When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Rey melangkahkan kakinya lagi mendekati sang Bunda. "Bunda ... Clara kemana? Rey gak lihat sejak tadi?" tanya Rey pelan sambil mencomot gorengan tempe yang sudah ada di piring saji. Bunda hanya melirik Rey sekilas dan menyelesaikan kembali aktivirasnya yang sudah mau selesai. Memindahkan gorengan tempe yang sudah di tiriskan ke piring saji. Tidak lupa mematikan kompor dan menyajikan di atas meja makan. "Sini duduk. Bunda mau bicara," ucap Bunda tegas. Rey memang sudah berumur. Bahkan usianya hampir menginjak kepala tiga. Namun, sikapnya terkadang masih terlihat kanak -kanak jika dekat dengan orang tuanya. Rey meniup - niup gorengan tempe dan mencari tempat duduk di meja makan. Pembicaraan dengan Bunda kali ini kelihatan serius sekali. Tatapan Bunda lekat sekali ke araj dua bola mata