Bab 11: Penemuan Baru River

1013 Words
River berkacak pinggang dengan dagu mengedik. Sekali lagi dia melirik penemuan besarnya seolah ingin menjelaskan betapa genius dirinya. Rana patut terkagum, karena hanya ada satu saja benda menarik itu di dunia Stardust. "Apa aku salah dengar? Kau menyebut nama Angelina?" tanya Rana. "Kau tidak salah dengar. Dan aku ingin menunjukkan bagian menariknya padamu. Ini bukan hanya mobil biasa. Angelina bisa terbang begitu tinggi dengan sayap indahnya." Saat berkata, binar di mata River tidak padam, justru semakin bertambah. Menit itu juga dia menarik Rana untuk mendekat lagi pada mobil unik buatannya. "Ini bukan mobil biasa." Rana memperhatikan dengan saksama sebelum berkata, "Tapi aku lihat, ada banyak mobil yang bisa terbang di luar sana. Kau tidak bisa mengatakannya sebagai penemuan baru." "Tidak, tidak. Kau harus melihatnya dengan mata dan juga hatimu. Angelina sangat menarik sampai membuatmu enggan memejamkan mata." Rana tidak mengubah ekspresi herannya. "Kau memang benar bahwa Angelina sangat menarik, bahkan juga sangat cantik." Sekarang dia bukan memikirkan mobil, melainkan Angelina yang lain saat berkata. River tersenyum lebar. "Benar, bukan?" Senyuman itu membuat Rana tercenung, baru sekali dia melihat pria dengan senyuman begitu menawan. Tentu saja, dia tidak melihat River sebagai orang yang disukai sehingga memuji secara sembunyi-sembunyi di dalam hati. Hanya mustahil memungkiri kalau pria itu memiliki daya tarik sendiri yang sedap dipandang mata. "Ke marilah." Rana yang didorong membuat lamunan buyar. Dia sangat terkejut dan tidak tahu harus berbuat apa ketika River membawanya masuk ke dalam mobil mini tersebut. Kita harus mengingatnya, ini bukan mobil yang sering berada di kota metropolitan, justru sangat kecil tanpa ruang gerak bebas dan juga berteknologi canggih. "Apa yang kau lakukan? Kenapa aku harus naik ke mobil aneh ini?" River memilih untuk tidak menjawab. Dia berlalu masuk dan duduk di kursi kemudian, lalu dari sana mulai mengambil alih untuk memperlihatkan sebuah pertunjukan. Rana membelalak saat mobil bergerak, bukan ke kanan atau ke kiri, melainkan ke atas. Mereka melayang di udara tanpa pengamanan, membuat Rana terpacu adrenalinnya dan meminta agar mereka segera turun sekarang juga. Namun, River belum selesai dengan pertunjukannya. "Apa kau akan membuat benda konyolmu ini menembus atap? Itu hanya akan menjadi tindakan yang sia-sia. Jadi, cepat turunkan sekarang!" "Belum saatnya. Aku ingin menunjukkan kemampuan benda yang kau anggap konyol ini. Coba kau perhatikan di bawah sana, apa yang akan terjadi." Pada akhirnya, Rana memutuskan untuk mengalah. Perlahan mukanya ditundukkan melihat ke luar jendela. Hanya ada lantai kosong di bawah sana. "Satu, dua, tiga, sekarang!" seru River. Rana terkejut untuk ke sekian kali, memandangi apa yang terjadi pada lantainya. Kertas-kertas bak perayaan ulang tahun menyebar dari bawah mobil berjenis pesawat yang mereka tumpangi. Oh, sungguh mengejutkan jika disandingkan dengan penemuan baru yang seharusnya memiliki sesuatu lebih daripada ini. Mungkin begitulah raut wajah Rana ketika mengalami apa yang dinamakan kecewa, ketika melihat persiapan yang tampak begitu besar tidak sebanding dengan hasilnya. River tersenyum memperhatikan bagaimana wanita di sampingnya tidak melepaskan pandangan dari jendela., menurutnya Rana pastilah sedang terkesima. "Aku menyulap mobil terbang ini menjadi mesin perayaan. Orang-orang tidak perlu menggunakan pesawat untuk menyebarkan hadiah dari atas langit. Mereka dapat mengandalkan Angelina. Konsepnya sama seperti sinterklas." "Itu konsep yang sangat bagus." Sebelah bibir Rana terangkat. "Dan sekarang