2. Tinggal Bersama

1004 Words
Yolla, Flora dan Aiko berjalan beriringan menyusuri jalan beraspal yang sepi, tak jauh dari jalan raya terlihat sebuah bangunan tua lantai dua yang terlihat masih kokoh. Bangunan itu terlihat menyeramkan, karena lampunya mati dan sudah lama tidak berpenghuni. Flora yang paling penakut merasa merinding, gadis itu menggenggam erat lengan Yolla yang berada di sampingnya. "Aiko, apa kamu yakin ini rumah yang kamu maksud?" tanya Flora cemas. "Iya, jangan takut! Tempat ini kalau sudah dibersihkan pasti terlihat bagus," jawab Aiko tenang sambil mengambil kunci di koper, kemudian dia membuka pintunya. "Ahhhh…… " Teriak Flora dan Yolla secara bersamaan, mereka kaget melihat banyaknya kain putih yang tersebar di ruangan gelap, seolah memberi kesan angker. Aiko yang pada dasarnya memiliki nyali tinggi hanya tertawa, dia segera menekan saklar yang berada di belakang pintu, dalam sekejap cahaya terang sudah memenuhi seluruh ruangan. Flora dan Yolla berdecak kagum, karena meskipun dari luar terlihat bangunan tua tetapi di dalamnya terlihat mewah dan unik. Lantainya semua terbuat dari kayu halus berwarna coklat tua, dindingnya seperti sebuah lukisan sekuntum bunga melati dengan paduan warna hijau putih. Yolla tertawa sendiri, karena kain putih yang tadi terlihat menyeramkan hanyalah sebuah penutup sofa dan barang-barang lainnya supaya tidak kotor. Flora juga merasa lega, karena tempatnya tidak seperti yang ada di bayangannya tadi. Aiko tersenyum puas melihat kedua teman barunya mulai tenang, meskipun tempatnya sudah lama tidak di huni namun kondisinya masih sama seperti dulu, hanya saja lantainya yang terlihat berdebu. Kemudian dia segera mengajak kedua temannya berkeliling sambil membuka kain penutup. Paviliun tua peninggalan kakek Aiko memang tidak terlalu besar, karena tempat itu bukanlah rumah utama keluarganya. Di lantai pertama, separuh ruangan adalah ruang tamu, di sana terdapat sofa mewah dan lengkap dengan koleksi-koleksi barang yang terbuat dari kayu. Dan separuh yang lainnya adalah ruang makan beserta dapur. Kemudian Aiko mengajak ke lantai dua, di sana ada tiga kamar yang lengkap dengan kamar mandi di dalam. Di depan kamar mereka juga ada ruangan luas untuk tempat bersantai yang ada televisi berukuran sangat besar. "Aiko, sudah berapa lama tempat ini kosong?" tanya Yolla penasaran, karena lantainya berdebu cukup tebal. "Tempat ini adalah salah satu peninggalan kakekku. Dua tahun yang lalu kakekku meninggal, jadi tempat ini di wariskan kepadaku. Hanya saja aku terlalu malas mengurusi," jawab Aiko. "Berarti sudah dua tahun ini tempatnya dibiarkan kosong dong?" tanya Flora yang mulai panik. "Tidak juga, tempat ini pernah ditinggali kakak sepupuku, Gara. Tetapi enam bulan yang lalu dia sudah lulus kuliah dan melanjutkan studynya keluar negeri," jawab Aiko meyakinkan, dia tahu jika Flora gadis yang penakut parah. "Sepertinya kita tidak mungkin tidur dalam keadaan masih seperti ini," timpal Yolla, matanya melihat ke atas sudut dinding yang ada sarang laba-laba. "Aku juga berpikir begitu, meskipun aku pemalas tapi aku tidak suka tempat yang kotor. Apa kalian siap malam ini lembur?" tanya Aiko meminta pendapat. "Siap!" jawab Flora dan Yolla bersamaan. Tentu saja keduanya bersemangat sebab mendapat tempat tinggal gratis. Mereka segera turun ke lantai bawah, mereka ingat jika di samping dapur ada gudang kecil yang dijadikan sebagai tempat menyimpan alat-alat untuk membersihkan ruangan, di sana juga masih tersisa sabun untuk mengepel lantai. Tidak peduli di tengah malam, mereka bertiga semangat membersihkan paviliun tua itu. Tepat Jam dua malam, mereka sudah menyelesaikan semuanya. Aroma wangi menyebar ke seluruh ruangan yang terlihat bersih dan rapi. Mereka sangat puas, karena sekarang tempat ini sangat nyaman untuk ditinggali. Mereka bertiga beristirahat di ruang santai depan kamar, mereka bersyukur karena Televisinya masih bisa menyala. "Aku lapar sekali! Dari tadi siang belum makan," keluh Aiko memegang perutnya yang berbunyi. "Sama, tapi malam - malam begini mana ada yang jualan makanan? Mau masak juga nggak ada bahannya," cetus Flora lemas. "Sebentar, sepertinya tadi aku dibawain bekal ibuku. Tapi aku tidak tahu apa isinya, karena memang belum aku buka," Sela Yolla. Gadis menawan itu segera bangkit dari sofa dan masuk ke kamarnya, beberapa detik kemudian dia sudah kembali dengan membawa satu kotak tempat makanan. "Cepat dibuka!" perintah Aiko tak sabar. Yolla segera membukanya, ternyata isinya adalah kue brownies rasa coklat, di atasnya di taburi keju. "Wah! Ini kue kesukaanku," pekik Flora tersenyum riang. "Lumayan banyak, cukup untuk mengganjal perut kita malam ini," kata Aiko. "Ayo kita makan," Ajak Yolla dengan senang hati. Mereka segera menikmati kuenya. Karena kondisi perut mereka yang lapar, dalam sekejap semuanya sudah habis. "Enak sekali! Apa itu buatan ibumu sendiri?" tanya Flora penasaran. "Iya, ibuku memang pandai memasak dan membuat roti. Makanya aku juga sedikit bisa," jawab Yolla. "Benarkah? Kalau begitu kapan-kapan kita buat lagi ya? Aku juga mau belajar," ucap Flora senang, matanya sampai berbinar membentuk bintang. "Iya, kalau ada waktu luang, mulai besok kamu fokus dulu masuk universitas!" saran Yolla. "Iya… iya…" jawab Flora tersenyum malu. "Aku tahu jika Yolla hanya punya tabungan sedikit, sedangkan Flora meskipun punya banyak tapi kamu juga harus membayar biaya masuk universitas. Bagaiman kalau dalam satu bulan pertama biar jatah belanja memakai uangku dulu, tapi untuk bulan berikutnya kalian berdua patungan ya?" ucap Aiko dengan senyuman dermawan. "Kamu memang baik hati! Terimakasih banyak ya, Aiko. Aku juga akan segera mencari pekerjaan," jawab Yolla merasa tertolong. "Aku juga ikut mencari pekerjaan ya? Meskipun saat ini tabunganku cukup banyak tapi aku tidak tahu bisa bertahan sampai kapan, jadi aku harus mulai mencari juga supaya nanti kalau ada keperluan mendadak aku tak bingung," sela Flora. "Baiklah, meskipun kamu terlihat seperti Tuan Puteri tapi aku yakin kamu pasti bisa kalau berusaha," jawab Yolla yakin. "Kalian semangat ya!" ucap Aiko tulus, dia merasa senang seperti memiliki dua teman baik. "Sekarang kita tidur yuk, sudah hampir pagi" ajak Flora. "Iya, lelah sekali, " balas Yolla dan Aiko bersamaan. "Selamat malam semuanya. " "Iya selamat malam, semoga mimpi indah kalian. " "Eh, besok kalau misal aku bangunnya kesiangan jangan lupa ketuk pintu ku ya, " sela Aiko. "Iya, aku juga dibangunin kalau bangun kesiangan, " timpal Flora. Mereka segera memasuki kamar masing-masing, kemudian sudah tidak ada suara lagi sebab mereka tertidur pulas. Pertemuan yang sudah ditakdirkan, membuat mereka menjadi lebih dari sekedar teman. Karakter yang berbeda tetapi dalam sekejap bisa saling memahami kayaknya saudara.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD