CHAPTER 5. PERJALANAN KELUAR MANSION

1312 Words
Mendengar perintah Demetria yang terkesan memaksa, Helcia tidak mungkin bisa membantah. Terutama ketika Helcia Krysanthe sadar bahwa dirinya memang tidak pernah memiliki hak suara di dalam keluarga ini. Dia hanya bisa mendengarkan perintah dari mereka dan mengangguk seperti anjing patuh, “Helcia akan mematuhi Ibu. Apakah Ibu juga akan ikut bersamaku?” Demetria menggeleng, “Tidak bisa, Ibu dan Ayahmu harus pergi ke tempat produksi kain untuk menyelidiki kasus ini lebih lanjut.” Helcia menghela nafas didalam hatinya, setidaknya dia akan jauh lebih leluasa bila Demetria tidak bersamanya. Bermain menjadi seorang anak yang patuh ternyata merupakan hal yang sangat melelahkan, Helcia bahkan tanpa henti harus menahan suaranya yang hendak meninggi ketika berdebat dengan Demetria. Ketidak ikut sertaan Demetria juga bisa menjadi kesempatan bagi Helcia untuk meminta Petra dan Naya menjadi pelayan pribadinya, “Ibu, bisakah Petra dan Naya menjadi pelayan pribadiku?” “Petra dan Naya?” Demetria bertanya tidak paham. Dia bahkan tidak menghapalkan nama para pelayan di rumahnya. “Kedua pelayan yang telah merawatku selama aku tidak sadarkan diri adalah Petra dan Naya.” Jelas Helcia. Demetria lantas mengerutkan keningnya, “Mereka? Kenapa kamu mau membuat mereka menjadi pelayan pribadimu?” Selama ini, Demetria memang tidak pernah memberikan pelayan pribadi kepada Helcia. Karena, Demetria sendirilah yang kerap mengawasi Helcia setiap harinya. Lagipula, Helcia juga hanya menghabiskan waktu hidupnya dengan berdiam diri di dalam kamar dan tidak mempunyai kegiatan apapun. “Tidak selamanya Ibu bisa menjagaku setiap saat, seperti hari ini misalnya. Aku sudah terbiasa mempunyai orang yang selalu bersamaku setiap hari, apabila tidak ada yang menemaniku, terkadang aku merasa khawatir.” Alasan Helcia cukup masuk akal, sehingga Demetria juga tidak terlalu memusingkan hal itu, “Baiklah, Ibu akan membuat mereka menjadi pelayan pribadimu.” Helcia tersenyum cerah, kemudian memeluk Demetria singkat untuk memperlihatkan kedekatan antara Ibu dan Anak yang memuakkan itu. Walaupun Demetria merupakan seseorang yang terlihat menaruh banyak perhatian kepada Helcia, wanita itu tahu betul bila Demetria memberikan perhatian itu hanya karena sebatas dirinya seorang calon putri mahkota. Tidak ada satupun orang yang paling mengerti kepribadian dari Demetria selain Helcia. “Terima kasih, Ibu. Helcia menyayangimu.” Demetria menyambut pelukan Helcia dengan sukarela. Dia juga sudah menghilangkan raut amarah yang sebelumnya terlihat, selama putri keduanya ini selalu bersikap baik seperti ini, maka Demetria juga tidak punya alasan untuk bertindak marah. “Ibu akan memerintahkan beberapa pengawal untuk ikut denganmu sampai ke Istana.” Helcia tidak lagi menjawab, dia buru – buru melepaskan diri dari pelukan Demetria dan masuk kedalam kamarnya untuk berganti pakaian. Meski dia memang tidak menyukai romantika, apalagi sampai harus menyenangkan hati Istvan dengan bersolek. Setidaknya, Helcia harus menahan rasa ketidak sukaannya untuk mendapatkan apa yang ia mau. Bila dirinya ingin menggapai kebebasan yang mutlak, maka kedudukan yang tinggi adalah jawaban yang terbaik. Karena, ketika dia sudah berada di jabatan tertinggi, maka tidak akan ada lagi seseorang yang berani memerintahnya. Termasuk keluarganya sendiri. •• Di bawah sinar matahari yang terik, Kereta kuda yang memiliki ukiran bunga krisan putih di bagian badannya berjalan meninggalkan kediaman Keluarga Krysanthe. Ketika seseorang melihat lambang Krisan Putih, maka secara sadar mereka akan menghindar dan memberikan jalan yang luas kepada kereta kuda tersebut. Keluarga Krysanthe memang tidak memiliki kekuatan militer yang kuat, namun kekuatan magis dalam melihat perasaan yang sesungguhnya terkadang akan membuat banyak orang merasa takut dan menghindar dari Krysanthe. Para pendusta akan berlari saat melihat Krysanthe. Pejabat tinggi yang paling suci sekalipun, juga tidak pernah berani mengatakan apapun dihadapan keluarga ini. Karena kekuatan inilah, Krysanthe bisa menjadi keluarga bangsawan yang paling dekat dengan Keluarga Kerajaan. Karena, Kerajaan mempercayakan keamanan negeri dari para pengkhianat ataupun pendusta yang ingin merusak tatanan pemerintahan di Socrates. “Nona, apa anda ingin memakan camilan ini?” Naya membuka sebuah bungkusan kecil yang berisikan beberapa kue kering. Perlakuan Naya yang seperti itu, sontak membuat Petra buru – buru memukul tangan Naya, “Jangan bertingkah tidak sopan. Nona Helcia tidak mungkin memakan camilan murah seperti ini.” Suara ribut dari mereka berdua kembali menyadarkan Helcia dari pemikirannya sendiri, “Huh? Apa