orang-orang akan menggunakan mobil pesawat untuk menyebarkannya." "Kau benar. Ini dapat mengurangi angka penggunaan pesawat di dunia Stardust." Rana mengerutkan dahi, segera menolehkan kepala. "Tidakkah itu terbalik? Kita harus mengurangi angka penggunaan mobil, bukan pesawat." "Oh, Rana. Kau pikir sekarang berada di mana? Zaman sudah canggih dan orang-orang tidak lagi menggunakan mobil. Mereka lebih banyak menggunakan pesawat dalam bentuk mobil." Rana mengerlingkan mata. "Pesawat dalam bentuk mobil, mobil dalam bentuk pesawat, itu tidak ada bedanya. Mereka sama-sama dikategorikan sebagai alat transportasi." "Jelas berbeda. Pesawat menggunakan sayap, sedangkan mobil menggunakan baling-baling di atapnya. Kau harus terbiasa melihat perbedaan di antara mereka berdua. Dan lagi, tingkat ketinggian mereka ketika terbang berbeda dengan mobil yang lebih rendah dari pesawat." Rana menghela napas panjang, sangat frustrasi. "Aku tidak mengerti lagi dengan dunia ini." "Memang, dunia ini bukan perlu untuk di mengerti, tetapi untuk dijalani." Senyuman itu lagi, pikir Rana. "Bagaimana denganmu? Kau memikirkan apa ketika berada di dalam pesawat? Maksudku, adakah keinginan untuk menjadikannya sebagai sesuatu yang bisa memenuhi harapanmu?" Rana menyandarkan punggung ke belakang, mencoba untuk rileks. "Aku memikirkan pesawat yang bisa digunakan untuk melenyapkan seseorang." River tersenyum masam. "Itu keinginan yang luar biasa. Aha! Seperti UFO, bukan?" *UFO = Unidentified Fying Object "UFO? Apa itu benar-benar ada?" River menurunkan pesawat perlahan sambil berkata, "Itu seperti anomali yang muncul di langit, tidak dapat diidentifikasi. UFO sering dikaitkan dengan keberadaan makhluk di luar angkasa dan menjadi subjek populer dalam fiksi sains. Sampai sekarang pun tidak ada bukti mengenai keberadaannya, hanya berakhir pada teori konspirasi pemerintah." "Menurutmu sendiri?" "Menurutku?" River bergumam cukup lama sebelum menjawab, "Tidak ada bukti hingga sekarang, bagaimana kita bisa mempercayainya? Aku lebih senang berkutat dengan penemuanku ketimbang membuang-buang waktu mencari apa yang tidak ada." River turun, lalu membukakan pintu kabin untuk Rana. Dia menggunakan tangannya agar wanita itu tidak terjatuh saat melangkah keluar. Kertas-kertas yang berserakan seperti sebuah penyambutan ketika mereka berjalan di atas mereka semua. "Mulanya aku berpikir bahwa kau adalah seorang peneliti yang dipupuk dengan rasa penasaran," ucap Rana. River menolehkan kepala, lalu tersenyum. "Aku lebih senang menghabiskan waktu bersama anak-anakku dibandingkan menghabiskan waktu bersama piring terbang seumur hidup." Dia menatap lurus ke depan kembali, memperhatikan ruang penelitian yang penuh akan penemuan-penemuannya, baik yang setengah jalan, terbengkalai, atau yang sudah di tahap penyelesaian. "Mereka adalah anak-anakku, hasil ciptaanku yang begitu berharga." Nyatanya Rana juga melihat keseluruhan ruangan. "Berapa lama kau menghabiskan waktu untuk semua ini?" "Cukup lama. Aku melakukannya sejak berusia dua puluhan. Itu sekitar enam puluh tujuh tahun lalu." "A—apa?" Rana menyusul langkah yang tidak lagi dekat dengannya, masih memasang tampang kebingungan. "Kalau itu sekitar enam puluh tujuh tahun lalu ... berarti umurmu sudah lebih dari itu?" Semakin dipikirkan lagi, semakin membuat dia tidak percaya. River menipiskan bibir. "Tidak salah, karena ini sudah tahun dua ribu delapan puluh sembilan." Rana menghitung-hitung di dalam pikiran. "Delapan, delapan puluh sembilan?!" River membalikkan badan, bersandar pada meja sambil melipatkan tangan di d**a. "Seharusnya tidak perlu begitu terkejut, Nona Manis."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD