Bab 11: Terkejut

1022 Words
*** Zul dan Zander merasa senang karena hampir setiap hari sang ayah mengantar mereka ke sekolah. Perhatian Harold pada mereka membuat keduanya yakin bahwa cinta orang tuanya memang tulus kepada mereka. Semua orang tua tentu akan melakukan apapun demi anak mereka, bukan? "Daddy yang terbaik!" Zul dan Zander selalu mengatakan itu jika Harold memberikan kejutan-kejutan tak terduga kepada mereka. Bukan hanya anak-anak itu yang dipenuhi kegembiraan. Harold pun merasakan hal yang sama. Semakin hari, Harold merasa keharmonisan di dalam keluarganya semakin terasa. Khadija semakin mesra terhadap dirinya. Wanita itu terlihat manja semenjak semalam. Dia lebih mendekatkan diri kepada Harold, dan itu membuat Harold menjadi semangat menjalani hari-harinya. "Jadwal di luar kota mungkin baru akan terealisasikan minggu depan," kata Raffi mengumumkan jadwal Harold yang baru. Pria itu menunjukkan sebuah list di dalam ponselnya. Harold membaca sekilas isi kertas itu. Beberapa acara yang akan diisi Harold kebanyakan berada di Jakarta. Itu jadwal tiga hari ke depan. "Tidak masalah. Aku lebih senang dengan jadwal kerja di sini. Biar lebih dekat dengan Khadija dan anak-anak." Sedari dulu, Harold memang lebih memilih jadwal bernyanyi yang berada di lingkungan sekitar saja. Job luar kota ia ambil karena bayarannya lebih mahal. Selain itu, karena Harold tidak mau mengecewakan penggemarnya. Jika berbicara soal uang. Sebenarnya Harold sudah memiliki cukup banyak uang. Dia bisa saja pensiun di dunia musik seandainya ia mau. Akan tetapi, Harold tidak melakukannya. Semua itu karena penggemar. Harold tidak mau memanfaatkan orang-orang yang menyukainya. Hanya ada di saat sedang butuh. Jadi, meskipun Harold memiliki uang yang cukup, ia akan tetap bernyanyi. Sampai Zul dan Zander sudah bisa mencari nafkah sendiri. Saat kedua putranya sudah dewasa. Itu masih lama. Sangat lama. "Ya. Kamu memang ayah sekaligus sosok suami terbaik," komentar Raffi. Raffi cukup salut dengan Harold yang mampu mengurus anak-anaknya saat jadwal bernyanyi tak pernah berhenti datang menghampirinya. Tidak banyak selebriti pria seperti Harold yang bisa menyempatkan waktu bersama anak. Tidak semua bisa melakukan itu. Harold menyeringai saat mendengarkan pernyataan manajernya. Sebetulnya, Harold merasa dirinya belum cukup baik menjadi suami sekaligus ayah. Orang lain hanya melihat sisi baiknya. Akan tetapi Harold merasakan sendiri beberapa kegagalannya sebagai sosok ayah maupun suami. Harold sudah berusaha melakukan yang terbaik. Namun, terkadang ia juga gagal. Dia sama saja dengan lelaki pada umumnya. Hanya saja, Harold berusaha memperbaiki setiap kesalahannya. Dia selalu mengubah apa yang salah pada dirinya sendiri. "Oh ya, Harold. Aku ingin menunjukkan sesuatu kepadamu." Tiba-tiba Raffi menunjukkan ekspresi lebih semangat. Dia mengambil ponselnya, dan membuka video yang membuat dirinya terkesan. Seorang fans mengirimkan video di platform media sosial. Penggemar itu menceritakan betapa baiknya Harold jika bertemu secara langsung. "Apa?" tanya Harold seadanya. "Lihat ini, Rold. Ada penggemar yang kirim video tentang kamu. Dia sampai puji kamu habis-habisan. Banyak orang memberikan komentar positif karena postingannya." Penjelasan Raffi membuat Harold penasaran seperti apa sosok fans yang begitu memujanya itu? Harold bisa mengapresiasinya jika nanti ada kesempatan. Penting bagi Harold mengetahui nama orang yang selalu setia memberikan dirinya semangat. "Orang ini...." Harold teringat kejadian beberapa waktu lalu ketika seorang ibu-ibu yang mengaku penggemarnya, menuntut uang ganti rugi karena Harold tidak sengaja menabrak mobil wanita itu. Uang Harold melayang 100 juta rupiah untuk ganti rugi itu. Pujian yang diberikannya tidaklah tulus. Sama saja Harold membayarnya secara tidak langsung. "Orang ini kenapa?" tanya Raffi kebingungan. Harold segera mengubah ekspresinya. Dari terkejut berubah menjadi ekspresi datar nan santai. Dia tidak terlalu senang membahas sikap tidak baik dari penggemarnya. Membicarakan tindakan buruk orang lain bukanlah sifat Harold. "Tidak. Aku hanya merasa mukanya familiar. Mungkin dia penggemar berat," jawab Harold santai. Pria itu menjauh dari Raffi. Menengok jam di tangannya. Sebentar lagi ia akan melakukan penampilan secara langsung. Harold meminum segelas air putih. Menyiapkan mentalnya untuk menghadapi penggemar secara langsung. Dia tidak mau salah satu penggemarnya kecewa akan penampilan Harold. *** Setelah selesai bernyanyi, Harold bersiap-siap ke studio Azzam. Khadija sempat menghubunginya kalau Zul dan Zander ada di sana. Memang, Harold tidak sempat menjemput dua anaknya sepulang sekolah sebab jadwal bernyanyinya bertabrakan dengan jadwal pulang Zander dan Zul. "Jadi, kamu langsung pulang, Rold?" tanya Raffi memastikan. "Tidak. Aku akan mampir ke kantor manajemen dulu. Setelah itu akan jemput Zul dan Zander." Raffi menganggukkan kepalanya sebagai tanda paham. Pria itu mengambil barang-barang Harold kemudian bergegas meninggalkan lokasi event yang mereka hadiri hari ini. Selama di dalam mobil. Harold tidak menyentuh ponselnya. Dia baru menyadari ponselnya ketika ada nada pesan masuk di ponsel itu. Harold tertegun saat membaca nama pengirim pesan itu. Nama itu tidak disangka-sangka oleh Harold. Orang yang mengirimkan pesan adalah Randy. Dari sekian banyak orang, Harold tidak pernah berpikir akan mendapatkan pesan dari kakak istrinya itu. . Randy: Aku tidak mau memberitahumu ini. Tapi, aku tidak bisa menahan diri. Aku sangat senang Khadija mulai nyaman dengan pria lain. Lihatlah baik-baik foto ini. . Randy: (Lampiran Foto) . Harold membuka foto yang dikirimkan oleh Randy. Di dalam foto itu, Khadija sedang bertatapan serius dengan Azzam. Harold pernah memergoki Azzam melihat Khadija. Kala itu, Harold berpikir kalau hanya Azzam yang menaruh hati pada istrinya. Akan tetapi, foto yang dikirimkan Randy sangat berbeda. Di dalam foto itu, jelas sekali kalau Khadija memandangi Azzam dengan tatapan kagum. Seperti tatapan penggemar ke idolanya. Meskipun gambar itu provokatif, Harold tidak mau terpengaruh. Hubungan dirinya dan Randy sedang tidak baik-baik saja. Jadi, Randy hanya berusaha memanas-manasi Harold. Pesan dari Randy hanya dibaca oleh Harold. Sama sekali tidak ada niat untuk membalas pesan itu. Harold sadar betul bahwa Randy pasti sangat marah padanya. Itulah sebabnya ia berusaha meretakkan hubungan Khadija dan Harold. Tidak, selagi Harold masih bisa berpikir jernih maka ia tidak akan mudah terhasut oleh apapun yang diperlihatkan oleh Randy. Harold tidak mau ambil pusing, walaupun desakan untuk cemburu selalu ada dalam dirinya. Harold menaruh ponselnya di saku jaketnya. Memilih untuk fokus pada perjalanan menuju kantor manajemennya. Berkali-kali, Harold meyakinkan dirinya bahwa Khadija tidak akan berpaling darinya. Dia memercayai istrinya. Sayang sekali, Harold sedikit goyah. Saat ia sampai di studio Azzam. Dia melihat Khadija tertawa lepas di hadapan Azzam. Sesuatu yang jarang Khadija lakukan di depan Harold. Tampaknya Azzam sedang menceritakan sebuah pengalaman lucu. Khadija sampai terpingkal-pingkal. Harold seketika merasa terasingkan. Dia bergeming, mencoba memahami semua situasi yang ada di sekelilingnya. . Instagram: Sastrabisu
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD