When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Radit memegang bundaran setir di mobilnya sambil menatap Lia yang masih terlihat tegang dan sedikit kecewa dengan permintaan Radit barusan. "Kenapa? Kenapa kamu menolakku Lia? Apa kamu malu memiliki kekasih yang sudah tua seperti aku, Lia?" tanya Radit mulai cemas. Radit bahkan tak sanggup mendengar kata -kata penolakan secara halus dari Lia. Lia sendiri tak tahu harus bagaimana bersikap dan seperti apa perasaannya saat ini pada Radit. Jujur saja, Lia hanya kagum dengan sosok Radit, hanya ada sedikit rasa suka karena Radit sosok lelaki yang baik dan peka serta memiliki sifat penyayang seperti Papah Rey. Namun, untuk mencintai seperti layaknya sepasang kekasih sama sekali belum ada dalam pikiran Lia. "Maaf Kak, Li -Lia punya impian sejak kecil. Lia berharap impian Lia itu bisa menjadikan