CHAPTER 13. DUA SAUDARI

1443 Words
Malam sudah semakin larut, pencahayaan kamar pun juga telah diredupkan. Namun, Helcia tak kunjung menutup matanya untuk tidur. Mungkin ini adalah dampak dari terlalu lama terkurung dalam ruangan yang gelap. Di dalam ruangan itu, Helcia tidak mampu membedakan siang dan malam. Dia akan tidur bila dirinya memang sudah lelah, dan sekarang dia sama sekali belum merasa lelah. Ketika matanya melirik ke arah jam dinding, waktu sudah hampir memasuki tengah malam. Biasanya, Demetria akan datang di jam ini untuk mengecek keadaan Helcia. Tok.. Tok.. Pintu kamarnya diketuk, dengan segera Helcia menutup mata dan berpura – pura tengah tidur. Dia sedang tidak ingin berjumpa dengan Demetria, wajah wanita tua yang dipenuhi kepalsuan itu sudah membuat Helcia muak melihatnya. Akan tetapi, dia menyadari suatu hal. Demetria tidak pernah mengetuk pintu saat memasuki kamarnya. Lantas, siapa yang datang? Walaupun dia memejamkan mata, Helcia mampu merasakan ada tangan yang hendak menyentuh wajahnya. Di saat itulah, Helcia membuka mata, kemudian menahan lengan itu agar tidak menyentuh wajahnya. “Siapa kamu?” Bisik Helcia. Pencahayaan dikamarnya sudah mati, sebab itulah Helcia tidak bisa melihat wajah orang dihadapannya dengan jelas. Suara helaan nafas pendek terdengar, “Ini aku, Illiana.” “Illiana?” Helcia bangkit dari tempat tidur, kemudian menyalakan lampu kamar. Wajah Illiana Krysanthe pun nampak dihadapan Helcia. Illiana tersenyum kecil kepada Helcia, “Ada hal yang ingin kutanyakan kepadamu, karena itulah aku datang.” “Apa yang ingin kamu tanyakan sampai rela datang ke kamarku di malam hari?” Hubungan antara Illiana dan Helcia tidaklah begitu bagus. Apalagi Illiana selalu mempunyai kebencian tersendiri kepada Helcia sejak mereka kecil. Merubah karakter sebuah tokoh bukanlah perkara mudah, dan Helcia tidak ingat sudah melakukan pendekatan lain, selain memperlihatkan kepiawayannya dalam menangani masalah bisnis dihadapan Illiana beberapa harii yang lalu. Bagaimanapun juga, Helcia tidak bisa menaruh banyak kepercayaan kepada anggota keluarga Krysanthe. “Beberapa hari yang lalu, kamu memberikan kertas ini kepadaku.” Illiana memperlihatkan sebuah kertas penuh lipatan ke depan mata Helcia. Walau tulisannya sudah tidak bisa terbaca, Helcia masih ingat dengan kalimat yang ia tuliskan di secarik kertas kecil tersebut. ‘Ada seseorang yang ingin merendahkan nama keluarga Krysanthe. Dibanding ingin melakukan penggelapan dana, pelaku lebih terlihat seperti hendak menjatuhkan nama Krysanthe.’ Jika ingin melakukan penggelapan dana, seseorang bisa mencampur bahan utama pembuatan kain dengan bahan lain yang lebih murah. Kualitasnya mungkin menurun, tapi karena telah dicampurkan oleh kualitas tinggi, tidak akan ada orang yang menyadari kualitas kain berbeda dari biasanya. Akan tetapi, nampaknya uang bukanlah suatu hal yang menjadi tujuan utama dari si pelaku. Dia dengan sengaja mengganti bahan produksi kain dengan kualitas yang teramat rendah, hingga orang biasa pun akan langsung tahu bahwa kain yang dijual pastinya memiliki nilai jual rendah. Bila sampai produksi kain – kain itu masuk kedalam perdagangan, orang – orang pasti akan menuding Keluarga Krysanthe telah melakukan penipuan dengan menaruh harga tinggi untuk sebuah kain kualitas rendah. “Apa kamu sudah menemukan pelakunya?” Tanya Helcia. Illiana mengangguk, dia lantas memberikan lembaran kertas bergambarkan sketsa wajah, “Vincent Neandro. Dia adalah orang yang menjadi penanggung jawab seluruh produksi kain keluarga kita tahun ini. Aku sudah menyelidikinya selama beberapa hari, dan ditemukan bukti saat dia membeli serat kapas sebagai bahan baku pembuatan kain.” “Dimana dia membeli serat kapas itu?” “Masih dekat dengan pabrik pembuatan kain di pinggir Kota Manos.” Helcia mengernyitkan keningnya, “Kamu yakin dia membeli bahan masih di Kota Manos?” “Aku yakin. Apa ada masalah?” “Tentu itu sangat bermasalah.” Sebelum Illiana mengajukan pertanyaan, Helcia sudah lebih dahulu melanjutkan, “Orang yang melakukan tindakan kriminal, cenderung akan menghindari adanya bukti di lingkungan sekitarnya. Vincent Neandro merupakan orang yang lahir di Kota Manos. Seluruh penduduk pasti telah mengenal wajah dan suaranya. Illiana, menurutmu kenapa Vincent harus membeli bahan buruk itu di dekat pabrik?” Illiana berpikir sejenak, “Bila asumsimu tepat mengenai ada orang yang mau mencemari nama baik keluarga Krysanthe. Maka, Vincent pun juga sedang melakukan hal itu dengan membeli barang kualitas rendah di dekat pabrik.” “Tepat. Seluruh penduduk yang tinggal di dekat pabrik pasti tahu bahwa Vincent mempunyai jabatan tinggi di bisnis Krysanthe. Dan, jika Vincent yang seorang penanggung jawab membeli bahan baku rendah dalam jumlah yang banyak. Semua orang pasti membuat asumsi bila pabrik kain Krysanthe akan memproduksi kain kualitas rendah.” Illiana menatap manik mata Helcia dalam, “Tanpa melakukan apapun. Vincent sudah menyebarkan rumor buruk itu kepada seluruh kota dengan sendirinya.” Helcia tertawa kecil, “Hal seperti ini tidak bisa dicegah, semua orang senang dengan berita burung yang tidak jelas. Apalagi bila menyangkut nama keluarga bangsawan.” “Sebanyak apapun berita buruk mengenai Krysanthe. Selama keluarga kita masih mempunyai hubungan dengan kerajaan, maka tidak akan ada yang bisa menyentuh kita.” Ujar Illiana. Helcia berdiri, lantas melangkah ke hadapan jendela besar yang memperlihatkan kerlipan lampu kota dari kejauhan, “Tidak, Illiana. Kali ini namaku tidak akan berpengaruh banyak.” “Apa maksudmu?” “Karena, bila sampai tidak ada lagi konsumen yang percaya dengan bisnis kita. Maka, cepat atau lambat Keluarga Krysanthe bisa mengalami kebangkrutan.” Helcia melanjutkan, “Sekarang ini, yang menjadi penentu bagi bisnis keluarga kita bukanlah aku. Melainkan kamu, Illiana Krysanthe.” Helcia mungkin mampu menyelesaikan masalah ini dengan mudah. Namun, dia hanyalah seorang tawanan didalam rumahnya sendiri. Ada banyak mata yang mengawasi pergerakan Helcia untuk tetap diam ditempat. Sedangkan, Illiana pastinya mampu melakukan segala hal untuk memecahkan masalah. Lagipula, Illiana sudah bisa mendapatkan pelakunya lebih cepat daripada di dalam n****+. Nampaknya, Helcia tidak akan dipaksa menikah dengan Istvan dalam waktu dekat ini. “Aku pasti tidak akan membiarkan bisnis keluarga kita runtuh.” Kata Illiana. Karena, hanya dengan menjalankan bisnis, Illiana mampu membuat banyak mata tertuju kepadanya. Helcia mengalihkan pandangannya dari jendela, dia kembali menatap Illiana. Saat ini, Helcia masih belum menentukan Illiana sebagai musuh atau temannya. Ada kemungkinan Illiana bersikap baik hari ini agar bisa mengambil keuntungan dari Helcia. Atau mungkin, Illiana sudah merasa bahwa Helcia sudah terlihat lebih berguna daripada sebelumnya. Untuk mengetahui status Illiana, Helcia sudah menyiapkan cara untuk mengujinya, “Illiana, bisakah aku membuat permintaan?” “Permintaan seperti apa?” “Bisakah kamu memberikan bantuan pangan kepada penduduk Kota Canace?” Tatkala Helcia mengutarakan permintaannya, Illiana hanya memandangnya dalam diam. Wanita itu mengernyitkan keningnya karena merasa bingung, “Mengapa aku harus melakukan hal itu?” “Ketika kereta kudaku bermasalah di Kota Canace. Aku mendengar kabar bila gudang penyimpanan makanan utama mereka telah terbakar, membuat mereka semua terancam kelaparan saat musim dingin nanti. Bukankah akan lebih baik bila kita memberikan bantuan?” Tanpa beradu argumen, Illiana hanya mempunyai satu jawaban, “Tidak. Aku tidak akan menyerahkan sebutir gandum pun kepada Kota yang dibawahi oleh Keluarga Obelix.” Tatapan mata Illiana memancarkan sebuah kebencian yang dalam. Seolah – olah Keluarga Obelix merupakan sampah yang seharusnya dimusnahkan secepat mungkin. “Illiana, mereka bisa kelaparan. Tidakah kamu merasa iba?” “Iba? Untuk apa aku merasa iba kepada keluarga bangsawan yang pernah merendahkan harga diri Krysanthe.” Itu tidak mungkin. Seharusnya keluarga Obelix dan Krysanthe tidak mempunyai perselisihan sebelum Orestes menculik Helcia di dalam n****+. “Memangnya apa yang pernah mereka perbuat?” Pandangan Illiana semakin memerah akibat menahan amarah, dia mengingat peristiwa yang terjadi beberapa tahun lalu dengan salah satu anggota keluarga Obelix. “Satu tahun yang lalu, aku pernah meminta Orestes Obelix untuk menjadi pengawalku saat ingin mengirimkan barang ke Kerajaan utara. Tapi, dia malah menolakku mentah – mentah.” Helcia tertawa dalam hati. Orestes bahkan tidak mau menjadi pengawal pribadi dari keluarga kerajaan. Pria itu selalu mengirimkan prajurit bawahannya untuk mengawal keluarga kerajaan. Dan sepertinya, Orestes memang tidak berminat menjadi pengawal untuk siapapun. “Aku bahkan menawarinya tiga peti koin emas. Tapi dia tetap menolakku. Akhirnya, aku memutuskan pergi ke utara dengan di kawal oleh prajurit dari Keluarga Giannes.” “Bukankah itu hanyalah sebuah masa lalu? Jangan sampai dendam pribadi malah membuat rakyat biasa menderita. Akan ada banyak penduduk Kota Canace yang kehilangan nyawa bila tidak ada bangsawan yang menawarkan bantuan.” Bukannya tersentuh dengan perkataan Helcia. Illiana malah memandang Helcia dengan tatapan aneh, “Apa kamu menumbuhkan rasa iba kepada keluarga iblis itu?” “Illiana. Mereka bukanlah iblis. Dan ini bukanlah persoalan pribadi. Melainkan kepentingan banyak rakyat.” “Seharusnya kamu sadar, Helcia. Tidak ada satupun keluarga bangsawan yang merasa sedih ketika Keluarga Obelix mengalami kejatuhan.” Kata Illiana. Tidak ingin lagi melanjutkan perdebatan, Illiana memutuskan untuk segera pergi dari ruangan Helcia. Akan tetapi, Helcia mencegat Illana melangkah jauh dengan menarik lengan pakauannya. “Apa kamu akan memberitahu Ibu perihal permintaanku?” Helcia menajamkan pandangannya kepada Illiana. Illiana melepaskan cengkraman Helcia dengan paksa, “Tidak ada untungnya bagiku untuk melaporkanmu.” “Begitukah?” “Kamu tidak nampak takut? Atau kamu sebenarnya sedang ketakutan?” Padahal bila Illiana membocorkan rahasia mengenai Helcia yang memikirkan hubungan politik kepada Demetria. Wanita itu akan masuk kedalam masalah yang lebih besar lagi. Namun, Helcia sama sekali tidak menunjukan ekspresi traumatis atau ketakutan. Helcia tidak menunjukan ekspresi apapun, “Kalian bisa melihat warna emosi seseorang. Tidakkah seharusnya kamu sudah tahu perasaanku bagaimana?” Illiana tersenyum kecil, “Kami tidak bisa membacamu, Helcia.” Sebelum Helcia bisa bertanya lagi, Illiana sudah menghilang dari balik pintu. Meninggalkan Helcia yang termenung memikirkan jawaban Illiana. •••• To Be Continued 10 Januari 2020
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD