel!” serunya kaget melihat lelaki itu muncul tiba-tiba. Selena yang panik langsung turun dari mobil dan menemuinya. Sang supir yang khawatir karena nyonyanya turun untuk menemui pria asing yang tidak ia kenal. Ia baru bekerja kurang dari tiga bulan, dan lelaki tampan yang hendak ditemui majikannya itu sama sekali asing baginya. Meski pekerjaan utamanya sebagai supir pribadi, tapi ia dibekali kemampuan bela diri yang handal. Karena itu ia bersiap dengan kuda-kudanya untuk melindungi Nyonya dari lelaki misterius yang berbahaya itu. Daniel dengan santainya menanggapi supir yang memasang kuda-kuda untuk menyerangnya. Selena menghentikan supirnya, “Dia temanku dan juga sepupu suamiku.” Mendengar penjelasan bosnya itu, pria tersebut langsung memberinya hormat serta meminta maaf, “Maafkan saya, Tuan. Tadi saya tidak mengenal Anda. Tugas saya hanya ... “ “Ya, aku tahu tugasmu untuk melindungi perempuan yang menjadi nyonyamu itu. Iya ‘kan?” sahut Daniel dengan sikap tak acuh. “Dia akan pergi bersamaku, ada hal yang harus kubicarakan dengannya. Penting!” “Tapi, Tuan ... “ “Sudahlah! Bilang pada Justin, Alana bersamaku. Dia pasti tidak akan marah,” tukas Daniel yang menarik Selena masuk ke dalam mobilnya dan langsung menekan pedal gas kuat-kuat. Membawa perempuan itu lari dari penjaga yang khusus di sewa oleh suaminya untuk melindunginya. “Tuan,” teriak pria itu namun mobil Daniel telah pergi lebih dulu. Sejak semalam bayangan Selena terus menghantuinya. Daniel seakan terus dibayangi oleh kemesraan Selena dan Justin yang seharusnya tidak terjadi. Ia menganggap Selena adalah miliknya. Anggapan itu terdengar konyol pada mulanya. Sebelum akhirnya ia sadar bahwa tanpa diduga ia telah jatuh dalam pesona Selena yang memabukkan. Sekarang ini disini, di balik kemudi mobilnya. Bermaksud membawa Selena pergi menjauh dari Justin. Persetan dengan Alana dan rencananya untuk menjebak lelaki itu. Padahal semua ini adalah idenya sendiri, tapi Daniel tak menyangka ia yang terjebak tanpa dirinya sadari. “Dan, kau baik-baik saja?” Selena yang duduk di kursi penumpang bertanya padanya. Ia begitu peduli pada Daniel, membuat Daniel untuk pertama kalinya merasa diperhatikan. Mungkin itulah yang membuat Daniel terjebak oleh pesona Selena yang sederhana. “Aku baik-baik saja,” ujar Daniel berusaha tersenyum lembut agar tidak membuat perempuan di sebelahnya itu cemas akan kondisinya. Selena duduk dengan tenang tanpa curiga sedikit pun. Ia berpikir, Daniel hanya ingin mengantarnya ke kantor Navy. Walau kenyataannya dia bergerak menjauh. Berlawanan dengan posisi Navy berada. *** Dering telepon berbunyi nyaring di laci meja kerjanya. Dalam satu sentuhan, Justin mengangkatnya. Dari ujung panggilan telepon ia mengenal suara si penelepon yang kebingungan bagaimana caranya memulai percakapan dengan bos besarnya itu. “Tuan ... tolong, Nyonya, Tuan ... “ Ucapannya tidak begitu jelas berbaur dengan suara desah napasnya yang naik turun tak beraturan disergap kepanikan. “Ada apa?” tanya Justin tak sabaran. “Nyonya ... Tuan, Nyonya ... “ artikulasinya yang tidak jelas serta kata-kata yang berulang membuat Justin semakin kesal. “Tenangkan dirimu dan jawab aku ... ada apa dengan istriku?” “Seseorang telah menculiknya, Tuan.” Akhirnya ia berhasil mengatakannya pada bosnya itu. “Apa?” Justin tersentak mendengarnya dan segera menutup panggilan itu, sebelum pria itu mengatakan apa-apa lagi. “Rayner!” Justin berteriak memanggil asistennya yang sigap menghampirinya saat bos besarnya itu memanggil. “Cari tahu siapa yang membawa istriku dari rumah, SEKARANG!” perintah Justin tak terbantahkan. Sebelum kehilangan pekerjaannya yang berharga Rayner langsung mengecek kamera pengawas yang berada di setiap sudut ruangan di mansion pribadi milik bosnya. Rayner mengawasi setiap pergerakan yang terekam di memori internal kamera tersebut. “Gimana? Apa kau menemukan posisi istriku sekarang?” tanya Justin gelisah. “Belum Tuan. Tapi saya mendapatkan informasi tentang siapa lelaki yang dekat dengannya.” “Siapa?” Justin dituntut untuk menghapalkan anaknya. Di area depan mansion Justin, sebuah mobil yang ia kenal menghalangi mobil nyonya besarnya. “Tuan Daniel yang membawa Nyonya pergi,” ucap Rayner sambil terus menonton peristiwa yang terekam oleh kamera pengintai. “Daniel br3ngs3k!” Justin mendesis. Geram dengan perilaku sepupunya yang semakin di luar batas. *** “Ke mana kau akan membawaku, Dan?” Sepanjang perjalanan Selena terus bertanya-tanya. Daniel tidak mengantarnya ke gedung kantor Navy Coorporation. Lelaki itu justru membawanya berkendara jauh ke luar kota. “Dan?” Selena semakin panik kala ia melihat plang bertuliskan selamat jalan. Itu artinya Daniel membawanya pergi jauh. “Turunkan aku sekarang Dan!” Ia meminta lelaki itu segera menghentikan mobilnya. Namun sia-sia. Daniel telah kehilangan akal sehatnya. Sepanjang malam itu berkutat dengan bayang Selena yang begitu menggoda. Kali ini ia berniat untuk memiliki gadis itu seutuhnya. Persetan dengan posisinya yang menyamar menjadi Alana. Karena tidak ada yang penting baginya, selain Selena. “Dan ... “ Selena berusaha membuka pintu mobil yang terkunci rapat. Daniel menekan pedal gas semakin dalam. Pergerakan mobil melesat semakin cepat. Selena terjebak. ‘Justin, tolong aku!’ Ia berteriak dalam hati. Berharap suami bayangannya itu akan menolongnya. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD