When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Lia menarik napas panjang dan kini mulai memberanikan diri untuk membalikan tubuhnya dan menatap lekat wajah Radit yang kini masih menatap Lia dengan tatapan penuh damba. Lia salah tingkah sendiri dan berpura -pura tertawa untuk memecah keheningan suasana yang cukup serius dan pelik itu. Ada gitu, mengungkapkan rasa cinta pada anak SMA denagn penuh keseriusan? Apalagi baru kenal? Rasanya tidak mungkin sekali. Hanya pikiran buruk itu yang kini ada di otak Lia. Tiba -tiba saja Lia jadi tidak percaya dengan Radit. "Lucu," ucap Lia sekenanya setelah tertawanya terasa garing sekali, karena ternyata Radit sama sekali tidak ikut tertawa. Mungkin candaannya kurang receh, atau Lia yang terlalu receh? "Apa yang lucu? Gak ada yang lucu," ucap Radit dengan tegas dan wajahnya sangat serius. "Aneh,