yang salah dengan makanan murah, kue – kue itu bahkan terlihat enak.” Helcia melanjutkan, “Berikan kepadaku, sudah lama aku tidak memakan kue kering.” Bukannya tidak pernah. Dia malah terlampau sering memakan berbagai jenis kue, ketika jam minum teh datang setiap harinya. Selama berada di kediaman Krysanthe, Helcia seolah merasa bila dirinya benar – benar ada di surga. Dia bisa menyicipi segala makanan manis yang begitu lembut ketika dikunyah di dalam mulutnya. Tapi, dia sudah lama tumbuh dengan makanan murahan. Terkadang, dia merindukan beberapa jenis makanan murah yang tentu tidak bisa ia cicipi ketika menyandang gelar bangsawan. Dan, ketika Naya menawarinya makanan langka seperti itu, mana mungkin Helcia bisa menolak. Lagipula, dia sekarang sedang berada di luar kediaman Krysanthe. Helcia bisa sedikit menyecap kebebasan dalam mengekspresikan diri. Dia memang bukanlah wanita yang suka keramaian, namun terlalu lama sendirian juga tidak menyenangkan. Sebab itulah, dia tidak terlalu merasa terbebani saat diminta pergi ke Istana. Setidaknya, dia bisa melakukan beberapa hal yang dianggap tidak sopan bila ada di kalangan bangsawan. Misalnya dengan mengangkat rok di gaunnya sampai lutut. Bagaimana bisa para wanita bangsawan ini bertahan dengan memakai pakaian berlapis seperti ini di musim panas! Helcia bahkan hampir kehabisan nafas, akibat merasa terlalu sesak. Sedari awal, Petra dan Naya sudah melihat tingkah laku tidak wajar dari Helcia. Mereka ingin menegur, tapi juga tidak memiliki wewenang untuk memerintah tuan mereka. Petra berfikir, mungkin beberapa jaringan otak didalam kepala Helcia ada yang rusak ketika dia tidur terlalu lama. Wanita muda yang malang. Merasa bila nona muda dihadapannya begitu menyedihkan, Petra akhirnya memberikan bungkusan kue kering yang ingin diberikan oleh Naya sebelum ini. Dia hanya tidak ingin Helcia merasa terguncang bila Petra melarangnya untuk makan. “Nona, tolong rahasiakan kue ini kepada Nyonya Demetria.” Bisik Petra kecil, tidak mau dirinya dan Naya mendapatkan masalah akibat memberikan makanan murah kepada calon putri mahkota. Helcia melambaikan tangannya ke udara dan tersenyum cerah, “Kalian terlalu kaku! Aku tidak mungkin melaporkan hal kecil seperti ini kepada Demetria.” Seolah tersambar petir di siang hari, Petra merasa begitu kaget saat Helcia berbicara tanpa memikirkan sopan santun. Dia bahkan memanggil ibunya dengan nama! Tidak mengindahkan tatapan Petra yang merasa begitu kalut. Helcia menyibak gorden di kereta kuda untuk melihat keadaan di luar. Baru saja dia membuka gorden, dia sudah merasa begitu takjub dengan apa yang ia lihat. Kota di luar sana bukan lagi sebatas pemukiman warga yang penuh dengan rumah dan barang dagangan seperti di kota manos. Melainkan, sebuah kota yang di tata sedemikian rupa hingga tampak sangat nyaman. Sejauh mata memandang, Helcia bisa melihat daratan hijau di sisi kota. Terdapat banyak pohon besar yang memasok oksigen terbesar di dalam kota. Bahkan, setiap rumah warga setidaknya menanam satu pohon di halaman mereka. Setelah mengingat lebih jauh, Helcia merasa bila dia pernah mendeskripsikan kota ini didalam novelnya. “Canace. Apa ini kota Canace?” Seru Helcia dengan penuh antusias. Di antara banyak tempat yang ia tulis, Helcia sangat ingin menginjakan kaki di Kota Canace. Karena, Canace merupakan satu – satunya kota yang memiliki tingkat kenyamanan tertinggi di Wilayah Kerajaan Socrates. Dimana Duke yang memerintah di Canace sangat mementingkan kesehatan masyarakatnya dengan baik, sehingga tidak akan ada satupun daerah kumuh di dalam kota Canace. Kota sebersih ini, tentu saja membuat Helcia ingin berlama – lama disini. Naya tertawa kecil, ketika melihat senyuman Helcia yang nampak begitu cerah, “Nona, anda selalu melewati Kota Canace setiap kali kita hendak ke Istana. Tapi, baru kali ini saya melihat anda begitu senang.” Helcia menurunkan jendela pada kereta kuda, membiarkan udara segar menerpa wajahnya, “Tentu saja aku senang. Kota manos tidak pernah memiliki udara sesegar ini, bahkan kamarku seringkali membuat paru – paruku sesak nafas.” “Benar! Kota Canace memang sangat nyaman. Jika dilahirkan kembali, aku pasti akan memilih untuk tinggal di Kota Canace.” Kata Naya seraya tersenyum, namun buru – buru menghilangkan senyumnya saat merasa perkataannya tidak pantas. Bukankah sama saja seperti dia berkata bahwa Kota manos tidak lebih baik dari Kota Canace. Akan tetapi, Naya bisa menghembuskan nafas lega saat melihat senyuman Helcia semakin mengembang, “Mhm! Aku juga akan lebih memilih tinggal di Canace dibanding di Kota Manos.” •••• To Be Continued 4 November 2020
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD