3. Yolla vs Mr. Sombong

1198 Words
Cahaya mentari pagi sudah menerobos ke sela - sela jendela kaca yang tidak tertutupi gorden, akan tetapi ketiga gadis yang semalaman begadang itu tak kunjung bangun juga, mungkin mereka kelelahan dan masih terbuai dalam mimpi yang indah. Setelah terik matahari bersinar tepat di atas kepala, mereka semua terbangun karena perut mereka yang mulai melilit kelaparan. Satu persatu dari mereka keluar ke kamar, dan duduk di sofa ruang santai. Mereka bertiga seketika tertawa ngakak, mengejek penampilan satu sama lain yang masih acak - acakan. "Aku sangat lapar, " keluh Flora dengan nada manjanya. Sebagai tuan putri biasanya bangun tidur sudah tersaji berbagai makanan. "Sama, apa sebaiknya kita cari makanan di luar yuk? Sekalian belanja untuk kebutuhan sehari - hari, karena besok kita pasti sibuk mendaftar ke Universitas, " saran Yolla gadis yang paling mandiri di antara semuanya. "Tapi sebaiknya kita mandi dulu, mana mungkin aku keluar dengan penampilan seperti ini?" timpal Aiko yang paling mengutamakan penampilan. "Iya, " jawab Yolla dan Flora langsung setuju. Mereka bertiga kembali ke kamar masing - masing dan segera mandi, setelah itu mereka segera keluar dari rumah. Sebagai anak tunggal dari keluarga konglomerat, penampilan Aiko yang paling mencolok, dia terlihat keren dan berkelas. Dia memakai rok mini dengan baju pendek ketat, tak lupa ditambah aksesoris yang harganya selangit. Sedangkan Flora juga dari keluarga kaya, gadis pemalu itu berpenampilan feminim dengan gaun selutut merah muda dan bandana yang menghiasi rambut panjangnya. Wajahnya juga di make up natural sesuai kepribadiannya yang lembut dan kalem, seperti seorang puteri dari kerajaan. Di antara mereka yang paling sederhana adalah Yolla, karena masalah ekonomi keluarga membuat dia tidak bisa memakai barang mahal seperti yang lainnya. Dia hanya memakai celana jeans ketat panjang dan kaos pendek warna putih, rambut sebahu warna pirangnya di ikat seperti ekor kuda. Gayanya sedikit tomboi tetapi memberi kesan menarik. Mereka bertiga memutuskan sarapan dengan nasi goreng yang dijual di seberang jalan halte bus. "Setelah ini kita belanja kemana? Apa ada pasar yang dekat di sekitar sini?" tanya Yolla pada kedua temannya. "Ada sih, tinggal naik bus di pemberhentian pertama. Apa tidak belanja di supermarket saja? Jujur aku tidak pernah ke pasar," jawab Aiko ragu -ragu. "Ke pasar saja tidak apa - apa, bukankah kita sedang kabur dari rumah? Kita harus bisa berhemat," timpal Flora berlapang d**a. Meskipun selama ini dia diperlakukan seperti tuan Puteri yang dimanja, tetapi dia sangat baik hati dan tidak pernah membedakan status orang lain yang lebih rendah. "Iya betul, lagi pula setiap bulan aku harus bisa mengirim uang untuk adik-adikku, kasihan mereka kalau sampai kekurangan," sela Yolla. "Baiklah, aku mengikuti kalian saja. Tetapi ingat! Aku tidak mau membersihkan rumah atau melakukan pekerjaan apapun," jawab Aiko mengalah. Sekilas dia memang terlihat angkuh. Namun jika semakin mengenalinya lebih dekat, Aiko juga memiliki beberapa sisi baik, yaitu murah hati dan tidak perhitungan. Setelah makan mereka segera menyeberang menuju halte bus, saat di tengah jalan Yolla terpaksa menghentikan langkahnya karena mengambil dompetnya yang terjatuh, membuat dia tertinggal di belakang. Sedangkan kedua temannya sudah sampai di pinggir jalan duluan. Tiba - tiba dari arah belakang Yolla, ada mobil mewah berwarna merah yang melaju dengan kencang, seketika Flora dan Aiko berteriak dengan kencang. "Yolla… awas di belakangmu!" Yolla yang terkejut segera menoleh ke belakang, tapi mobil yang melaju kencang tersebut segera banting stir dan menabrak separuh warung nasi goreng. Sst….. Duarr… Brakkkkk…. Untung saja tidak ada korban jiwa, karena pelanggannya sudah pergi sementara penjualnya sedang di dapur. Yolla yang masih gemetaran karena kaget segera di hampiri kedua temannya. "Kamu tidak papa?" tanya Flora yang juga ikut gemetar. Yolla belum bisa menjawab karena masih syok, dia hanya menatap pemuda yang masih duduk santai di belakang kemudi. Wajah tampannya sangat jelas karena mobilnya model terbuka. Aiko segera mengajak kedua temannya untuk menepi di warung nasi goreng yang roboh sebelah, dan pemilik warung tersebut keluar sambil marah - marah. "Bagaimana ini? Tempat usahaku hancur!" teriak seorang Ibu setengah baya sambil menangis. Pemuda yang tampan tadi segera turun mendekati pemilik warungnya. "Berapa Anda meminta ganti rugi?" tanya pemuda itu tersenyum ramah tapi dengan nada tegas. "Tempat ini baru saya renovasi, menghabiskan biaya sekitar lima belas juta," jawab Ibu pemilik warung dengan wajah yang mulai tenang. Pemuda tampan itu segera kembali ke mobil, dia mengambil amplop warna cokelat dan memberikannya pada pemilik warung. "Isinya ada dua puluh juta, silahkan diterima. Dan saya meminta maaf karena sudah menabrak warung Anda," ucap Pemuda tampan penuh tanggung jawab. "Iya, terima kasih banyak. Anda sungguh murah hati, " jawab Ibu pemilik warung dengan tersenyum senang, tidak menyangka jika mendapatkan ganti rugi lebih banyak. Pemuda tadi segera menghampiri Yolla yang masih terbengong. "Sekarang bagaimana kamu akan mengganti rugi kepadaku? Semua salah kamu yang berhenti di tengah jalan," kata pemuda itu dengan raut wajah yang dingin. "Berapakah biaya yang harus saya ganti untuk memperbaiki mobil Anda?" tanya Yolla pasrah, karena saat ini tabungannya sangat menipis. "Paling cuma seratus juta…" jawab Pemuda itu. Namun sebelum dia menyelesaikan kalimatnya, sudah lebih dulu dipotong oleh Aiko. "Berikan nomer rekening Anda, saya akan segera transfer sekarang," sela Aiko santai, dia tak rela jika temannya ditindas. "Sebenarnya aku tidak begitu peduli dengan uang seratus juta itu, tetapi karena kejadian ini aku harus telat ikut rapat penting, setiap detik waktuku seharga ratusan juta," ejek pemuda tampan itu pada Aiko, kemudian dia mendekati Yolla dan berbisik di telinganya. Aiko tidak bisa berkutik, karena semua uangnya di sita oleh orang tuanya. Dan kedua temannya memahami itu. "Nanti malam jam tujuh, temui aku disini! Kalau tidak kamu akan tanggung sendiri resikonya, Nona manis!" ancam pemuda itu dengan senyuman licik. Seketika Yolla wajahnya memerah karena menahan amarah, dia segera menarik punggung jas pemuda itu supaya tidak pergi. "Saya bukan perempuan seperti yang Anda kira. Pasti saya akan mengganti seluruh kerugian Anda walaupun saya harus bekerja seumur hidup," teriak Yolla. Pemuda itu segera melepaskan dirinya dari tangan Yolla, kemudian melihat dengan tatapan merendahkan dari ujung kaki sampai kepala Yolla. "Aku bahkan tidak berkhayal untuk menyentuhmu, karena kamu sama sekali bukan tipe aku. Dan ingat apa yang aku katakan tadi!" ancam pemuda itu dengan senyuman puas, dia segera masuk ke mobil dan melajukan lagi dengan kecepatan tinggi. Yolla merasa malu dan marah, dia tiba-tiba merasa sakit kepalanya memikirkan kejadian barusan. "Tak ku sangka ada orang yang lebih sombong dan angkuh dariku," cetus Aiko. "Kamu tidak apa - apa Yolla?" tanya Flora khawatir, dia juga ikut tegang saat menyaksikan adegan barusan. "Aku tidak apa - apa, Flora. Oh iya, Aiko, apakah mobil milik pemuda itu sangat mahal ya?" Yolla beralih menatap Aiko dengan wajah serius. "Iya, harganya Milyaran. Aku saja menginginkan mobil itu, tetapi sampai sekarang belum juga dibelikan sama orang tuaku," jawab Aiko merasa kasihan pada temannya. "Baiklah, karena aku yang bersalah, aku juga yang harus bertanggung jawab," ucap Yolla optimis, dia tak ingin menjadi wanita lemah, karena dia juga masih memiliki tanggungan beban di kedua pundaknya untuk membuat keluarganya sejahtera. Flora dan Aiko tersenyum melihat ketabahan dan ketegaran Yolla dalam menghadapi masalah sebesar ini. "Kita pikirkan bersama nanti saja, sekarang kita belanja dulu," ucap Aiko menghibur Yolla. "Iya, mulai sekarang apapun yang terjadi kita bertiga saling membantu," timpal Flora setulus hati. Dalam hati Yolla masih bersyukur karena dipertemukan dengan teman-teman yang baik.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD