Lamaran

1992 Words

Sebelum pergi ke kafe di dekat rumah kediaman Irwan, mereka menyempatkan diri untuk mampir ke sebuah warung pinggir jalan. Tentu saja itu atas dasar keinginan Alin yang sudah sangat ingin membeli minuman dingin. “Mau ke warung kaki lima atau ke market gitu?” Coba tebak siapa yang berbicara seperti itu! Kali ini bukan Fikri, melainkan Alin. Biasanya perempuan itu tidak akan mau menanyakan hal-hal seperti itu. Paling-paling hanya diam dan bersikap tidak peduli. “Padahal kita bisa beli minum di kafe nanti, ya? Terserah kamu aja mau beli di mana. Cuma lebih cepet beli di kaki lima aja,” jawab Fikri. Setelah Alin mengangguk, mata mereka berdua langsung mencari warung pinggir jalan yang dilewati. Sampai mereka menemukannya, Fikri langsung meminggirkan mobilnya. “Saya saja yang keluar, ka

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD